NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP Aku bingung ketika sampai di rumah sudah ada Pak Handoko dan seorang perempuan, mungkin sekretaris pribadinya. Pak Handoko sendiri adalah pengacara keluarga kami."Ternyata kalian sudah sampai lebih dulu," ucap ayah setelah turun dari mobil."Apa kabar, Pak?" sapaku."Alhamdulillah baik. Mbak Suci sendiri?""Seperti yang Bapak lihat, Alhamdulillah sangat baik."Tidak berapa lama, Mas Ihsan, Emak dan Dila pun sampai. Mobil mereka memang di belakang kami.Aku segera membuka pintu dan mempersilahkan Ayah, Pak Handoko dan sekretarisnya masuk. Pun dengan Pak Heru dan Pak Wan. Tetapi mereka memilih menunggu di luar.Ayah memintaku, Mas Ihsan dan juga Emak untuk duduk bersama. "Dila, masuk ke kamar dulu, ya, Nak," titahku. "Sudah disiapkan semua berkasnya," tanya ayah pada Pak Handoko."Sudah, Pak Rudi." Perempuan cantik yang duduk di sebelah Pak Handoko memberikan stopmap pada beliau. "Tapi kenapa mendadak sekali, Pak?" tanya Pak Handoko pada Ayah.A
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Bu Kadus, saya titip Emak, ya," ucapku. "Ini ponsel kalau Emak ingin menghubungi kami." Memberikan ponsel yang sengaja aku beli untuk Emak agar kami bisa komunikasi setiap saat.Hari ini, aku, Mas Ihsan dan Dila akan pindah ke rumah Ayah. "Iya, Mbak Suci. Saya pasti akan menjaga Emak," jawab Bu Kadus."Iya, Ci. Kamu tenang saja. Nanti setiap hari saya ke rumah Emak," sambung Mbak Icik.Sebenarnya sangat berat meninggalkan Emak sendirian, apalagi beliau sudah tidak sehat. "Ci, ini dibawa!" Emak keluar dari belakang sambil membawa toples plastik."Kering?""Iya, kemarin waktu kamu pergi, Emak bikin ini."Aku memang sangat suka dengan kering buatan Emak. Dulu hampir tiga hari sekali beliau selalu membuatkan aku kering kentang dan kacang. Tapi setelah Emak sakit-sakitan, aku melarang beliau melakukan aktivitas berat, sekalipun hanya memasak. Kalau sebatas membantu yang ringan-ringan saja, masih aku izinkan. Biar tidak bosan.Meraih dua toples dari
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP POV ANEPosisi Gatha dan Ivan diujung tanduk kalau Suci dan Ihsan benar-benar pindah di rumah ini untuk selamanya.Sepertinya aku harus mencari cara agar mereka kembali tinggal di dusun. Tapi bagaimana?Getaran ponsel di tangan mengalihkan pikiran. Aku segera menekan tombol hijau, mengangkat telepon dari Gatha yang dari tadi dihubungi, tapi tidak ada respon."Akhirnya kamu telepon Mama juga. Ada hal penting yang harus kamu tahu.""Ada apa, sih, Ma. Tadi Gatha sedang sibuk.""Suci dan Ihsan. Mereka pindah ke rumah kita.""Rumah kita? Maksud Mama?""Rumah yang sekarang kita tempati, Gatha ….""Oh, rumah Papa.""Rumah kita. Pokoknya harus menjadi milik kita.""Mana mungkin bisa menjadi milik kita. Sedangkan sudah jelas Papa mewariskan pada Suci.""Cukup, ya, Gatha. Mama itu sedang kesal. Jangan ditambah kesal lagi dengan ucapan kamu.""Ya, maaf, Ma. Terus apa yang mesti kita lakukan? Gatha juga males banget satu rumah dengan mereka.""Makanya Mama ka
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP POV EVI"Kenapa lihatin Mama seperti itu?" tanyaku pada Indah setelah mengantar Bu Ane sampai depan."Indah dengar semua pembicaraan perempuan tadi sama Mama," terangnya. "Pembicaraan biasa. Sudah sana, buruan antar Sakha les.""Jangan melakukan hal yang disuruh perempuan tadi, Ma. Itu tindakan kriminal." Segera membungk*m mulut Indah dan mendorongnya masuk ke dalam. "Hati-hati kamu bicara seperti itu. Nanti kalau sampai ada orang yang dengar bagaimana? Kamu seneng, ya, kalau Mama dapat masalah besar. Jangan pernah ikut campur urusan orang tua. Paham," tegasku pada Indah. Dia memang sok baik jadi orang. Aku masuk ke kamar dan mulai memikirkan rencana bagaimana membuat Emak celaka. Untuk melakukan hal tersebut tidak mungkin hanya seorang diri. Pastinya butuh seseorang yang mau membantu.Bu Yati? Tidak. Yang aku dengar sekarang dia mulai dekat dengan Emak setelah tahu Suci anak orang kaya. Pun ibu-ibu lain yang dulunya selalu patuh aturanku. Sung
