All Chapters of Suamiku Bukan Manusia: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
Kepercayaan yang Goyah
“Lepaskan Burhan dan kembalikan kalungku!” kata Risma dengan suara serak dari dalam cermin.Lidahku mendadak kelu, aku sangat ketakutan. Ini bukan yang pertama kali Risma datang menggangguku, harusnya aku sudah terbiasa dan tak perlu terlalu takut. Tapi hantu Risma begitu lain, auranya sangat kuat hingga mampu mengintimidasiku walau hanya dengan kehadirannya. Apalagi saat dia mengancam, meneror dan berbicara padaku ... selalu membuatku tak berkutik. Beberapa saat kemudian, Risma menghilang dan cermin langsung pecah. Aku terperanjat mundur beberapa langkah, kagetnya bukan kepalang. Dan semua rasa gerah juga lengket di badan mendadak hilang, kembali normal. Aku mengurungkan niat untuk membersihkan badan dan kembali ke kamar untuk tidur. Kupandangi suami dan bayiku yang masih pulas, suara teriakanku barusan tidak membangunkan mereka. Syukurlah. Mas Burhan juga tidak menyadari kedatangan Risma kali ini, apakah besok perlu kuceritakan tentang kejadian malam ini atau aku cukup diam saja?
Read more
Hantu dalam Minyak
“Risma ... pergilah ke alammu. Jangan menggangguku lagi, kita sudah berbeda dunia.” Untuk pertama kalinya aku menjawab teror hantu Risma meski sambil berbisik.“Aku tidak akan pergi tanpa membawa Burhan bersamaku. Enak saja dia bebas tanpa mempertanggungjawabkan perbuatannya padaku!” balas Risma.“Semua sudah berlalu, Risma. Jika yang kamu maksud adalah karena Mas Burhan telah merenggut kesucianmu ... hal itu sudah menjadi masa lalu, kamu pun sudah meninggal dunia. Lagipula, itu salahmu sendiri kenapa kamu tidak pandai menjaga kehoramatanmu. Jadi, apa lagi yang mau kamu tuntut dari suamiku?” jawabku.“Ini bukan soal itu! Tapi ini soal kejahatan suamimu padaku saat berada di dasar laut, hingga membuatku gentayangan!”“Aku sudah dengar semuanya dari Mas Burhan, kamu tidak perlu mengecohku. Dia tidak bersalah apa-apa atas meninggalnya dirimu, dosa-dosamu sendiri lah yang mengantarkanmu hingga ajal!” tegasku seraya memberanikan maju untuk mematikan kompor.Ikan asin yang kugoreng jadi han
Read more
Utang Bekas Judi
Aku jadi penasaran kenapa Risma terus-terusan menggangguku. Pasti ada hal yang sangat penting yang harus diselesaikannya denganku atau dengan Mas Burhan, dan itu bukan hal remeh-temeh. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah meninggal arwahnya menjadi tidak tenang dan terus-terusan menghantui, apalagi Risma sempat mengatakan bahwa suamiku pembohong, penipu, pencuri, dan julukan buruk lainnya? Kenapa Risma mengatai Mas Burhan seperti itu? Seharusnya, jika Risma mencintai Mas Burhan … dia tidak akan mengatakan hal yang buruk tentang Mas Burhan.Aku mulai menganggap serius terror hantu Risma ini. Dan pasti masih ada yang dirahasiakan Mas Burhan dariku sehingga hal ini bisa terjadi.“Lita, tolong telepon ojek Mang Ojak. Ibu mau ke Toko Arjuna komplain paketnya kosong. Untung aja beli di toko yang deket, jadi gampang ngurusnya,” kata ibu mertua sambil membereskan cangkang dan dus bekas paket-paket yang sudah dibuka untuk barang bukti.“Tidak usah komplain, Bu. Aku tahu kemana paket-paket i
Read more
Babak Belur
