All Chapters of Pilihan Hati Ayuna : Chapter 31 - Chapter 40
91 Chapters
Bab 31
"Papa tidak suka melihat cara Prabu menatap Mama."Salma yang sedang membersihkan riasan wajah, menghentikan kegiatan. Wanita anggun tersebut menatap Bram yang sedang duduk di pinggir ranjang, memperhatikan dari cermin di depannya. "Sepertinya dia masih ada rasa sama Mama."Salma menghela napas panjang. Tidak ingin menanggapi ucapan suaminya, Salma memilih melanjutkan kegiatan yang sempat terjeda."Mama dengar Papa bicara, kan?" Bram yang merasa Salma tidak menanggapinya, berdiri menghampiri sang istri untuk mengelus bahunya. "Papa cemburu, Ma."Salma tersenyum mendengar kalimat terakhir suaminya. "Kok Mama malah senyum?" Bram mengerutkan dahi. "Memangnya harus bagaimana? Aku hanya merasa lucu sama tingkah kamu, Mas. Kecemburuan kamu tidak beralasan. Wajar kalau dia bersikap ramah karena seharusnya memang seperti itu.""Tapi sama Mama sikap dia berbeda. Papa jelas melihat dia masih ada rasa sama Mama.""Itu bukan urusanku," sergah Salma seraya menepis tangan Bram dari bahunya, kem
Read more
Bab 32
Airin NatasyaNama itu pernah terpatri di hati Sadewa dan menempatinya selama beberapa tahun. Gadis berperawakan tinggi tersebut adalah mantan kekasihnya saat kuliah dulu. Gadis yang untuk pertama kalinya mengenalkan Sadewa pada rasa cinta, tetapi juga luka secara bersamaan. Sadewa dengan susah payah menghapus nama itu setelah pengkhianatan yang dilakukan sang gadis. Ia sampai harus berpindah ke negeri orang agar segala hal tentang Airin tidak pernah didengarnya lagi. Sadewa berhasil membuang nama Airin dari hatinya, bahkan telah mengisinya dengan nama lain. Namun, ternyata takdir mempertemukan mereka kembali dengan kondisi Airin yang sangat jauh berbeda. "Papa ketahuan korupsi. Semua harta kami disita dan Papa dipenjara. Aku dan Mama tinggal di kontrakan kecil tidak jauh dari sini."Airin mulai bercerita. Saat ini keduanya duduk di salah satu meja di sudut cafe. Sadewa memutuskan untuk berbincang sebentar dengan Airin karena walau bagaimanapun, mereka pernah punya hubungan baik di
Read more
Bab 33
"Pipi Mama kenapa? Kok merah begini?"Bram memperhatikan Pipi istri keduanya yang terlihat memerah. Ia juga merasa aneh sebab Prita tidak menyambut kedatangannya seperti biasa. Satu malam lagi adalah jadwalnya di rumah sang istri kedua. Bram sudah tidak sabar ingin segera beralih jatah sebab merindukan sang istri pertama. Ah ... Bram merasa jatuh cinta lagi pada Salma. Setiap hari bayang wajah sang istri serta kelembutannya menari di pelupuk mata hingga ia kerap kali mengabaikan keberadaan Prita. Semenjak Bram bertemu lagi dengan Prabu yang merupakan mantan kekasih istrinya, dan melihat pria yang pernah menjadi saingannya itu nampak masih menyimpan rasa pada sang istri, Bram tidak bisa tenang. Ia takut Prabu akan merebut Salma darinya, apalagi ia tahu status Prabu yang seorang duda. Rasa takut itu membuat Bram sadar bahwa Salma sangatlah berharga. Dirinya saja yang bodoh sebab telah menyiakan istri hampir sempurna seperti Salma hanya karena tergoda oleh kecantikan Prita. Entah me
Read more
Bab 34
