All Chapters of Seleksi Calon Mantu: Chapter 31 - Chapter 40
89 Chapters
31. Perempuan Berbaju Senada
Sejak dirinya pulang ke rumah, jangankan nafsu makan atau ingin beraktivitas bergabung dengan keluarga besarnya, yang ada Dea rebahan sepanjang waktu."Hmh ...."Semua mulai terasa memuakkan, tapi entah mengapa hati Dea masih saja enggan menyingkirkan perasaan itu kepada Daffa. Padahal kurang sakit bagaimana lagi setelah dirinya dibuat malu setengah mati siang tadi?Hati Dea sekeras batu meski seorang Nana sudah mengutarakan rasa jengkelnya dengan mengatakan sumpah serapah tak akan pernah lagi mau membantu Dea dalam usahanya PDKT kalau itu kepada Daffa.Baginya si gay itu terlalu arogan dan sangat tidak laki."Haih ...." Dea hanya bisa menghela napas dalam-dalam, kemudian menutup wajahnya dengan sebuah bantal.Ingin menangis saja, tapi urung sebab rumah ini banyak CCTV berjalannya, maka apa pun yang ia perbuat saat ini pasti akan terlaporkan ke Pak Jhon. Bisa-bisa membuat acara lamarannya semakin dipercepat lagi.Dea akhirnya duduk, mengambil posisi tegak di kursi berbantal empuk itu
Read more
32. Gosip Tentang Daffa dan Nadewi
Terluka ... tapi tak berdarah ....Kata seorang penyanyi.Itu yang Dea rasakan saat ini. Karena di depan mata kepalanya sendiri, Daffa tersenyum dan menatap wanita di hadapannya. Bibir Dea gemetar bagai moncong lele piaraan Pak Jhon.'Waduh, aku aja nggak pernah, tuh dapat senyuman seperti itu.' Sengatnya memang tak pernah. Ketika melihat adegan tersebut, bukan lagi hati tersayat sembilu rasanya. Sudah mau mati berdiri, bah!Apalagi saat Daffa membantu wanita itu membuka helm yang nyangkut di kepala. Alamak ... seketika dunia Dea menggelap. Semua menjadi remang."Loh, loh, DEA! Wey, si Dea pingsan! Guys!" Rizki heboh sendiri, karena kebetulan yang ada di luar minimarket cuma dia seorang.Ya ... pada akhirnya Dea tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Semua karena syok berat dan rasa kaget yang seperti meledakkan jantungnya hingga ia yang terbiasa kuat tetiba limbung ke pijakan.Dalam keadaan setengah sadarnya, tetap saja nama Daffa tersebutkan berulang di hati.'Mas Daffa, Mas Daffa ...
Read more
33. Pertandingan Sengit
Seperti biasa, breafing mengawali aktivitas latihan pagi ini. Semua tim dikumpulkan di lapang yang sama dengan tim lawan. Banyak sosok cowok ganteng tak kalah dari Daffa nangkring di sana, bahkan mereka beberapa melirik Dea yang cantiknya memang tak ada lawan.Sayangnya Dea cuek bebek. Bersikap bodo amat, hingga dianggapnya angkuh tingkat dewa. Tapi semuanya memaklum, kok. Namanya orang cantik, kalau sombong itu wajar. Hal itu sama sekali tak membuat dirinya dijauhi, justru mereka tambah tergila-gila padanya."Heh, Dea! Perhatiin kata pak manager. Kamu jangan ngelamun terus, nanti pingsan lagi!" Dea hampir mengaduh keras ketika lengan Nana Banana menyenggol pinggangnya saat itu.Sontak Dea memperbaiki posisi berdiri dan mulai memerhatikan pak manager yang tak lain juga merupakan salah satu pelatihnya di sana. Meski sejujurnya Dea ingin sekali menggetok kepala Nana karena sudah lancang mengagetkannya, padahal sedang asyik membayangkan Daffa.Hmm ... absurd sekali gadis satu ini memang.