“Mas Burhan belum pulang,” jawabku mencoba setenang mungkin meski hati deg-degan karena takut. Mereka terlihat sangar dan menunjukkan sikap tidak bersahabat.“Halah, cuma jualan pentol doang udah banyak gaya, berani main judi sampai utang menumpuk!” kata salah seorang dari mereka yang berbadan agak gemuk.Aku khawatir Mas Burhan dulu pinjam ke rentenir, dan mereka yang ada di hadapanku sekarang ini adalah para algojo suruhan rentenir itu. Bisa jadi seperti itu, kan?“Maaf, suami saya punya utang bekas apa ya? Dan sama siapa dia berutang? Setahu saya, suami saya tidak punya utang pada siapa pun,” kataku.“Bekas judi! Dulu suamimu doyan judi, ketika kalah taruhan dia minjam kami untuk modal berjudi lagi. Dan jelas suamimu tidak akan jujur padamu, orang seperti dia pandai berbohong dan menipu!” Salah seorang diantara mereka maju selangkah mendekat ke arahku, dan aku pun mundur selangkah. Dia mengatakan hal yang sama dengan Risma, bahwa Mas Burhan suka berbohong dan menipu, sehingga terl
Read more
Misteri Kalung Risma
Seperti ada seutas tali yang mencekik leher ini, dan aku terseret ke belakang dari posisi duduk.Kupegangi leherku dengan kedua tangan, tak ada suatu benda pun yang mencekikku namun rasanya aku benar-benar tengah dicekik.“Risma! Kamu datang lagi!” kataku.“Ayo, bilang pada suamimu untuk segera menebus dosa-dosanya padaku! Dan kembalikan kalungku! Dia pembohong, jangan tertipu kata-kata dan sikap manisnya!” bisik Risma di telingaku.Setelah itu, dia melepaskan cekikkannya dengan kasar, membuatku tersungkur ke depan hingga menubruk punggung Mas Burhan yang sedari tadi memang duduk di depanku.“Kamu kenapa?” tanya Mas Burhan, menoleh padaku.“Ri—risma datang lagi, Mas. Apa kamu tidak merasakan kehadirannya barusan?”Mas Burhan cukup terkejut. “Kalung yang kuberikan padamu, kamu masih menyimpannya, kan?” tanyanya.“Kusimpan di lemari,” jawabku. “Mas, Risma sering datang dan menggangguku ... sepertinya dia tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai.Sebenarnya, apa maunya dia , Mas? Di
Read more
Langsung Labrak
Tangisku pecah“Rasanya aku tak sanggup lagi dengan kondisi ini, Mas. Aku capek, Lelah menghadapinya. Aku ingin hidup normal seperti dulu, tidak dihantui rasa takut dan penuh ketegangan seperti sekarang,” keluhku dalam tangisan. Mas Burhan hendak memberikan klarifikasi namun urung karena tangisku makin kencang, jujur aku sudah muak dengan keadaan di rumah ini, rasanya kesabaranku sudah habis. Aku merindukan kehidupanku yang dulu.Mendengar suara tangisanku, tampaknya membuat Mas Burhan terdiam. Sekilas kulihat dia tengah memandangiku dengan tatapan yang tak kumengerti apa artinya. Lalu dia melangkah pelan mendekat, semakin dekat sambil menawarkan pelukan, mungkin dia ingin meredakan tangisku namun kutolak. Aku menggeser posisiku demi menghindari pelukannya. Yang kubutuhkan sekarang bukan pelukan, melainkan sebuah jawaban yang sebenarnya. Akan tetapi, sepertinya Mas Burhan hanya terfokus pada tangisanku saja dan ingin menenangkanku. Akhirnya suamiku itu mundur lagi, kembali ke posisi
Read more
Percikan Perseteruan
“Mana ada maling ngaku,” balasku.“Berani sekali ya kamu, mentang-mentang selalu dibela ibu mertua. Ingat, aku ini iparmu yang paling tua, pengganti orangtua jika mereka sudah tiada. Jangan kurangajar kamu, Lita! Menuduhku maling kalungmu, di mana otakmu disimpan? Sungguh aku kaget banget kamu seperti ini, ternyata seperti ini ya dirimu yang asli. Kupikir kamu manis budi, tapi ternyata sama aja … gak ada istimewanya sama sekali. Harusnya ibu mertua tahu sifat aslimu ini, biar dia gak belain kamu terus dan terbuka mata hatinya kalau menantu kesayangannya gak sebaik yang dia pikir.” Kak Titi semakin meradang saat aku blak-blakan menuduhnya maling.“Pokoknya balikin, kutunggu nanti siang di rumah,” tegasku.“Heh, Lita. Apa buktinya kalau aku yang mencuri kalungmu? Jangan asal nuduh!”“Siapa lagi kalau bukan Kakak? Satu-satunya yang datang beramu dan menginap ke rumah ya cuma Kakak!”“Ingat ya, Lita. Waktu itu di rumahmu bukan hanya ada aku, tapi ada ibu mertua juga! Dia juga kan statusny
Read more
Bu, Apa Aku Sudah Gila?