"Bagaimana kabar kamu, Sayang? Raga memperlakukan kamu dengan baik, kan?"Prita mengelus punggung sang putri yang nampak lebih kurus. Semenjak pernikahan Anggia dan Raga dua bulan yang lalu, kali ini memang pertama kalinya Prita mengunjungi sang putri di rumahnya. Perubahan Bram akhir-akhir ini membuat Prita harus waspada. Ia mulai menurunkan ego dengan tidak lagi menjelekkan Salma dan berusaha memberi pelayanan sebaik mungkin pada suaminya tersebut, hingga ia lupa pada Anggia yang belum pernah dikunjunginya. "Aku baik-baik saja, Ma. Mas Raga memperlakukan aku dengan baik." Anggia mengilas senyum, menyembunyikan kesedihan agar sang Mama tidak khawatir. Semenjak malam di mana Raga menyentuhnya dan berakhir dirinya yang merasa bodoh dan mengenaskan, Anggia tetap menjalankan perannya sebagai seorang istri sebagaimana mestinya, meski sikap Raga tetap sama. Dingin dan bicara seperlunya. Pria itu tetap memberinya nafkah lahir maupun batin, tetapi hanya sebatas kewajiban saja. "Tapi kam
Read more
Bab 35
"Kamu dari mana, Mas? Kenapa jam segini baru pulang?"Anggia menjegal langkah Raga yang akan memasuki kamar mandi. Sudah beberapa jam ia menunggu suaminya pulang, tetapi Raga baru muncul di jam sembilan malam. Anggia menebak Raga pasti menghabiskan waktu bersama wanita yang tadi ia lihat di Resto. Andai dugaannya benar, Anggia harus mencari tahu wanita itu untuk memberinya peringatan agar tidak dekat-dekat dengan suaminya. "Dari rumah sakit. Memangnya dari mana lagi?" Raga menjawab dengan santai. Tak ia hiraukan raut wajah Anggia yang nampak menahan kekesalan. "Yakin dari rumah sakit?"Raga mengerutkan kening. "Yakinlah. Kenapa kamu bertanya seperti itu?""Karena aku tahu kamu berbohong!" Gerakan tangan Raga yang membuka kancing kemeja terhenti. "Kamu nuduh aku berbohong? Atas dasar apa?" desisnya mulai terpancing emosi sebab Anggia menuduhnya tanpa alasan. "Jangan mengelak lagi, Mas! Aku melihatmu di Resto dengan seorang wanita. Bisa-bisanya ya kamu makan siang di luar dengan wa
Read more
Bab 36
Rasanya seperti mimpi. Pengakuan yang diucapkan Ayuna membuat Sadewa terpaku beberapa saat. Ayuna mencintainya. Akhirnya ... kata cinta ia dengar dari mulut sang istri. "Kamu ... tidak sedang becanda, kan?" Sadewa ingin memastikan tidak salah dengar.Ayuna menggeleng. "Tidak. Aku sedang tidak becanda. Aku memang mencintai Mas Dewa. Entah sejak kapan rasa ini tumbuh, tapi yang pasti, aku takut kehilanganmu, Mas. Aku cemburu melihat kamu dekat dengan Airin."Sadewa mengeratkan pelukan. Dikecupnya rambut sang istri dengan lembut. "Terima kasih, Sayang. Mas bahagia mendengarnya. Kamu tenang saja. Tidak ada ruang di hati ini untuk wanita lain selain kamu. Hanya kamu yang berhak menempatinya." Sadewa tidak sedang membual. Hati dan cintanya memang telah habis hanya untuk Ayuna. "Benarkah?" Ayuna mengurai pelukan. Kepalanya mendongak, menatap Sadewa, mencari kesungguhan lewat mata suaminya. "Bagaimana dengan Airin?" Sadewa mengerutkan dahi. "Memangnya kenapa dengan Airin?"Ayuna mencebik
Read more
Bab 37
"Bagaimana rasanya memimpin perusahaan? Sudah mulai terbiasa?"Pertanyaan yang dilontarkan Brata, jelas ditujukan pada Sadewa. Seluruh anggota keluarga tengah berkumpul di ruang keluarga. Acara makan malam telah selesai dan saatnya untuk bercengkrama. "Begitulah, Opa. Sedikit pusing, tapi ya ... tetap harus dijalani. Namanya juga tangguh jawab," jawab Sadewa dengan tersenyum. Tangannya tak lepas dari jemari Ayuna yang duduk di sampingnya. "Betul. Yang namanya bertanggung jawab dalam memimpin perusahaan memang tidak mudah. Tapi Opa yakin, kamu bisa menjalankannya dengan baik. Kehebatan keluarga Januarta dalam mengelola bisnis sudah tidak diragukan lagi. Kamu adalah penerus mereka dan pasti kehebatan itu menular padamu," ujar Brata. Merasa bangga sebab cucunya mendapatkan suami yang mewarisi darah sahabatnya, Malik Januarta yang terkenal sangat disegani di kalangan para pebisnis pada zamannya. Sadewa hanya tersenyum saja. Tidak ingin menanggapi pujian Brata terlalu berlebihan, sebab
