Semua Bab Atasanku, Suami Keduaku: Bab 11 - Bab 20
188 Bab
ASK-011
Sebelum tiba di ruangan President Director. Ide melamar pekerjaan dengan sangat terburu-buru itu membuat Indah tidak sempat mencari pakaian baru dengan model terkini dan sesuai dengan bentuk tubuhnya yang terbilang masih berisi usai melahirkan. Malam hari sebelum berangkat interview Indah memutuskan akan memakai rok berpotongan A berwarna cokelat yang panjangnya di bawah lutut dan blus satin berwarna krem yang bagian depannya bisa dijalin membentuk pita yang menyamarkan bentuk dadanya. Sandal bertalinya juga masih ada yang bagus. Indah merasa cukup percaya diri mengadu nasib pagi itu. Dan setelah pontang-panting bangun dari pukul empat pagi, Indah berhasil berdandan rapi dan manis untuk kemudian menggendong dan menciumi Alif sebentar sebelum pergi. “Alif…Alif …. Doakan Mama keterima kerja, ya. Pagi ini di rumah sama Bu Anum. Jangan rewel kalau Bu Anum gantiin kantong gantengnya.” Indah mengusap kantong kolostomi Alif yang tertutup selimutnya. “Bu, titip Alif, ya. Doakan saya keterim
Baca selengkapnya
ASK-012
Yeni langsung terdiam memandang punggung Arsya yang menghilang di balik pintu.“Saya permisi ke dalam dulu, Mbak.” Indah mengangguk pada Yeni dan menyusul sang Presdir. Sebelum mendekati meja kerja Arsya, Indah mengetuk pintu dua kali agar pria itu menoleh ke arahnya.“Oh, ya. Kamu ke sini,” pinta Arsya. “Biasanya saya tidak bertanya alasan apa pun yang diberikan bawahan saya untuk sebuah keterlambatan. Macet?” tanya Arsya. Wajahnya masih sama datar seperti kemarin.Indah mengangguk. "Iya, Pak."“Jakarta sudah macet selama puluhan tahun. Kamu nggak bisa pakai alasan itu sekarang. Setiap pagi saya bangun pukul empat untuk tiba di kantor tepat waktu. Bagaimana? Ada alasan lain?” Arsya melipat tangan di depan dada. Mencoba memandang sepasang mata Indah yang sejak tadi menghindari tatapannya.“Bayi saya masuk UGD, Pak,” ucap Indah pelan. “Bayi laki-laki saya, anak pertama saya yang baru berusia satu bulan lebih pagi tadi badannya membiru. Dokter bilang kadar oksigen dalam darahnya menurun
Baca selengkapnya
ASK-013
Entah kenapa saat pertama kali Bu Anum menunjukkan rumah dengan dua kamar yang terletak di belakang rumah sakit itu Indah langsung jatuh hati. Bisa dibilang rumah itu adalah paviliun dari rumah utama yang berbatasan langsung dengan jalan. Tapi karena disewakan, pihak penyewa diberi hak melalui jalan tersendiri yang letaknya di sebelah bangunan utama. Walau letaknya di belakang, tapi Indah suka karena bangunan belakang itu tetap memiliki halaman. Setiap pagi Alif didorong keluar dalam stroller dan berjemur. Meski rumah itu ‘hanya’ menyewa, Indah rasa harganya pun tergolong murah. Cukup murah karena dengan uang segitu ia seakan membeli ketenangan yang sudah lama tidak ia miliki. Indah berharap bisa hidup dengan tenang selama membawa Alif rutin ke rumah sakit. Bisa dibilang kalau permasalahannya sedikit terpecahkan. Mulai ada titik terang untuk Alif, meski ia harus mengabaikan banyak kesakitan dalam dirinya. Di samping itu, Indah juga harus banyak belajar untuk pekerjaan baru dan perta
Baca selengkapnya
ASK-014
