Все главы Terjerat Pesona Putri Gelap Tuan Konglomerat: Глава 51 - Глава 60
145
Keki
"Kakak, ngapain di sini?" Putri berucap kaget waktu melihat Heru turun dari mobil masih dengan pakaian kerjanya. "Emang nggak boleh? Kamu kemana aja sih? Kangen tahu."Jantung Putri berdegup kencang, terlebih saat Heru mendekatinya perlahan hingga tubuh mereka sejajar. "Ah, kakak bisa aja. Baru juga nggak ketemu satu minggu," kilahnya seraya mengusap puncak hidungnya yang tiba-tiba saja terasa gatal. "Kamu kemana aja sih? Kok sampai izin nggak masuk? Terus dari tadi dihubungi, pun nggak aktif nomornya."Pertanyaan Heru yang beruntun bikin Putri makin kikuk. Rasanya seperti sedang diinterogasi pacar padahal dia tak punya hubungan apa-apa dengan pria di depannya. "Hmm, aku ada kerjaan Kak di luar kota. Tadi ponselku low batt makanya dimatiin."Heru tampak mengangguk namun masih bertanya lagi, "kerjaan apa kok sampai keluar kota?"Seraya menyandarkan tubuh rampingnya di sisi gerbang, Putri bercerita tentang pro
Читайте больше
Manajer Baru
Besok paginya, Putri berangkat ke kantor Arda Pictures. Hari ini, para talent baru akan menemui manajer yang ditugaskan perusahaan untuk membimbing mereka. Janji temu yang sejatinya pukul sepuluh, ternyata diundur hingga pukul sebelas.Sembari menunggu gilirannya dipanggil, Putri berbalas pesan dengan Heru yang kebetulan hendak mengajaknya makan siang. Sayang, belum sempat dia menyatakan kesediaannya, seorang staff wanita memanggil untuk segera menemui calon manajernya di lantai dua. "Halo, perkenalkan saya Mira manajer kamu yang baru," ujar wanita berkemeja hijau sage itu begitu Putri sudah duduk di depannya. "Halo juga Kak, saya Putri Maharani. Senang berkenalan dengan kakak," balas Putri seraya mengulurkan tangan. Usai berjabat tangan, wanita bernama Mira mengamatinya sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Baiklah, saya akan menjelaskan secara singkat bentuk kerja sama kita. Bila ada yang kurang dipahami, kamu bisa bertanya langsung.""Baik Kak."Mendapat persetujuan Putri,
Читайте больше
Sang Dewi
Cepat-cepat Putri membuka pesan Heru yang tadi lalu membalas singkat. [Maaf Kak, barusan ada kerjaan bentar. Kayaknya kita makan siangnya kapan-kapan aja ya Kak]Pesan pun terkirim namun sayang, Heru sama sekali tidak menggubris. Hati Putri jadi agak galau. Tak biasanya koordinator tingkat ini lama merespon. Untuk memastikan semuanya baik-baik saja, dia kembali mengirim pesan lain. [Kak, jangan marah ya. Aku benar-benar nggak sengaja balasnya lambat]Pesan ini pun bernasib sama dengan yang tadi. Sebab bingung harus bagaimana, akhirnya Putri melangkah ke cafetaria kecil yang letaknya di sayap kanan lantai satu, dekat pintu masuk. Tempat itu hanya berupa ruangan yang dilengkapi beberapa stan serta kursi dan meja ukuran minimalis. Sebagaimana ruangan lain di kantor ini, cafenya pun tertutup dinding kaca separuhnya agar memberi kesan lega sekaligus terang. Begitu Putri masuk ke dalam, tampak beberapa orang sedang sibuk menikmati