“Tidak pernah aku berkata seperti itu,” jawab Mas Burhan. “Tentu saja kamu tidak akan mengaku, karena ada istrimu di sini. Apa kamu tidak ingat waktu tidur denganku, kamu berjanji akan meninggalkan istrimu dan hidup bersamaku? Sekarang, tepatilah janjimu! Cepat kau tinggalkan Lita, lalu selamatkan aku, gantikan posisiku. Aku sudah mengalah dengan cara memberimu kesempatan hidup untuk melihat istrimu terakhir kalinya. Sudah beberapa minggu ini kau puas melihatnya bahkan hidup dengannya, sekarang sudah cukup waktumu, kembalilah tepati janjimu atau aku akan semakin mengganggu hidup kalian!” tegas hantu Risma.Seberkas cahaya muncul di hadapan Mas Burhan, aku terkesima dibuatnya. Cahaya itu membentuk pusaran yang seakan siap menghisap setiap benda di hadapannya.“Ayo, pulanglah!” lanjut hantu Risma mengajak Mas Burhan pulang entah kemana yang dia maksud namun Mas Burhan hanya diam saja, dia terlihat sedang melawan energi yang datang padanya.Semakin Risma mendesak Mas Burhan untuk masuk
Read more
Tumbal
“Sudah, jangan banyak pikiran. Habiskan makanmu lalu istirahat. Ibu akan panggilkan Dokter Arif untuk memeriksamu, Ibu sudah ke rumahnya tadi pagi dan dia bersedia datang ke sini sekalian lewat berangkat dinas ke rumah sakit.” jawab Ibu.Dokter Arif tinggal di RT sebelah. Selain bertugas di rumah sakit, dia juga menerima panggilan setiap warga yang membutuhkan jasanya dan akan datang ke rumah pasien saat dirinya sudah ada waktu luang. Beruntung aku mendapat waktu luangnya sebelum Dokter Arif berangkat kerja nanti.Bubur yang kumakan sisa dua sendok, tak sanggup menghabiskannya karena perutku tiba-tiba saja kembung dan makin lama makin membesar seperti tengah hamil tujuh bulan. Begitu melihatnya, aku langsung menjerit, “Bu, perutku membesar! Perutku membesar!”“Mana, Lita? Perut kamu normal, dar tadi juga begini,” kata ibu mertua. Dia sepertinya panik melihatku.“Haus, Bu! Haus! Minta air sebotol,” lanjutku.Tak lama kemudian, ibu mertua kembali dari dapur dan membawa sebotol air ukura
Read more
Dijual
“Astaghfirulloh, maksudnya aku ditumbalkan, begitu?”“Iya, Mbak Lita. Kurang lebih seperti itu,” jawab Dimas.Gemetar tangan dan kaki saat kudengar hal itu. Semua orang pasti akan merasa takut dan tidak tenang saat mendengar bahwa dirinya dijadikan tumbal. Begitu pun dengan yang kurasakan sekarang.“Tak sangka perselingkuhan Risma dan Mas Burhan berakhir rumit seperti ini, menyisakan pembalasan, karma, dan terror dua dunia. Tapi kenapa harus aku yang ditumbalkan seakan-akan akulah yang bersalah? Apa salahku? Seharusnya di sini akulah yang menjadi korban atas perselingkuhan mereka,” kataku gemetaran.“Karena diawali dengan sesuatu yang haram, tidak bermanfaat, makanya jadi seperti ini. Perseteruan antara Risma dan Mas Burhan ini kan diawali dengan perselingkuhan dan zina. Dan sama sekali tidak ada kebaikan dari perbuatan itu,” respon Dimas. “Kalau dalam kasus cinta segitiga ini, Mbak Lita memang sebagai korban yang dirugikan. Tapi saya merasakan bahwa di samping Mbak Lita adalah sasara
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status