All Chapters of Dibuang Suami Kere, Dinikahi Dokter Tajir : Chapter 31 - Chapter 40
95 Chapters
menerima lamaran
Silvia heran, karena bau parfum orang yang ada di depannya sama persis dengan parfum yang dipakai Dokter Dana.Perlahan orang itu menurunkan bunga dari wajahnya. Akhirnya Silvia dapat melihat dengan jelas siapa orang yang ada di hadapannya.“Dokter Dana? Sedang apa Dokter di sini?” Silvia terpana dan menahan gejolak yang sedang berkecamuk di dadanya.“Aku di sini untuk bertemu dengan calon tunanganku.” “Apa? Calon tunangan? Lalu kenapa masih di sini? Air matanya akhirnya menitik di sudut matanya. Dia tersenyum kecut.Dokter Dana merasa geli melihat Silvia yang berusaha tersenyum demi menahan tangisnya. Dia tersenyum dan menyerahkan seikat bunga mawar merah ke tangan Silvia.Silvia heran dan bingung. Dia tidak mau mengambil bunga itu. Efendi Kusuma datang menghampiri mereka.“Sudahlah Dana. Kamu jangan mempermainkan calon menantuku lagi. Cukup kali ini saja kamu buat calon menantuku menangis. Ji
Read more
senang di jaga dua orang ayah
Silvia yang melihat kedua orang itu bertengkar seperti anak kecil pun tersenyum dan berkata.“Tidak apa-apa, Om. Ayah. Aku malah senang di perhatikan oleh dua orang ayah.” Seketika ucapan Silvia membuat mereka berhenti bertengkar.“Benar kamu tidak marah, Nak?” tanya Efendi.“Syukurlah kalau kamu sudah tidak marah lagi. Tapi sekarang Om yang marah sama kamu.”“Marah kenapa, Om?” tanya Silvia heran.“Marah karena kamu masih menyebut Papamu ini dengan sebutan Om.”Silvia pun tersipu malu. Dia tersenyum kemudian menyebut Efendi dengan sebutan Papa dengan gugup. “Nah, gitu dong, Nak. Mulai sekarang kamu biasakan memanggil kami mama dan papa.”Silvia merasa diterima di keluarga calon tunangannya. Hal yang belum pernah dirasakannya di pernikahan pertamanya.“Dan Perdana juga harus memanggil kami dengan sebutan Ayah dan Ibu,” ucap Herman seraya tersenyum.“Tentu, Ayah. Ibu,” ucap
Read more
Penyesalan mantan mertua
Begitu sampai di rumah, Pazel tidak menemukan Rima di ruang tengah. Hanya ada ibunya yang sedang duduk sambil memijat kakinya yang berselonjor di atas sofa.Setelah bersalaman dengan ibunya, Pazel langsung menuju anak tangga untuk menemui istrinya. Dia yakin istrinya sedang berada di kamar untuk mempersiapkan segala keperluan bulan madu mereka yang rencananya akan berangkat besok pagi.Baru saja akan melangkahkan kakinya, dia dipanggil ibunya. “Pazel?”“Ya, Bu?” Pazel berpaling lagi ke arah ibunya.“Duduk di sini dulu, Nak. Ibu mau bicara sama kamu.” Dia menepuk sofa di sampingnya. Kakinya yang tadi berselonjor pun ia turunkan.Pazel pun menurut. Dia duduk di samping ibunya sambil memijit kaki ibunya.“Apa kaki ibu masih sakit?” “Ya, masih agak sakit sedikit,” jawab ibunya lirih.“Apa mau Pazel panggilkan tukang urut, Bu?” tanyanya dengan nada yang lembut. Dia menatap ibunya yang terlihat
Read more
Persiapan pertunangannan
