All Chapters of Antara Kau, Aku & Papimu: Chapter 31 - Chapter 40
100 Chapters
BAB 31 : Emosi Herlambang & Tiara
Saat Herlambang dan Elena telah bisa mengendalikan diri, tanpa disadari Setya dan Herlina telah sampai di pintu halaman rumahnya. Dan Herlambang yang melihat pada spion mobilnya sangat terkejut, saat melihat Herlina turun dari motor Setya dan membuka pintu pagar dan tampak melihat ke arah mobil Herlambang.“Lena.., Mama kamu baru sampai rumah! Kita harus bagaimana?” tanya Herlambang yang seketika tidak bisa menyelamatkan dirinya untuk menghindar dari Herlina.“Om.., kita turun aja. Anggap aja tadi Om yang antar Lena,” sahut Elena seraya mengelus lengan Herlambang.“Hmmm.., ya sudahlah kalau begitu,” ucapnya yang sudah tidak bisa menghindar dari semua masalah.Elena dan Herlambang pun keluar dari mobil. Mereka tersenyum ke arah Herlina yang menunggu di depan pintu pagar. Sedangkan Setya telah masuk ke halaman rumah bersama motornya.“Jadi bareng kita sampai rumahnya. Mana Erlangga..?” tanya Herlina tersenyum ke arah Herlambang.“Lena diantar sama Om Her, soalnya Er sama tante Tia
Read more
BAB 32 : Menunggu Keputusan Elena
Herlambang yang keluar dari rumah langsung tancap gas ke rumah Ermitha. Di sepanjang jalan pikirannya yang kalut hanya mampu memikirkan seorang gadis cantik nan mempesona seperti Elena.Herlambang bagai lelaki dewasa yang hilang akal, ia berbicara sendiri sepanjang perjalanan ke rumah Ermitha. Kakak sepupu satu-satunya yang bisa diajak bicara, karena seluruh keluarganya memantapkan diri untuk tetap tinggal di Perth walau harus bersusah payah mengurusi segala bentuk administrasi lewat KBRI.“Kenapa hanya ada satu Elena.., kenapa pula harus pacar putraku yang aku cinta? Apa ini karena aku kecewa dengan Tiara? Kemana rasa cintaku untuk wanita yang telah sembilan belas tahun bersamaku? Oh.., aku harus bagaimana?”Tin.. Tin...Sebuah klakson menyadarkan dirinya, kalau saat ini ia sedang mengendarai mobil dan ia bertanggung jawab atas keselamatan orang lain di jalan. Maka saat seorang pemuda pengendara motor memukul dengan tangan bagian mobilnya dan sepertinya mengucapkan sumpah serapah
Read more
BAB 33 : Canduku Kecanduan..?
Cukup lama Herlambang berdiam diri di dalam mobil untuk bisa menetralkan perasaan hatinya saat membaca surat dari Almarhum Bisma, saudara sepupunya. Sejenak berdiam diri dan menarik napas panjang, lalu Herlambang memantapkan hatinya untuk bertanya langsung pada Elena perihal keputusannya. Karena tidak mungkin juga ia memaksakan kehendaknya, bila gadis yang kini telah jadi candu hidupnya tidak memilih dirinya. “Baiklah.., aku akan mengikuti keinginan Elena. Semua kunci ada pada dirinya,” ucapnya dan kembali mengantongi surat lusuh itu. Herlambang keluar dari mobil dengan membawa dua kotak wadah berisi buah stroberi dan puding. Dengan menekan tombol bel pada bagian dinding pagar rumah itu, Elena keluar dan membukakan pintu rumahnya. “Silakan masuk , Om..,” ajak Elena ke dalam rumah. Herlambang masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu lalu menyerahkan kedua wadah tersebut, “Lena.., ini ada titipan dari tante Ermitha.” “Makasih Om.., gimana apa Om mau Lena buatkan kopi?” tanyanya
Read more
BAB 34 : Nikah
Satu hari sebelum perhelatan pernikahan antara Erlangga dan Elena dilaksanakan, Herlambang memilih untuk bertemu koleganya yang bertempat tinggal di Surabaya. Dan itu membuat Ayah, Ibu Herlambang keberatan atas keputusan putranya saat mereka tengah menikmati sarapan pagi.“Her..! Ayah nggak setuju kamu mengiyakan pertemuan dengan kolega kamu itu. Paling tidak kamu undur waktunya,” pinta Hermansyah pada saat mereka berada di meja makan. Hermansyah, ayahanda Herlambang telah dua hari ini datang ke Indonesia. Mereka menetap di rumah miliknya sendiri dan rumah itu, selama ini hanya diurus oleh sepasang suami istri yang di perkerjakan menjadi pembantu dan tukang kebunnya.“Ayah.., jadwal pertemuannya itu udah cukup lama. Dan dia ini orang penting.., salah satu investor yang akan masuk ke dalam perusahaan kita. Kalau kita seenaknya membatalkan, kita terlihat nggak profesional dan seolah nggak menganggapnya penting,” Herlambang berkilah atas keputusannya terbang ke Surabaya sore nanti.
