Semua Bab Nasi Kotak: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Bab 11
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP POV EVIKenapa badan jadi meriang begini. Jangan-jangan ucapan Suci kemarin tidak main-main. Aku mau dijadiin tumbalnya. "Ayo, Ma. Papa antar ke dokter sekarang," ajak suamiku."Sepertinya sakit Mama bukan sakit biasa, Pa," jawabku sambil mengusap bagian tubuh yang terasa nyeri."Bukan sakit biasa gimana?""Mending kita ke orang pintar saja, Pa." "Orang pintar?""Iya, sakit Mama ini karena mau dijadikan tumbal oleh Suci. Kemarin dia bilang sendiri. Banyak saksinya.""Suci istrinya Ihsan?""Siapa lagi. Ayo, Pa, cepetan. Mama takut."Akhirnya aku dan Mas Marno pergi ke tempat Mbah Sih–orang pintar yang cukup terkenal di daerah kami. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat perempuan tua yang umurnya sudah hampir seratus tahun itu. "Mbah, saya mau minta tolong. Apa benar ada orang yang mau menjadikan saya tumbal pesugihan?" tanyaku ketika sudah bertemu dengan Mbah Sih. Dia menatapku lalu memegang kepalaku dengan sedikit menekan. "Apa
Baca selengkapnya
Bab 12
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Aku tidak habis pikir dengan Bu Evi. Sudah jelas diagnosa'nya demam berdarah. Masih saja mikirnya mau dijadikan tumbal.""Ya, sudah, Dek. Biarkan saja dia mau bicara apa. Namanya juga Bu Evi.""Mereka itu kenapa, sih, Mas, sama aku. Cuma masalah nasi kotak, sekarang merembet ke mana-mana. Kemarin dihina karena tidak punya uang. Sekarang aku ada rezeki lebih dipikir punya pesugihan. Sekalian saja 'kan aku bilang mereka akan jadi tumbal. Eh … beneran nanggepinnya. Ada-ada saja. Diam diinjak, bersuara salah."Sesampainya di rumah. Ibu-ibu geng'nya Bu Evi ternyata masih ada. Tadi waktu Bu Evi pingsan, aku dan Mas Ihsan yang mengantar ke rumah sakit dengan angkot. "Assalamu'alaikum.""Bu Kadus, Suci sudah pulang," ucap ibu-ibu tersebut tanpa menjawab salam dari kami.Bu Kadus pun keluar bersama Emak. Kenapa Bu Kadus ada di sini? Padahal beliau 'kan sedang punya hajat."Mbak Suci, bagaimana keadaan Bu Evi," tanya Bu Kadus."Aduh, Bu. Kenapa ditanya s
Baca selengkapnya
Bab 13
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Kenapa kamu menampar Bu Yati, Ci? Emak tidak apa-apa," terang Emak setelah keluar dari rumah Bu Evi."Maafin Suci, Mak. Tadi reflek. Kening Emak sampai merah dan benjol begitu kok bilang tidak apa-apa.""Pasti nanti jadi masalah lagi.""Emak tidak perlu mikirin hal itu. Suci yang akan menghadapi mereka. Kesabaran Suci sudah habis, Mak."—----------"Ada apa, Mas?" Aku menoleh ke arah Mas Ihsan dengan mata setengah terbuka. Memandang ke arah jam yang menempel di dinding. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam."Bangun dulu!" pintanya. Aku segera merubah posisi tubuh setengah duduk.Tiba-tiba Mas Ihsan mencium keningku sambil mengucapkan selamat ulang tahun. Doa pun dia panjatkan. Membuat perasaanku begitu haru. Aku sendiri bahkan tidak ingat kalau di pergantian tanggal ini adalah hari ulang tahunku. "Terima kasih, ya, Mas. Terima kasih atas doanya. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian dan kesabaran untuk'ku selama ini.""Aku ada sesuatu u
Baca selengkapnya
Bab 14
