All Chapters of Lavrinda Tersayang: Chapter 11 - Chapter 20
47 Chapters
11
Tidak lama kemudian Lavrinda keluar dan menemui Ratha. “Sudah semuanya, aman dan tidak ada kendala. Sepertinya hanya laporan palsu yang mengatakan ada mata-mata ke sini.”Ratha tersenyum dan berpamitan kepada para penjaga. Mereka berdua segera keluar dari gedung hijau. Ratha dan Lavrinda menemui Agnes di tempat penjemputan mereka.“Bawa Lavrinda keluar. Aku ada tugas lanjutan.” Ucap Ratha kepada Agnes.“Eh? Aku ingin ikut.” Balas Lavrinda.“Ini berbahaya sayang.” Kata Ratha dan mencium bibir Lavrinda. “Turunkan aku di kereta lintas kota terdekat.”Agnes segera mengemudikan mobilnya ke stasiun kereta lintas kota. Ratha turun dari mobil membawa tas duffel berwarna hitam yang berisi perlengkapannya. Terlihat Lavrinda begitu kecewa melihat Ratha pergi sendirian.Ratha menuruni tangga menuju ke stasiun bawah tanah itu. Dari sana dia masuk ke ruang staf kereta api. Ruangan staf tersebut kosong karena semuanya sedang keluar. Dari sana dia keluar ke pintu yang menuju ke arah rel kereta bawah
Read more
12
AS dan sekutunya gempar mendengarkan bahwa Presiden Larache yang merek dukung tewas dibunuh. Kini mereka sudah tahu bahwa Kermenchik akan jatuh menjadi negara kartel seperti negara Latin Amerika lainnya. Mereka dengan cepat meminta mata-mata mereka untuk segera mencari calon baru untuk menjadi negara boneka mereka. Jika tidak negara mereka jadi tidak aman berkat Kermenchik akan menjadi titik panas penyebaran mafia dan kartel.Herman kini berjalan di istana negara memenuhi panggilan Adler. Dipandu oleh sekretaris Adler dia memasuki kantor Adler. Dibuka pintu kantor Adler, terlihat Adler bersama beberapa mentri sedang berbicara.“Tuan-tuan, mari saya perkenalkan. Wakil presiden yang baru, Herman Friedrich Souer. Saya yakin Tuan Herman di sini orang yang handal dan cocok untuk posisi ini. Ditambah lagi dia seorang pengusaha handal, dia pasti bisa membantu kita dan mengarahkan pertumbuhan ekonomi kita.” Adler beranjak pergi dari mejanya dan memeluk Herman.Para mentri yang pro Adler berte
Read more
13
Hari sudah semakin sore, Ratha keluar dari kantor Herman di pelabuhan dan berniat untuk kembali menemui Lavrinda. Dia mendapatkan telepon dari Lavrinda.“Kamu ada di mana?” tanya Lavrinda.“Dalam perjalanan pulang.” Jawab Ratha.“Waktu untuk obatmu habis tinggal 2 jam. Cepat pulang,” balas Lavrinda.“Baik.” Ratha menjawab dan mematikan teleponnya.Mengingat hari ini mereka mau makan siang bersama. Ratha harus segera kembali menemui kekasihnya itu. Langit sudah berwarna kemerah-merahan. Segera diambilnya motor gedenya dari parkiran dan berangkat pulang ke rumahnya.Setelah setengah jam berlalu barulah Ratha sampai. Segera dipindainya kartu aksesnya di mesin pemindai lift dan menuju lantai rumah mereka berada. Pintu lift terbuka dan dia sampai di depan pintu apartemen mereka.Sebelum Ratha membuka pintu Lavrinda sudah membukanya dan memeluk dirinya. Layaknya kucing yang ingin bertemu dengan majikannya. “Aku pulang.”Lavrinda menuntunnya untuk duduk di ruang tamu. Setelah itu ia menyuruh
Read more
14
Maria menuju kantornya dan masih teringat jelas bahwa Ratha benar-benar meminta tolong padanya saat itu. Dia juga ingat dengan jelas bagaimana Ratha merebut hatinya begitu dia berusaha menolongnya melawan Herman.Tapi dia tahu dia tak bisa merebut kekasih putri tirinya itu begitu saja. Obat aneh yang dikonsumsi oleh Ratha sepertinya membuatnya lupa ingatan dan dikendalikan oleh Herman dan Lavrinda.“Nona Maria?” penjaga pintu berbicara dari luar.“Ada apa?” tanya Maria.“Ada perwakilan yang datang mau bertemu Anda.” Jawab penjaga itu.“Baiklah. Suruh dia masuk.” Pinta Maria dan menekan tombol buka kunci pintunya. Siapa sangka yang datang adalah Ratha.“Lho, ada apa kamu datang ke sini? Lavrinda tahu kamu datang ke sini?” tanya Maria.“Tidak, hari ini saya ke sini diam-diam dan juga belum mengambil obat saya.” Jawab Ratha. “Aku juga mengingatkan Anda untuk tidak ikut campur kalau berada di rumah. Karena nanti Lavinda bisa tahu kalau aku diam-diam sudah punya resistansi terhadap obat ba
