All Chapters of Sang Dewa Perang Terkuat : Chapter 641 - Chapter 650

Rowena menggigit bibir bawahnya dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan putranya. Sementara Riley tersenyum hangat pada sang putra lalu menjawab, “Tidak, anakku.”Harapan Kharel pun seketika tenggelam ke dasar samudera dengan begitu cepatnya. Pria muda itu tidak menunjukkan pemberontakannya tapi hanya bertanya dengan nada penuh rasa kecewa, “Kenapa, Ayah?”“Ayah yakin kau pasti juga tahu alasannya, Kharel. Kau … seorang putra mahkota, mana mungkin kau pergi ke kompetisi itu?” ucap Riley.Kharel tidak menyahut. Dia tidak tahu bagaimana cara menanggapi perkataan ayahnya dan tidak ingin membuat ayahnya sedih karena keinginannya yang sebenarnya sangat kuat. “Kau tahu, Nak … pamanmu sebenarnya menolak untuk mengikuti kompetisi ini. Karena di tahun-tahun sebelumnya, kita selalu kehilangan prajurit kita. Tidak pernah sekalipun prajurit-prajurit kita kembali dengan selamat

Riley Mackenzie pun terdiam. Sedangkan Rowena Wellington yang tengah menata ulang meja makan itu tiba-tiba saja menjatuhkan sendok.Kharel memungut sendok itu dan memberikannya pada pelayan yang selalu dikagetkan oleh sikap manis sang putra mahkota tampan itu. Rowena sontak menoleh ke arah sang suami yang terlihat terkejut. Namun, wanita itu tidak memberikan komentar apapun dan hanya diam.Kharel kembali mencoba untuk mengatur napasnya, tapi tidak mengulangi permintaannya pada sang ayah dan hanya menunggu jawaban dengan cemas. Riley menatap sang putra dengan tatapan penuh kasih dan akhirnya menganggukkan kepalanya, “Iya, Nak. Aku memberimu izin.”Sang Wakil Jenderal perang bahkan tidak bertanya alasan putranya begitu menginginkan mengikuti seleksi tersebut. Yang dia ketahui putranya pasti memiliki alasan yang sangat kuat sampai mengubah pendiriannya. Tak ada alasan baginya untuk menekan putranya berbicara segala hal kepadanya. Dengan cara itu, dia ingin putranya lebih bisa bertang

Elliot menaikkan alisnya dan segera menanggapi, “Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?”Kharel melotot tajam ke arah Elliot seolah tidak ingin sahabat baiknya itu memperburuk suasana. Tapi, dia sudah terlambat karena kemudian mereka mendengar Niall berujar, “Dia itu … seperti seekor kuda hitam yang tiba-tiba muncul dan menjadi pemenang.”Dia mendecakkan lidah lalu berkomentar, “Selama ini bahkan dia tidak pernah terlihat unggul di bidang manapun. Tapi … tiba-tiba saja dia menjadi pemenang, nomor satu pula. Sungguh mengejutkan!”Elliot yang menyadari bahwa ada sedikit nada aneh di dalam suara Niall pun mengerutkan kening, “Menurutku tidak ada yang mengejutkan dengan hal itu.”Niall langsung menaikkan alis kanannya, “Begitu?”“Yah, bagaimanapun dia itu memiliki darah Komandan Sehel yang perkasa. Mungkin … selama ini kemampuannya belum terlihat saja

Helen Corsh tersenyum lebar kepada sang putri kesayangan lalu berujar pelan agar suaminya tak mendengarnya, “Tidak ada yang perlu kita lakukan, Sayang. Dia sendiri pasti akan berusaha untuk terpilih.”Angelica hanya mengerutkan kening menanggapi ucapan sang ibu. Meskipun dia tidak terlalu mengerti, dia berpikir ibunya telah mengontrol semuanya sehingga dia pun hanya perlu untuk menonton saja. Sedangkan saudara kembarnya, Hanna, berulang kali mendesah sedih dan kecewa karena ternyata saudara sepupu kesayangannya itu tidak menepati janjinya. Akan tetapi, dia tidak bisa berbuat apapun karena ayahnya pun telah menyetujuinya. Yang bisa dilakukan hanyalah berharap bahwa Kharel Mackenzie tidak terpilih. Jika pun sepupu kesayangannya itu terpilih, dia berharap dia akan bisa kembali pulang dalam keadaan yang utuh. “Seleksi ini aku nyatakan dimulai sekarang,” ucap Xylan setelah pria itu memberikan sambutan sing

Helen menyahut dengan suara yang terdengar begitu tenang, “Ini baru sesi pertama, Nak. Jangan khawatir, masih ada tiga sesi lainnya.”Angelica terlihat tidak tenang tapi dia tahu dirinya hanya bisa menunggu. Sementara itu, James Gardner membaca hasil sesi putaran pertama itu dan tersenyum samar.Elliot Gardner, putranya menempati urutan pertama dengan nilai paling tinggi dan memiliki selisih cukup jauh dengan prajurit yang menempati tempat kedua yakni Ashton Sehel.Ashton Sehel memulai sesi pertama itu dengan set panahan dan berhasil mengalahkan poin Niall Anderson, sahabat Elliot.“Tidak apa-apa, masih ada beberapa putaran lagi,” kata Kharel ketika dia berpapasan dengan Niall yang wajahnya terlihat tegang. Niall membalas perkataan sahabat baiknya itu dengan senyuman hangat, merasa begitu senang karena memiliki sahabat-sahabat yang selalu membuatnya merasa berharga. Elliot, sahabatnya yang paling muda itu bahkan berlari untuk menghampirinya lalu menepuk bahunya, “Kau pasti bisa men