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Harusnya orang-orang seperti Bu Evi dan gengnya itu yang mesti merubah cara pikir dan memperbaiki sikap agar dusun kita ini adem ayem," jawab emak ketika aku menceritakan kejadian saat PKK."Suci heran, Mak. Kok ada warga dusun seperti mereka.""Jangan salah, Ci. Justru orang dusun banyak yang seperti itu. Apalagi kalau memiliki materi lebih dari lainnya. Sampai lupa kalau di atas langit masih ada langit.""Assalamu'alaikum." Terdengar ucapan salam yang menghentikan obrolan kami. Suara itu? Sepertinya aku kenal. Aku yang sedang melipat baju dibantu Emak segera beranjak untuk memastikan bahwa suara barusan adalah suara Ayah.Benar saja. Beliau berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Aku tidak menyangka Ayah akan datang ke sini."Sampai kapan membiarkan Ayah berdiri di luar? Apa kamu tidak ingin mempersilahkan masuk?""Ayah." Segera mendekat dan memeluk beliau. "Kenapa Ayah tidak bilang kalau mau ke sini?" tanyaku mendongakkan wajah."Memangnya
Baca selengkapnya
Bab 15
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Dek," panggil Mas Ihsan saat aku dan Dila pulang dari rumah Bu Kadus. Mas Ihsan sendiri baru pulang kerja. "Dari mana kalian?" tanya Mas Ihsan ketika kami sudah masuk ke dalam angkot."Habis nyelesein masalah, Mas." Menghembuskan napas kasar sambil menyadarkan kepala di sandaran jok."Masalah apa?" Mas Ihsan menjalankan angkotnya. "Ceritanya panjang, Mas. Nanti aku ceritain kalau sudah sampai rumah."Setelah sampai rumah, aku masak air untuk mandi Mas Ihsan dan membuatkan teh hangat."Ini, Mas. Diminum dulu," tawarku.Mas Ihsan meraih teh dari tanganku dan meneguk tanpa sisa. "Terima kasih, Dek. Teh buatan kamu selalu pas dan nikmat," pujinya. Kata-kata yang membuatku merasa dihargai sebagai istri. "Oh, ya, Ci. Tadi kamu belum jawab pertanyaan Emak. Kenapa Dila diminta ke rumah Bu Kadus. Memangnya ada apa?" tanya emak penasaran.Mas Ihsan menatapku, menunggu penjelasan yang sudah kujanjikan tadi."Soal Bu Yati, Mak. Suci minta balik uang yang
Baca selengkapnya
Bab 16
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Cepetan. Ngebut sedikit! Jangan sampai ada yang lihat saya dibonceng kamu," ucap Bu Yati sambil membenamkan wajah di punggungku."Memangnya kenapa kalau ada yang lihat?" "Masih nanya. Nanti saya dikira pro sama kamu. Bisa bahaya kalau Bu Evi sampai tahu.""Memangnya Bu Evi mau bantu Bu Yati waktu susah begini? Takut kok sama manusia. Takut sama Tuhan, Bu.""Ngga perlu ceramah. Ini kapan sampai rumah kamu. Kenapa perasaan lama banget," protesnya. "Lha wong saya mau ke warung dusun sebelah dulu. Tadinya 'kan mau ke mini market. Tapi ngga jadi karena Bu Yati.""Astaga. Kamu sengaja, ya, ngajakin saya muter-muter."-Sampai di depan rumah, Bu Yati lari dan nyelonong masuk begitu saja, tanpa permisi apalagi salam.Emak yang sedang duduk sampai kaget."Ada apa ini, Ci?" tanya emak."Tidak ada apa-apa, Mak.""Terus, Bu Yati?" Emak bingung.Aku tersenyum sambil mempersilahkan pria penagih utang yang masih berdiri di ambang pintu."Assalamu'alaikum," uc
Baca selengkapnya
Bab 17
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Ibu-ibu … ada berita bagus. Mau tahu?" Bu Atik mendatangi kami yang sedang belanja di Pak Kasman."Berita apa memangnya?" jawab seseibu."Semua warga yang bekerja di tempat Pak Marno akan diajak makan enak di sebuah restaurant mewah. Termasuk pekerja sementara. Beserta keluarga masing-masing."Ibu-ibu yang mendengar hal tersebut melongo, seakan tidak percaya dengan ucapan Bu Atik barusan. "Masih pagi sudah ngajakin bercanda saja Bu Atik ini," sahut seseibu lainnya."Eh, Bu. Siapa yang bercanda. Bu Evi sendiri yang minta saya untuk memberitahukan pada warga tentang berita ini. Dia memang orang kaya baik hati, makanya mau berbagi.""Berarti bisa satu dusun sendiri, dong, Bu, yang datang. Secara sebagian besar warga sini kerja dengan Pak Marno, ditambah pekerja sementara." Pak Kasman ikut bersuara."Ya, memang. Kalau saya, meski suami tidak bekerja di sana, tapi 'kan memiliki hubungan dekat dengan Bu Evi," terang Bu Atik sangat bangga.Aku yang men