Setelah berpeluh keringat menyalurkan hasrat mereka, akhirnya mereka kelelahan. Rima mendekap dada Pazel dan berkata dengan suara manjanya. “Aku sudah menyiapkan semua keperluan untuk bulan madu kita, Bang. Besok pagi kita tinggal berangkat saja.”Pazel baru ingat kalau dia akan membatalkan rencana bulan madunya untuk sementara waktu.“Sayang,” panggilnya perlahanDia takut akan membuat hati istrinya terluka lagi.“Ya, Sayang,” jawabnya dengan manja.Setelah menarik napas beberapa kali akhirnya dia memberanikan diri untuk bicara.“Bagaimana kalau rencana bulan madu kita, kita undur dulu. Kasihan kan janin dalam kandungan kamu, lebih baik kamu banyak istirahat di rumah. Nanti kalau kamu sudah lahiran, baru kita pergi bulan madu. Dan sebagai gantinya aku akan mengajak kamu ke acara tunangan anak Bos aku di perusahaan. Bagaimana menurut kamu, Sayang?”“Tapi kita kan sudah beli tiketnya, Bang?” “Gak masalah, Sa
Read more
Kekacauan di pesta pertunangan
“Mas,” ucapnya sambil menoleh ke belakang. Ternyata memang benar Dokter Dana yang memeluknya dari belakang. “Aku kangen banget sama kamu sayang. Bidadari cantikku.” “Mas bisa aja.” Silvia tersipu malu menatap wajah tampan Dokter Dana. “Hm.... Maaf. Apa Ibu mengganggu?” ucap Bu Iyes yang tiba-tiba sudah ada di pintu. “Nggak kok, Bu. Aku hanya mampir melihat persiapan Silvia dan sekarang aku sudah mau pergi,” jawab Dokter Dana dengan ramah tapi agak sedikit gugup. Dia pun meninggalkan Bu Iyes dan Silvia. “Nak. Kamu sangat cantik sekali. Ibu sangat bahagia melihatmu, Nak.” Dia menggenggam tangan Silvia. Tak terasa bulir bening menetes di pipinya. “Terima kasih, Bu.” Mereka berpelukan. Bu Iyes merasa senang sekali, karena hari ini anaknya akan bertunangan dengan orang yang tepat. “Ibu yakin, Dokter Dana pasti akan membahagiakanmu, Nak. Dia orang yang sangat sopan dan baik. Semoga ke depannya kalian bisa hidup b
Read more
kekacauan di pesta pertunangan 2
Setelah Pazel dan keluarganya keluar dari ruangan itu, acara pesta pun dilanjutkan.Pembawa acara kembali mengumumkan. “Para tamu undangan yang terhormat, dan terlebih lagi kepada tuan rumah yang sangat kami hormati, saya minta perhatiannya lagi. Kami selaku pengelola acara mohon maaf atas drama yang baru saja berakhir. Karena sesungguhnya, itu di luar skenario kami, selaku pengelola.”Semua tamu yang sempat tegang itu mendadak tertawa.Pembawa acaranya kembali melanjutkan kalimatnya.“Dan kami tidak pernah mendatangkan artis dadakan yang bisa mengejutkan tuan rumah beserta para tamu. Baiklah, sekarang mari kita lanjutkan acara kita yang sempat tertunda karena ada iklan yang lewat tadi. Kepada tuan muda Perdana Kusuma mohon di tuntun calon tunangannya ke depan, untuk acara pemasangan cincin tunangan.Acara pemasangan cincin pun berjalan dengan lancar. Semua tamu yang datang bertepuk tangan.Satu persatu tamu menyalami
Read more
kekacauan pesta pertunangan 3
Di pesta pertunangan Silvia, semua orang sedang berbahagia. Silvia benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari keluarga sahabat dan tentu saja dari orang yang sekarang sudah resmi menjadi tunangannya, yaitu Dokter Dana.Ayahnya mengumumkan kalau Minggu depan acara peresmian pemindahan jabatan akan dilaksanakan di kantornya.Dengan begitu, Dia sudah resmi menjadi seorang pebisnis. Sebuah tantangan yang berat, namun ia yakin dengan bantuan dari Dokter Dana dan juga ayahnya, beserta Pak Efendi, dia akan bisa menjalankan Perusahaan yang diserahkan ayahnya kepadanya.Hanya Ibu Iyes yang kelihatan seperti menyimpan beban masalah. Dia tersenyum, tapi dalam senyuman itu tersirat sebuah kesedihan.Tanpa sengaja Silvia melihat Bu Iyes menghapus air matanya. Dia menghampiri Bu Iyes, karena kebetulan Dokter Dana juga sedang beramah-tamah dengan beberapa petinggi perusahaan asing.“Bu. Ada apa? Kenapa Ibu terlihat cemas?” Silvia meng