Read more
BAB 35 : Desahan Elena..?
Usai acara ijab kabul selesai dilakukan, semua kerabat dan handai taulan memberikan selamat, mereka makan bersama dan berfoto dengan pasangan pengantin. Ayahanda Herlambang yang mengetahui kalau Elena hanya mempunyai seorang Ibu, menyapa Herlina dan keluarganya. Begitu pula dengan Sitoresmi. “Ibu kenalkan saya Opanya Erlangga. Maaf sebelumnya tanpa memberitahu keluarga Ibu. Putra saya, Herlambang ada keperluan penting dan mendadak sekali, jadi dia nggak bisa mendampingi Erlangga,” tutur Hermansyah menyapa Herlina pada acara bebas keluarga. “Iya Pak, nggak apa-apa.., tadi saya juga sudah dengar dari Erlangga. Maaf Pak.., karena saya sekarang ini bertemu dengan sepuh di keluarga Pak Herlambang, saya mau titip Elena di rumah Bapak.” “Maksud saya, mohon Elena dibimbing, bila ada salah ucap atau salah laku dari putri saya. Mohon ditegur saja. Maklum Elena masih sangat muda, jadi belum paham benar tata krama dalam berumah tangga,” ungkap Herlina teringat kalau putrinya akan tinggal bersam
Read more
BAB 36 : Kejadian Pertama di meja makan
Pasangan pengantin baru itu terbangun saat Dimas diminta untuk mengetuk pintu kamar Erlangga. Saat itu jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dan mereka berdua pastinya terlambat bangun pagi, karena menikmati malam pertama jadi pengantin. Walaupun hubungan intim seperti itu telah mereka lakukan sejak akhir kelas 1SMA. Tok.. Tok.. Tok.. “Tuan muda Er.., Tuan..,” panggil Dimas dari balik pintu kamar Erlangga. Elena terkejut saat mendengar ketukan pada pintu kamar Erlangga. Dilihat lelaki yang kini jadi suaminya masih mendengkur nyenyak usai menggempurnya hingga dini hari. Elena bingung untuk menjawab panggilan Dimas dibelakang pintu kamarnya, maka ia pun membangunkan Erlangga. “Er.., bangun..., Er..! Itu pak Dimas ketuk-ketuk pintu. Er...!” panggilnya ditelinga Erlangga. “Aduh..! Lena.., gue bisa budek ini. Ada apa sih..?” tanyanya masih dengan mata terpejam. Tok.. Tok.. Tok.. “Tuan muda.., Tuan.., bangun. Nyonya besar minta Tuan bangun,” panggil Dimas kembali diluar pintu kam
Read more
BAB 37 : Menghapus Jejak
Akhirnya di pagi ini, Erlangga dan Elena pun berangkat ke Bali dengan menggunakan pesawat pada jam sepuluh pagi. Rencana sepuluh hari di pangkas menjadi seminggu, karena Elena belum merapikan seluruh perlengkapan sekolahnya yang masih tertinggal di rumahnya. “Er.., ingat kamu disana hati-hati. Kalau jalan kemana pun pulangnya lebih awal. Sebenarnya Mami kurang setuju kamu pilih hotel di Kuta. Mami malah maunya kamu stay di Hotel kawasan Nusa dua. Soalnya kamu tahu sendiri, kalau di Kuta ini bulenya banyak banget. Yang mabuk juga banyak. Dan yang bule miskinnya juga banyak,” tutur Tiara sembarangan. “Mami itu ngawur aja. Yang namanya warga asing ke Indonesia pasti bawa duit laah Mam.., mana ada sih.., orang kagak ada duit jalan-jalan. Mereka naik pesawat aja perlu uang Mii..,” sanggah Erlangga di sela sarapan pagi sebelum berangkat ke Bandara. “Memang.. yang bawa duit juga banyak.., tapi yang nggak bawa duit ke Bali juga banyak. Kamu pikir semua berduit..? Banyak looh.., mereka itu
Read more