Read more
Bab 38
"Hallo, Mas Bara. Saya ingin bertemu malam ini untuk membicarakan tawaran kerja sama kemarin."Bara menyeringai. Pria itu memang sangat yakin Airin akan menghubunginya setelah kemarin ia menawarkan kerjasama yang menguntungkan bagi mereka. Tak sengaja mendengar percakapan Sadewa dan Airin membuatnya tak ingin membuang kesempatan. Dari pembicaraan mereka, Bara yakin Airin masih mencintai Sadewa. "Oke. Nanti saya kirim alamat tempat kita ketemuan lewat pesan."Bara mematikan ponsel setelah Airin mengiyakan. Pria itu mengepalkan tangan kala mengingat penolakan Ayuna terhadap lamaran darinya, dan memilih Sadewa yang saat itu belum mereka ketahui identitas yang sebenarnya. Bara memang sudah jatuh hati pada Ayuna sejak lama, semenjak sang wanita menjadi kekasih Raga. Bara menahan perasaannya tersebut sebab menghargai sahabatnya. Namun, ketika ia tahu Raga mengkhianati Ayuna, Bara memutuskan untuk mulai bergerak. Ia tidak ingin sampai telat mengambil langkah hingga Ayuna kembali dimiliki
Read more
Bab 39
"Kalau sudah seperti ini, apa Mas masih ingin mempertahankan mantan kekasihmu itu di perusahaan?"Nada suara Ayuna terdengar dingin. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa marah dan kesal sekaligus setelah mendengar cerita dari suaminya. Ternyata ancaman Airin tidak main-main. Wanita itu nekat melakukan cara kotor demi menjerat Sadewa agar menjadi miliknya."Tentu saja tidak. Besok Mas akan memecatnya." Sadewa mengeratkan pelukan pada tubuh sang istri. Merasa bersalah sebab tidak mendengar peringatan Ayuna ketika mengatakan bahwa Airin bisa melakukan apa saja untuk membuatnya kembali pada pelukan wanita itu. "Baru sadar, heh? Kemarin ke mana saja? Masih belum tega berpisah dari mantan?""Sayang ...."Sadewa memelas. Sindiran sang istri sangat membuatnya tidak nyaman. "Memang bener, kan? Padahal aku sudah ngasih peringatan, tapi gak didengar juga." Ayuna mencebik. "Maaf. Mas memang terlalu naif. Tapi Mas janji akan segera menyelesaikan semuanya." Sadewa bersungguh-sungguh. Ayuna tersen
Read more
Bab 40
"Kamu gila, Bar! Kenapa kamu sampai nekat seperti ini?"Dua sahabat itu masih berdiri berhadapan dengan mata yang sama-sama menatap nyalang. Tangan Raga mengepal di kedua sisi tubuh. Mantan kekasih Ayuna tersebut tidak pernah menyangka bahwa Bara, sahabat yang ia kenal sangat baik, bisa berbuat hina hanya karena obsesi ingin memiliki Ayuna. Kecurigaan Raga bermula ketika pria itu tak sengaja melihat Ayuna dan Bara sama-sama memasuki Resto. Entah dorongan dari mana sebab Raga ingin sekali membuntuti keduanya. Pria itu duduk di meja tidak jauh dari tempat mereka dan berpura-pura makan siang di sana juga. Raga dibuat makin curiga saat melihat Bara memasukkan sesuatu pada minuman Ayuna. Hampir saja ia mendekat saat melihat Ayuna hampir limbung, tetapi pergerakannya terhenti karena Bara lebih dulu menahan tubuh mantan kekasihnya itu. Raga tidak bisa untuk berhenti berpikiran buruk kala melihat Bara membawa Ayuna ke dalam mobil milik sahabatnya tersebut, apalagi tujuan Bara ternyata bukan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status