Read more
bertemu Rani
Di pesta pertunangan Silvia, semua orang sedang berbahagia. Silvia benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari keluarga sahabat dan tentu saja dari orang yang sekarang sudah resmi menjadi tunangannya, yaitu Dokter Dana.Ayahnya mengumumkan kalau Minggu depan acara peresmian pemindahan jabatan akan dilaksanakan di kantornya.Dengan begitu, Dia sudah resmi menjadi seorang pebisnis. Sebuah tantangan yang berat, namun ia yakin dengan bantuan dari Dokter Dana dan juga ayahnya, beserta Pak Efendi, dia akan bisa menjalankan Perusahaan yang diserahkan ayahnya kepadanya.Hanya Ibu Iyes yang kelihatan seperti menyimpan beban masalah. Dia tersenyum, tapi dalam senyuman itu tersirat sebuah kesedihan.Tanpa sengaja Silvia melihat Bu Iyes menghapus air matanya. Dia menghampiri Bu Iyes, karena kebetulan Dokter Dana juga sedang beramah-tamah dengan beberapa petinggi perusahaan asing.“Bu. Ada apa? Kenapa Ibu terlihat cemas?” Silvia menggenggam tangan ibunya.“Tidak, Nak. Ibu tidak cemas, kok.
Read more
mendapat keluarga baru
“Oiya, Ma. Bu. Apa aku boleh bicara berdua dengan Silvia sebentar?Sulastri melihat ke arah Iyes dan Iyes pun memberi izinnya dengan baik.Dokter Dana menuntun tangan tunangannya untuk menjauh dari mama dan ibunya, serta adik-adiknya dan juga Rani.Rani memandang kepergian mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak ada satu orang pun yang menyadari betapa tercabik-cabiknya perasaannya hingga membuat matanya memanas.“Ada apa, Mas? Kan gak enak sama Mama dan Ibu.” Silvia pura-pura ikut dengan terpaksa, padahal hati kecilnya memang ingin selalu berdua dengan Dokter Dana.Dokter Dana tahu kalau Silvia hanya berpura-pura dan dia pun pura-pura mengikuti ke pura-puraannya.“Iya, ya. Gak enak juga sama Mama dan Ibu. Sebaiknya kita kembali ke mereka.” Sambil pura-pura berbalik dan menuntun tangan Silvia lagi ke arah Mama dan Ibunya senyumnya tersimpul tanpa terlihat oleh Silvia.Silvia menyesal telah berpura
Read more
di undang makan malam
Saat hendak pulang, Silvia berpapasan dengan Pazel yang sama-sama hendak memasuki lift.Pazel ingin menghampirinya, tapi di halangi oleh para pengawal Silvia dan Dokter Dana. Dokter Dana mencegah para pengawalnya untuk menghalangi Pazel.“Ada apa Pak? Bukankah Bapak yang waktu itu membuat keributan saat acara pertunangan kami?” Dokter Dana bertanya seolah-olah dia tidak mengenal Pazel.“Iya, Pak. Saya mohon maaf untuk itu. Kenalkan Pak. Nama saya Pazel.” Dia mengulurkan tangannya.Dokter Dana menjabat tangannya seraya tersenyum. “Saya Perdana Kusuma. Senang berkenalan dengan anda. Sebenarnya saya ingin ngobrol lebih lama, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat, karena kami akan ada keperluan lain,” ucap Dokter Dana sambil melepaskan tangannya dari Pazel.“O, maaf kalau begitu Pak. Bolehkah saya mengundang Bapak dan Silvia untuk makan malam di rumah saya Pak?” tanyanya dengan ragu dan darah yang dag, Dig, dug.
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status