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Bagaimana menurut kalian setelah tadi melihat keadaan hotel serta bertemu dengan semua karyawan?" tanya ayah padaku dan juga Mas Ihsan. "Baru juga perkenalan, sudah ditanya begitu. Mana mungkin mereka bisa menjawab. Yang tahu persis, ya, seperti Mas Ivan. Dia sudah beberapa tahun ikut mengurus hotel," sahut Gatha."Betul ucapan Gatha, Yah. Karena yang kami lihat tidak ada yang aneh. Tapi … kenapa bisa pemasukan hotel kita menurun drastis. Itu mesti diselidiki." Aku melirik ke arah Gatha dan Ivan. "Mama dari mana, sih?" tanya Gatha. Sepertinya dia butuh bantuan untuk membalasku."Barusan Mama ada telepon dari teman lama. Mereka ngajakin reuni. Sedang bahas apa ini, kok kelihatan pada tegang?" Mama Ane menarik kursi di sebelah Ayah dan duduk berhadapan denganku.Kami bisa kumpul hanya waktu makan bersama seperti ini. Khususnya makan malam. Ayah sudah menerapkan hal tersebut. Sesibuk apapun, saat makan malam harus kumpul. Meski aturan tersebut per
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP Aku, Mas Ihsan dan Pak Kadus saling menatap satu sama lain untuk sesaat. Mungkin kami merasakan hal yang sama. Syok, setelah mendengar penjelasan dari dokter serta melihat sendiri hasil cek darah dan cek makanan yang dikonsumsi Emak dan Bu Kadus. Gulai daun singkong yang disantap mereka ternyata mengandung r*cun tikus. Ya … r*cun tikus. Kini yang menjadi pertanyaan kami, bagaimana bisa gulai daun singkong yang dimasak Mbak Icik mengandung r*cun."Aku harus menemui Mbak Icik sekarang, Dek," ucap Mas Ihsan dengan wajah gusar. "Kamu di sini saja nungguin Emak," sambungnya lagi."Saya ikut, Mas Ihsan," sambung Pak Kadus.Tidak mungkin Mbak Icik melakukan hal itu. Dia orang baik dan jujur. "Mas … biar aku saja yang menemui Mbak Icik." Memegang kedua tangannya, berusaha menenangkan.Setelah membujuk Mas Ihsan, akhirnya dia pun setuju. "Pak, antar saya pulang ke dusun," ucapku pada Pak Wan. Beliau baru saja sampai di RS setelah semalam aku suruh tidur
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP "Emak sudah tidak apa-apa, Ci. Kamu dan Ihsan bisa balik lagi untuk mengurus hotel.""Tidak, Mak. Kami akan menunggu sampai Emak benar-benar sehat dan mengajak tinggal di sana," sahutku sambil memberikan obat."Benar kata Suci. Emak harus ikut kami. Ihsan tidak akan meninggalkan Emak sendirian lagi," sambung Mas Ihsan."Kejadian ini tidak bisa dianggap sepele. Jelas ada orang yang ingin mencelakai Emak. Suci akan mencaritahu siapa pelakunya."Terdengar ketukan pintu belakang yang menghentikan obrolan kami. Aku pun segera beranjak untuk melihat siapa yang datang. "Mbak Icik?""Saya buatin bubur dan terik tahu untuk Emak," terangnya sambil menunjukkan dua buah rantang. "Masuk saja, Mbak! Emak ada di kamar."Mbak Icik masuk dengan ragu-ragu. "Tidak apa-apa. Ayo, Mbak!" ajakku."San," sapa Mbak Icik.Mas Ihsan mengangguk dengan tatapan datar dan angkuh.Aku paham kenapa sikapnya seperti itu. Sebenarnya Mas Ihsan juga tidak bisa menyalahkan Mbak Ic
NASI KOTAK BUATANKU DISHARE DI GROUP POV EVIPonsel di tanganku seketika terlepas begitu saja. Tubuh ini serasa tak bertulang. Lemas. Suci … ternyata dia sudah mengetahui semuanya. Bu Atik, kamu. Kur*ng ajar."Ma, makanannya sudah datang. Buruan turun!" teriak Mas Marno dari lantai bawah. Selama di luar kota, kami menyewa sebuah villa milik teman Mas Marno. Aku sengaja mengajak semua orang rumah. Bahkan ART pun, untuk menghindari Suci dan Ihsan sementara waktu. Tapi ternyata semua sia-sia. Apa yang aku lakukan pada Emak telah diketahui oleh Suci. Sepertinya aku tidak usah pulang sekalian. Daripada nanti diseret ke pihak berwajib dan jadi cemoohan warga. Ya … lebih baik begitu."Ma … Papa panggil kok diam saja." Mas Marno datang ke kamar. "Mama tidak lapar," jawabku menahan kecemasan. "Lho, tadi katanya lapar. Gimana, sih, Mama ini.""Sudah, ya. Mendingan Papa keluar dan jangan ganggu. Mama pengen sendirian.""Terus tujuan Mama ngajakin liburan orang satu rumah dengan mendadak un