Sejak ayahnya bertandang ke kantor untuk mengajaknya makan siang, pikiran Arsya tidak lepas dari isi percakapan soal sosok wanita bernama Indah. Ayahnya tiba-tiba jadi banyak bertanya soal sosok wanita itu. Ari Subianto yang jarang mengingat nama pegawainya hari itu meminta CV Indah untuk dibaca berkali-kali. Gantian Arsya yang merasa aneh dengan sikap sang ayah.Apa mungkin pertanyaan soal Indah itu hanya untuk mengalihkan segala pikiran soal mendiang kekasihnya? Agar ia sibuk dengan sosok wanita baru yang bisa ia perhitungkan sebagai calon istri?Kenapa harus Indah yang bekerja di hari pertamanya? Ada Yeni yang sudah lebih lama bekerja sebagai asisten Sarah. Yeni single dan bisa dikatakan cantik juga bertubuh ideal. Ayahnya bisa saja menjodoh-jodohkan dia dengan Yeni. Kenapa harus Indah yang ayahnya tahu bahwa wanita itu sudah bersuami?Harusnya bisa saja Yeni, tapi kenapa ayahnya malah bertanya, “Indah yang tadi … menurut Abang sebagai pria, apa Indah cantik?”“Hush, Ayah nggak bol
Baca selengkapnya
ASK-015
Apotek yang dituju Indah terletak di dekat di dekat rumah sakit, yang tak jauh juga dari rumahnya. “Saya mau colostomy bag yang biasa. Satu kotak aja. Harganya masih sama, kan?” Indah mengangsurkan uang kertas empat ratus ribu.“Susunya sekalian, Kak? Untuk Alif, kan?” Gadis yang sudah mengenal Indah muncul dari belakang.Indah menggeleng. “Susunya masih banyak. Bulan depan aja,” kata Indah. Ia memilih bulan depan untuk berbelanja susu bukan karena susu Alif masih banyak. Tapi uangnya sudah sangat menipis. Bantuan bulanan yang biasa diberikan papanya belum tiba dan ia tidak enak untuk mengingatkan.Jadi, Indah berharap bulan depan akan ikut menerima gaji dalam jumlah proporsional seperti yang dijanjikan. “Mudah-mudahan susu Alif cukup sampai akhir bulan. Lagian masih bisa ASI juga.” Indah bergumam dengan bungkusan yang terayun di tangannya.Dari apotek ke rumah, Indah berjalan kaki hampir dua puluh menit. Cukup lama memang tapi sayang kalau harus ditempuh dengan ojek sepuluh ribu. Uan
Baca selengkapnya
ASK-016
Arsya meraup ponselnya dari meja dan menegakkan punggung. “Kenapa tidak ketuk pintu?”“Udah. Mungkin Bapak nggak dengar.”“Harusnya kamu istirahat makan siang. Atau hari ini kamu berniat diet? Sebaiknya jangan karena saya lebih suka kamu yang sedikit berisi.” Arsya bicara sambil lalu tanpa memandang Indah.Indah tidak mau menanggapi perkataan Arsya. Atasannya itu sedang mengalihkan tujuannya berdiri di sana siang itu. “Maaf sedikit lancang masuk ke sini untuk urusan pribadi. Tapi saya minta Bapak ambil semua belanjaan yang udah dikirim ke rumah saya.”“Saya tidak pernah mengambil apa yang sudah saya berikan.”“Saya memang sedang kesulitan. Tapi itu bukan berarti kehidupan saya dan putra saya bisa dijadikan hiburan para orang kaya.” Indah berdiri dengan kedua tangan terkepal di samping tubuh. Tatapannya lurus menatap atasan yang sejak tadi tidak memandangnya. Atasan gila, pikirnya. Bagaimana mau melamar kalau memandang dirinya saja pria itu tidak mau.Indah tertegun. Apa sebegitu besar
Baca selengkapnya
ASK-017
Pembukaan project baru perusahaan membuat Panca sering pulang-pergi Kalimantan. Kebetulan hari itu ia masuk kantor pertama kali setelah seminggu di luar kota. Dengan segudang tuntutan Mayang yang menyandang status sebagai istri sirinya, Panca tak sempat memikirkan pesan Indah yang bertubi-tubi. Dalam sehari Indah bisa mengirimkan sampai sepuluh pesan. Panca terganggu tapi tidak memblokir nomor Indah karena khawatir wanita itu malah datang merusuhinya. Juga karena alasan yang tidak bisa ia mengerti. Lewat tengah hari Panca baru saja berencana turun untuk makan siang. Mayang yang juga berkantor di gedung itu mengatakan sudah menunggunya di café lantai dasar. Namun setelah kaki Panca menjejak lobi, rasa laparnya menguap. Pak Hadi Ismawan; papa mertuanya berdiri dari salah satu sofa untuk menghampirinya. “Bagaimana Panca? Papa bisa bicara soal Indah dan Alif? Kita sudah lama sekali tidak ngobrol.” Pak Hadi sangat berharap Panca bisa meluangkan waktu siang itu. Perjalanan tiga jam dengan