Read more
34. Tiba-Tiba Kedatangan Bule
Beberapa jam sebelum pasukan kecamatan turun ke lapangan. Pak Camat memang sudah membicarakan soal partisipasi lomba bulan Agustus nanti. Dan ia pun segera mengumumkannya lewat sekretarisnya.Tim pun dibentuk, dan tanpa semua tahu, Pak Camat sudah membuat perjanjian kalau hari ini akan diadakan latihan bersama tim minimarket yang nanti akan menjadi lawannya."Waduh, bakal ada perang dunia dua kalau Dea ketemu Nadewi," celetuk Herman di samping Daffa, seketika laki-laki kalem itu menoleh padanya sinis."Maksudmu?" Dengan nada datar tapi terkesan penuh penekanan, Daffa bertanya. Dia bukan tak tahu apa maksud Herman, hanya saja butuh penjelasan mengapa akan ada perang dunia kalau Dea dan Nadewi bertemu muka? Itu adalah pernyataan terkonyol menurutnya.Herman pun bingung jadinya. Dia serba salah dan merasa malu sendiri sudah sembrono bilang macam-macam. Bibirnya tersenyum sumir, tangan garuk-garuk tengkuk leher."Anu ... soalnya kabar soal kedekatan Mas Daffa sama Nadewi---""Ck!" Daffa k
Read more
35. Kagetnya Rio
Suasana heboh itu akhirnya membuat seorang Daffa menoleh ke arah Dea. Pun dengan Nadewi. Pandangan mereka terbaca penasaran sekali, siapa gerangan laki-laki bule menjulang tinggi itu? Macam pohon saja, menjulang.Tentu tanya itu hanya ada dalam hati saja, tidak dalam lisan."Daffa, sepertinya Dea sudah move on, ya dari kamu." Tapi tiba-tiba Nadewi membuka pembahasan tersebut, dan Daffa agak terkejut."Kenapa kamu tiba-tiba ngomongin Dea, sih?" Dari nadanya, harusnya Nadewi berhenti, tapi wanita itu sama sekali tak peduli dan tetap melanjutkan."Soalnya kudengar kemarin kamu nolak dia mentah-mentah, ya?" Diiringi kekeh kecil, Nadewi berkata tanpa beban sambil menoleh ke arah Dea Posa. "Tapi sepertinya dia memang udah move on. Tuh, malah dekat sama cowok baru." Nadewi melanjutkan sambil menunjuk Dea yang kini berjalan beriringan dengan cowok jangkung pirang tersebut.Daffa termenung. Entah kenapa, mendengar Dea sudah move on membuat hatinya serasa terbakar.'Astagfirullah, ada apa denga
Read more
36. Rio Tetap Datang Melamar
Mengharapkan Dea sama saja dengan pungguk merindu bulan. Sesuatu yang sangat mustahil dan sedikit lebih aneh saja. Wanita yang tak menyukai laki-laki ... bila Rio jadi menikah dengannya, akankah dirinya sanggup untuk menjalani cinta sepihak itu?Rio tercenung diam usai dirinya ditinggalkan Dea. Frustrasi, untuk kali pertama diacuhkan begini. Dan ia hanya bisa minum segelas kopi latte saja untuk menghempaskan perasaan jenuh itu."Tapi katanya, orang yang seperti itu masih bisa diselamatkan, kok. Sayang banget kalau dia sampai terjerumus terus-menerus. Ya, aku sebaiknya jangan nyerah. Dia hanya tersesat aja, enggak lebih. Kalau aku terus berusaha dan membuatnya sembuh, kemungkinan besar untuk mendapatkan hati dan raganya akan terjadi, kan?"Laki-laki itu sama sekali tak tahu keputusannya sudah benar atau salah, tapi akhirnya dia tetap akan mengejarnya.Dea pikir Rio sudah menyerah, karena sejak itu, dia tak pernah lagi muncul di sekitar lapangan atau mencari dirinya. Meski kata si Nana,
Read more
37. Prosesi Lamaran
Gerimis malam ini menjadi saksi bagaimana Rio serta keluarga intinya datang dengan maksud mulia, yaitu meminang anak bungsunya Pak Jhon. Lelaki dengan perawakan jangkung yang sangat memsona itu menginjakkan kaki di teras dengan bungah.Saat sudah ada di dalam, Rio sangat ramah. Seri wajahnya jelas terlihat bahagia. Beberapa kali ia terlihat mencuri pandang kepada Dea yang sejak awal kedatangan keluarganya hanya menunduk lesu.Jangankan mau membalas tatapnya yang penuh akan kekaguman, bicara saja hampir tidak jika bukan karena ditanya duluan. Dari sudut mata Rio, Dea memang sangat penurut sekali pada Pak Jhon sang calon mertua, apa yang ia katakan angguk turut saja. Tapi jauh dari lubuk hati terdalamnya, kasihan juga memaksa anak orang untuk menikah dengannya.'Ternyata benar, masih ada gadis yang bisa menolak pesonaku. Kupikir, karena ketampananku, semua wanita bisa tunduk begitu mudah. Ternyata tidak dengannya. Apa mungkin dia begitu karena suka sesama jenis?' Rio tak jemu memandang