BAB 38 : Kerinduan Elena pada sosok Her
Penerbangan dari Jakarta ke Pulau Dewata yang hanya di tempuh dengan waktu selama satu jam empat puluh menit berasa sangat lama bagi Elena. Maka saat pesawat mendarat entah bagaimana perasaan bahagia menyeruak dalam dirinya. Wajahnya pun berbinar bahagia.“Aah.., akhirnya kita sampai juga,” ucap Elena dengan binar di wajahnya.Erlangga yang melihat keceriaan Elena telah kembali pun tersenyum lebar dan mengecup kening istrinya dengan rasa bahagia. Lalu Erlangga berbisik, “Yaa.., akhirnya apa yang kita impikan terwujud. Gue bahagiaaa.., bisa jalani semua ini sama elo.”Elena yang mendengar bisikan Erlangga tersenyum dengan ekspresi kaku dan memandang Erlangga dengan mata melirik ke arah lain.“Ayoo.., bangun dari kursi. Untung kita duluan keluar,” ucap Erlangga meraih tangan Elena saat dilihat pintu keluar dari pesawat itu terbuka. Dan mereka yang menduduki kelas bisnis berada depan langsung keluar dari pintu pesawat dengan salam ramah dari pramugara dan pramugari yang berdiri dan t
Read more
BAB 39 : Bercinta & Nikmatnya rasa takut
Herlambang yang hanya dua hari tidak bertemu Elena, membanjiri wajah kekasih hatinya dengan ciuman yang berulang kali dilakukan. Basah sudah leher Elena oleh sesapan Herlambang. Hingga Elena yang sudah tidak tahan atas rangsangan yang diberikan oleh Herlambang membuka pakaiannya.Elena pun menggerayangi rudal milik Herlambang dengan menelan ludahnya berulang kali dan terlihat kedua benda kenyal miliknya naik turun saat napasnya kian menderu atas aksi Herlambang memilin puting coklat pucat miliknya yang mengerucut dan benda kenyal itu kian mengeras.Elena kini melepas bawahan dan celana dalamnya sendiri, bibir Herlambang kini tengah menyesap kuat bagian kenyalnya nan kian menegang serta satu jemari tangan lelaki tampan itu masih memilin bagian puting coklat pucat satunya. Usai melepas bawahan dan celana dalamnya, dengan cekatan tangan Elena membuka kancing kemeja Herlambang dan membuka resleting celana lelaki gagah nan tampan itu.Sesaat kemudian jemari Elena telah bermain pula pa
Read more
BAB 40 : Herlambang On & Erlangga Mabok
“Ya Ibu.., setahu saya nggak ada sih Buu. Barusan saya tanya teman lain yang barusan pergantian shif dengan saya nggak ada Buu,” ucap seorang wanita di bagian resepsionis.Dengan perasaan lega Elena pun berkata, “Ooh begitu.., yaa Mbak, kalau begitu Terima...”“Tapi Buu.., di sini ada memo dari pak Erlangga,” imbuh wanita bagian resepsionis memotong ucapan terima kasih Elena.“Memo..! Memo.., apa yaa..?” tanya Elena yang awalnya merasa lega kini agak kuatir atas memo yang di tinggalkan Erlangga.“Disini tertulis.., tolong perhatikan istri saya di kamar 202. Ingatkan makan malamnya, kalau saya terlambat pulang,” tutur bagian resepsionis tersebut.Deg...!” Tiba-tiba saja ada rasa takut menyelimuti hati dan perasaan Elena atas memo yang dibacakan oleh bagian resepsionis. Karena hal itu membuat Elena bertanya dengan rasa kuatir.“Terlambat pulang..? Maksudnya gimana yaa Mbak..? Ini barusan yang terima telepon dan tulis memo itu siapa?” tanya Elena bertubi-tubi.Dan Herlambang yan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status