Читайте больше
Dua Bersaudara
Rupanya tawa mereka yang kelewat renyah jadi mengundang masalah baru. "Kalian kok ketawa-ketawa, hah? Lagi mengejek aku, ya?"Suara Davinka sudah keburu terdengar sebelum tubuhnya sampai di meja tempat Putri dan Claudia bersantap. "Lah, memangnya kamu siapa? Orang penting? FYI, namamu aja aku nggak tahu lho." Claudia yang memang ceplas-ceplos memulai serangannya. "Hei, tutup mulutmu. Aku nggak bicara sama kamu."Putri menarik nafas lelah. Dimana-mana selalu saja ada hal yang membuat harinya buruk. "Hei Putri, kamu dengar nggak? Kalian lagi mengejek aku, ya?" tuntut Davinka lagi. "Maaf Kak, kami bukan orang kurang kerjaan." Putri menyahut tak sabar. Setelah itu dia langsung bangkit dan menarik tangan Claudia. "Kalau begitu, kami pamit ya, Kak. Maaf mengganggu telinganya."Tak menunggu respon selebgram, Putri segera beranjak bersama Claudia yang terseok-seok mengikuti langkahnya. Begitu tiba di hala
Читайте больше
Supir Cabul
Nyess! Rasa nyeri menghunjam ulu hati Putri. Tindakan Cindy yang menjebaknya di Mon Troser dulu masih membekas hingga kini. "Dia pernah kerja di toko barang bermerk sebelumnya?" selidik Putri harap-harap cemas. Bagaimanapun, dia lebih suka tak punya hubungan apa-apa dengan orang yang sudah menyakitinya. "Wah, kok kamu bisa tahu? Dia memang pernah kerja di Mon Troser. Itu lho ... toko barang branded yang pusatnya di Angkasa Plaza. Kamu tahu, kan?"Putri kehabisan kata-kata. Jujur, dia bingung mengambil sikap. Di satu sisi, tak ingin kehilangan teman macam Claudia namun dia juga takut bakal berhubungan lagi dengan Cindy gara-gara Claudia. "Kamu nampak bingung, Putri? Kamu kenal adikku?"Putri menelan ludah susah payah. "Nggak kok, pangling aja. Kamu ternyata punya adik secantik ini," kilahnya hambar. Claudia yang tadi sibuk dengan gawainya, tiba-tiba menatap Putri semangat. Dengan senyum lebar di wajah, dia mulai berc
Читайте больше
Perintah
Sepertinya panggilan yang dadakan ini bikin supir juga kelabakan. Cepat-cepat dia merapikan celana dan pura-pura mengemudi dengan santun. "Kamu di mana? Makan malam bareng, ya?" terdengar suara Arya dari seberang sana. Alih-alih mengiyakan, Putri malah menyahut cepat. "Baik Bos, saya turun sekarang."Dengan telepon masih tersambung, Putri nanar menatap sekeliling. Ketika melihat ada mobil yang parkir di sisi jalan, berjarak beberapa meter di depan, dia segera berseru dengan suara lantang. "Stop Pak, saya turun di sini. Itu abang saya udah nunggu."Meski agak heran, sopir tetap menghentikan mobil mendadak hingga bannya berdecit nyaring. Tanpa mempedulikan raut wajah pengemudi, Putri melempar selembar uang dua puluh ribu lalu turun. Langkah yang tergesa nyaris membuatnya terjerembab. Saat kakinya sudah menjejak tanah, Putri terduduk lemas. Kaki yang sejak tadi berusaha keras menopang berat tubuhnya, mendadak lunglai.