Read more
38. Setelah Lamaran Itu
Demi apa pun, Dea ingin memuntahkan segala kecamuk pikiran kacaunya dengan kemarahan, dan ia telah melakukannya sekali, menamparkan sebilah tangannya dengan keras ke pipi Rio dengan kata umpatan kasar."Maaf, aku melakukannya juga untuk kebaikan kamu," ucap Rio penuh sesal di matanya. ia tak tahu Dea akan semarah ini karenanya.Semua telah terlanjur, tak mungkin Rio membatalkan kembali apa yang sudah lidah ucapkan. Dan tekadnya untuk membuat Dea sembuh dari yang namanya penyakit sesama jenis itu semakin kuat."Hah?! Nggak salah? Demi kebaikanku?! Yang ada itu buat kepuasan kamu aja sendiri karena berhasil bikin bapakku setuju! Dasar cowok gila! Kayak nggak ada cewek lain aja!" Dipukulinya dada Rio, masih sambil menangis tersedu.Pukulan dua tangan wanita sekuat apa memangnya? Rio sama sekali tak merasa sakit sama sekali walau Dea terlihat mengeluarkan sekuat tenaganya. Rio membiarkan Dea melakukan itu, dan dirinya hanya diam membisu beribu bahasa.Hingga akhirnya Dea berhenti sendiri,
Read more
39. Hanya Sedang Ingin Menangis
Dea Posa masih tertawa di depan minimarket dengan sahabatnya, Nana. Sampai ketika Daffa tiba dengan motor maticnya, tawa lepas Dea langsung terhenti kontan.Tak lama Nana yang nyusul berhenti tertawa. Dia mengikuti pandangan Dea ke mana, dan hmm ... saat tahu siapa yang membuat tawa serta keceriaan Dea sirna, Nana langsung merangkul lengannya."Udah, mending sekarang masuk, yuk. Jangan nodai matamu dengan melihat kebucinan pasangan kecamatan itu. Nanti yang ada kamu beneran jadi gila. Lagian sekarang ada Rio yang siap bikin kamu insyaf."Dea menatap Nana dengan gemas. "Jangan bahas insyaf lagi, aku jadi mau ketawa."Sejujurnya berat melangkah meninggalkan pemandangan indah di depan sana, tapi ya sudahlah ... untuk kali ini Dea nyerah. Lagian pasti tak lama setelah itu akan muncul Nadewi, ia yang dianggap Dea si wanita kuyang gara-gara merebut pujaan hatinya lewat jalur camat.Dea berani bersumpah, gedek tingkat dewa kalau ingat bagaimana para pegawai kantor camat itu membeberkan tenta
Read more
40. Jalan Bareng Rio
Salep luka itu Dea gunakan setelah magrib. Saat itu Dea sudah selesai mandi."Sshhh ...." Ia meringis kesakitan karena terlalu dalam menekan permukaan wajahnya.Salep di tangannya itu merupakan benda pertama yang Daffa berikan tanpa Dea minta. Masalahnya Dea masih saja penasaran kenapa tiba-tiba si doi memberikannya? Bukankah dia benci padanya?Arrrgh! Ingin sekali Dea berteriak saking kesalnya tak dapat menemukan alasan itu.Tok Tok Tok!Kegilaan Dea buyar sekejap mata. Dia yang sedang sibuk mengoleskan salep itu kontan mengambil consealer dan mengoleskannya di wajah untuk menyamarkan warna hijau keunguan di pipi."Dea ...." Itu suara Pak Jhon.Hmh! Dea menatap pintu dengan sinis. Kalau ingat lagi dengan raut bahagia Pak Jhon malam kemarin, rasanya Dea masih saja dendam."Ada calon suami kamu datang. Keluar cepetan," suruhnya sambil mengetuk-ngetuk pintu. Uh, untung saja Dea kunci dari dalam, jadi siapa pun tak bisa masuk sembarangan."Calon suami kampret?" gumam Dea. Rio datang mala
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status