Baca selengkapnya
Bab 18
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Pak Wan tidak salah tempat 'kan?" tanyaku sesaat setelah kami turun dari mobil. "Tidak, Mbak. Pak Rudi memang menyuruh saya mengantar kalian ke restaurant ini.""Terus sekarang Ayah mana?""Pak Rudi masih dalam perjalanan. Kalian diminta langsung masuk saja." Aku tidak tahu kenapa Ayah menyuruh kami datang ke restaurant yang sudah dibooking Bu Evi. "Permisi. Benar dengan Mbak Suci dan keluarga?" tanya seorang pria berpakaian rapi mendatangi kami yang masih berdiri di depan. "Iya, benar," jawabku."Perkenalkan, saya Putra–manager restaurant. Mari kalian saya antar ke meja yang sudah dipesan khusus oleh Pak Rudi," terangnya.Kami pun mengikuti langkah pria tersebut. Saat baru masuk, semua mata tertuju pada kami. Memandang dari ujung kaki sampai ujung kepala.Mungkin mereka kaget dan bingung melihat kedatangan serta penampilan kami. Dari meja tengah, Bu Evi dan geng'nya langsung berdiri. Pun dengan Pak Marno."I-itu mereka 'kan?" terdengar uca
Baca selengkapnya
Bab 19
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP Aku bingung ketika sampai di rumah sudah ada Pak Handoko dan seorang perempuan, mungkin sekretaris pribadinya. Pak Handoko sendiri adalah pengacara keluarga kami."Ternyata kalian sudah sampai lebih dulu," ucap ayah setelah turun dari mobil."Apa kabar, Pak?" sapaku."Alhamdulillah baik. Mbak Suci sendiri?""Seperti yang Bapak lihat, Alhamdulillah sangat baik."Tidak berapa lama, Mas Ihsan, Emak dan Dila pun sampai. Mobil mereka memang di belakang kami.Aku segera membuka pintu dan mempersilahkan Ayah, Pak Handoko dan sekretarisnya masuk. Pun dengan Pak Heru dan Pak Wan. Tetapi mereka memilih menunggu di luar.Ayah memintaku, Mas Ihsan dan juga Emak untuk duduk bersama. "Dila, masuk ke kamar dulu, ya, Nak," titahku. "Sudah disiapkan semua berkasnya," tanya ayah pada Pak Handoko."Sudah, Pak Rudi." Perempuan cantik yang duduk di sebelah Pak Handoko memberikan stopmap pada beliau. "Tapi kenapa mendadak sekali, Pak?" tanya Pak Handoko pada Ayah.A
Baca selengkapnya
Bab 20
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Bu Kadus, saya titip Emak, ya," ucapku. "Ini ponsel kalau Emak ingin menghubungi kami." Memberikan ponsel yang sengaja aku beli untuk Emak agar kami bisa komunikasi setiap saat.Hari ini, aku, Mas Ihsan dan Dila akan pindah ke rumah Ayah. "Iya, Mbak Suci. Saya pasti akan menjaga Emak," jawab Bu Kadus."Iya, Ci. Kamu tenang saja. Nanti setiap hari saya ke rumah Emak," sambung Mbak Icik.Sebenarnya sangat berat meninggalkan Emak sendirian, apalagi beliau sudah tidak sehat. "Ci, ini dibawa!" Emak keluar dari belakang sambil membawa toples plastik."Kering?""Iya, kemarin waktu kamu pergi, Emak bikin ini."Aku memang sangat suka dengan kering buatan Emak. Dulu hampir tiga hari sekali beliau selalu membuatkan aku kering kentang dan kacang. Tapi setelah Emak sakit-sakitan, aku melarang beliau melakukan aktivitas berat, sekalipun hanya memasak. Kalau sebatas membantu yang ringan-ringan saja, masih aku izinkan. Biar tidak bosan.Meraih dua toples dari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status