Читайте больше
Tertangkap Basah
Dengan jawaban acuh tak acuh itu, akhirnya Arya lanjut mengemudi hingga mereka tiba di sebuah restoran yang lagi-lagi masuk dalam kategori elit. Sama seperti restoran sejenisnya, pengunjung yang datang tidak terlalu ramai namun kaum mendang-mending langsung terintimidasi begitu sampai di ambang pintu. Dua resepsionis menyambut ramah lalu menuntun mereka ke meja yang belum di reservasi. "Berhubung dadakan, kita nggak sempat reservasi dulu." Arya menukas waktu mereka sudah duduk berhadapan. Putri cuma tersenyum kecil tetapi batinnya meringis. Dia bingung bagaimana cara mengatakan pada Arya bahwa makan dalam suasana hening mencekam sama sekali bukan hal yang menyenangkan. Mungkin saja, pria berwajah menawan itu tak pernah antri demi menikmati seporsi junkfood, mustahil menikmati makanan sembari tertawa keras, atau menguping obrolan pengunjung lain yang suaranya berisik saat bersantap di rumah makan Padang. Pendek kata, mereka
Читайте больше
Tak Sepadan
Sepulang dari mengantar Putri, Arya bergegas menuju apartemen. Tubuhnya penat sebab belum sempat istirahat seharian ini. Namun niat untuk merebahkan diri jadi buyar karena kehadiran Andini yang tak terduga di kediamannya. "Kamu ngapain kemari?" selidiknya sebal"Lah, bukannya kakak yang bilang kita bicara.""Ya nggak sekarang juga, kali."Meski sebal, Arya tetap duduk pada salah satu sofa di depan adiknya. Mengabaikan Andini tak pernah jadi keahliannya terlepas dari seberapa menyebalkan sikap sang adik terkadang. "Kak, tolong bilang kamu nggak serius jalan dengan Putri," tembak Andini sebelum Arya sempat menarik nafas. "Aku nggak suka kamu mempermainkan gadis itu."Ujaran adiknya sukses bikin Arya bungkam. Sejak mengantar Putri pulang tadi pun, hatinya sudah gelisah. Sebab itulah perjalanan mereka diwarnai keheningan hingga dia sampai di depan mulut gang menuju kediaman Putri. "Kenapa kamu pikir aku memperma
Читайте больше
Salah Tanggap
Beberapa hari berlalu setelah makan malam dengan Arya, dan Putri tak pernah lagi mendengar kabar dari atasan yang menyebalkan itu. Tak mau ambil pusing, dia memutuskan berangkat lebih awal ke kantor Arda Pictures. Para artis yang dapat nominasi untuk penghargaan malam ini diminta untuk berkumpul agar mudah memilih busana yang tepat. Tentu saja aturan ini tak berlaku untuk artis top. Mereka sudah memiliki tim sendiri untuk mengurusi hal-hal remeh. Biasanya, para sponsor juga sudah mengirimkan item yang akan mereka pakai jauh-jauh hari sebelum acara, terlebih bila sang bintang adalah brand ambassador. Putri sedang bersiap, ketika pintu kamarnya diketuk perlahan. Setengah hati, dia membuka pintu kayu itu ketika wajah pemilik kontrakan langsung muncul di ambang pintu. "Nduk, barusan ada paket untuk kamu. Kok tumben, ya?" sapa bu Ratih seraya menyerahkan kotak besar yang agak berat. "Eh? Dari siapa ya, Bu? Ada nama pengirimnya?"
Читайте больше
Wejangan
Putri nyaris mengiyakan sebelum dia ingat situasi gaun-gaun yang tersisa dalam wardrobe. "Maaf Kak, saya bisa pakai gaun sendiri?" ujarnya lirih. "Memangnya kamu punya?"Rasa skeptis ini bukan tanpa alasan. Banyak artis muda yang terjun ke dunia hiburan dengan modal dengkul, terlebih mereka yang berasal dari keluarga pas-pasan. "Ada Kak, saya simpan di loker.""Hmm, coba ambil biar saya cek dulu." Setelah memberi instruksi, Mira menyibukkan diri dengan asistennya. Selain harus mengurus keperluan Putri, mereka juga mesti menolong Davinka dan salah satu artis senior lain yang juga dibawah manajemen Mira. Karenanya, Putri benar-benar tak bisa mengharapkan perhatian ekstra. Selang beberapa menit, Putri kembali dan meletakkan kotak besar itu di depan Mira. "Ini perlengkapan yang saya bawa, Kak. Silakan diperiksa dulu."Sikap acuh tak acuh sang manajer langsung berubah tatkala melihat semua perlengkapan yang ada di dalam.
Читайте больше
Предыдущий
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status