Baca selengkapnya
ASK-018
Aksi menghindari Indah masih dilakukan Arsya sejak rombongan orang catering memasukkan meja dan menatanya seperti jamuan pesta di ruang tamu mungil wanita itu. Laporan tentang kantong belanja yang dikembalikan, diikuti dengan kabar bahwa buah-buahan dan cake tidak kembali. Sewaktu menerima laporan itu, Arsya baru selesai makan malam bersama keluarganya. Satu jam sebelum pulang biasanya ia dan ayahnya duduk menikmati secangkir kopi di teras samping, sambil mengobrol banyak hal. Arsya menjawab panggilan telepon di sebelah Pak Ari Subianto yang sedang mengangkat cangkir dan menyeruput isinya. “Kalau sudah selesai ditinggal aja, nggak apa-apa. Orang yang di sana pasti selalu update kabar. Yang paling penting cateringnya harus on time. Jangan ngaret. Harus pas di waktu yang ditentukan. Oke, terima kasih.” Arsya mengakhiri pembicaraan dan meletakkan ponsel di meja. “Siapa, Bang? Kenapa ngomongin catering? Presdir perusahaan tambang ngurusin catering juga?” Pak Ari Subianto memandang putr
Baca selengkapnya
ASK-019
Arsya diam sesaat memandang sepasang mata Indah yang tergenang air mata. “Kamu sadar ngomong apa barusan?” Indah menelan ludah. “Sadar, Pak.” “Karena sakit hati dengan apa yang dikatakan suami kamu barusan?” Arsya melirik Panca yang masih memandang ke arah mereka. “Bisa jadi,” jawab Indah. “Saya akan kirim pengacara untuk membantu proses gugatan cerai yang akan kamu layangkan. Paling lama tiga hari dari sekarang. Sebelum itu saya minta kamu memikirkan keputusan itu matang-matang. Saya nggak mau kamu menyesal atau mundur di hari H.” Arsya mengatupkan bibir seraya mengawasi air mata Indah yang sudah menggantung; bersiap jatuh ke pipi. Indah lalu berpura-pura menunduk menepuk bagian depan roknya. Ia mengerjapkan mata untuk menghalau cairan hangat itu. “Rasanya saya nggak perlu mikir sampai tiga hari. Saya udah yakin, Pak.” Telunjuknya mengusap pipi dengan sangat cepat. Tapi tidak cukup cepat untuk menyembunyikan air mata yang jatuh. “Baik. Sebelum topik ini dilanjutkan saya harus ng
Baca selengkapnya
ASK-020
“Kenapa ke sini? Kalau cuma mau tanda tangan itu, kan, bisa ketemu di luar.” Indah mengangkat Alif yang tadi ia pangku ke dalam dekapan.Arsya memandang meja catering dan menunjuknya. “Masakannya enak?”“Enak. Makasih banyak. Pertanyaan saya tadi, Pak. Kalau cuma tanda tangan itu, kita bisa ngobrol di luar. Saya nggak enak ….” Indah baru saja akan mengatakan bahwa ia tidak enak kalau Bu Anum atau tetangga melihat Arsya masuk ke rumah. Tapi rupanya Bu Anum yang sedang bersiap pulang keluar dari kamar. Indah menekuk wajahnya menjadi sangat serius.“Saya mau lihat Alif sebelum mengajak mamanya ngobrol di luar.” Arsya ikut duduk di lantai, tak sampai semeter dari Indah.“Selamat malam, Pak,” ucap Bu Anum.“Malam,” sahut Arsya tersenyum.“Saya bisa jaga Alif kalau Bapak dan Mbak Indah mau keluar.”“Nah, begitu. Terima kasih. Saya ada sedikit urusan bersama Mama Alif. Bukan sekarang, tapi sebentar lagi. Sekarang saya mau lihat Alif yang katanya sudah pintar mengenali mamanya. Begitu, kan?”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status