Read more
15
“Agak berat ini Ratha. Papa bilang ada mafia baru dari Jepang ingin mencoba masuk ke negeri ini.” kata Lavrinda.“Tinggal kita eliminasi saja. Tidak ada masalah.” Jawab Ratha.“Kuharap bukan kamu yang disuruh Papa.” Gadis itu merangkul Ratha. “Aku berharap kamu hanya ekslusif menerima tugas dariku.”“Oke, kita sudah dari dokter. Sekarang kita harus ke mana?” tanya Agnes.“Mari kita melihat-lihat kota dan tempat tinggal calon musuh kita.” Jawab Lavrinda. “Ada di apartemen tempat orang asia berkumpul di pinggir pelabuhan.”“Anda tidak berencana untuk membunuh mereka semua kan?” tanya Agnes.“Tidak. Kita hanya mengingatkan bahwa di tempat ini kita yang berkuasa.” Jawab Lavrinda.Agnes mengemudikan kendaraan mereka menuju kompleks perumahan warga asia di dekat pelabuhan. Dia juga memanggil beberapa pengawalan tambahan dari polisi dan anggota mafia mereka. Lavrinda menelpon ayahnya soal rencananya dan Herman setuju. Dia juga memberikan pesan kalau bisa culik salah satu tokoh mereka untuk d
Read more
16
Setelah dari tempat eksekusi, mereka bertiga kembali. Lavrinda bersenandung kecil-kecilan dengan riang gembira. Ratha menanyainya, “Sepertinya kamu tampak bahagia sekali.”“Pastinya. Kita sudah mengirim pesan yang jelas kepada rival kartel kita.” Balasnya. “Sekarang tinggal tunggu kamu sembuh baru kamu dan Agnes menyusup kepada mereka dan menghancurkan kartel mereka.”“Atau kamu punya rencana lain Ratha?” tanya Lavrinda.“Kirim Agnes saja. Aku akan memandu Agnes,” jawab Ratha. “Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu Lavrinda.”“Hei,” tukas Agnes. “Outsourcing tugasmu kepadaku ya?”“Lalu bagaimana dengan permintaan saya Nona Lavrinda?” tanya Agnes.“Soal itu boleh-boleh saja. Asal kamu tidak cerita ke orang lain.” Jawab Lavrinda.“Kita menuju ke klub kalau begitu.” Kata Agnes.Tanpa banyak bicara mereka menuju klub. Mereka bertiga menuju kantor Lavrinda di sini dan mengunci pintunya. Lavrinda terlihat sedang membantu Agnes untuk meracik sesuatu minuman. Mereka sesekali tertawa dan berb
Read more
17
“Ini adalah daftar terduga mata-mata di negeri kita.” Adler menyerahkan sebuah berkas kepada Herman. “Kamu bisa menyusupkan nama musuhmu di sini.”“Terima kasih Adler.” Balas Herman dan membukanya. “Semua musuhmu ada di sini.”“Supaya tidak ada oposisi.” Adler membalas. “Bukannya lebih nyaman ketika kita memerintah nanti bila tidak ada oposisi.”“Apakah kita perlu memasukkan mafia-mafia baru dari luar yang ingin masuk ke Kermenchik? Aku lebih suka kalau ada pesaing. Tapi pasti akan merepotkan bagimu bila mereka nanti bisa merebut pengaruh masyarakat.” Herman berkata. “Untungnya Maria sudah aku nikahi. Jadinya dia tidak bisa melakukan apa-apa dan pendukungnya nurut kepadaku.”“Bolehkah aku menyusupkan Ratha ke kepolisian daerah? Kurasa bagus bila dia memimpin beberapa polisi dalam membersihkan pesaing.” Tanya Herman.“Masukkan lewat jalur akademi. Jangan terlalu mencolok, perbuatan kita masih diintai oleh para jurnalis luar negeri. Bila mereka tahu dan mendapati apa rencana kita, negar
Read more
18
Terasa sebuah kecupan hangat di dahinya. Ratha terbangun dan melihat wajah gadis manis di atas tubuhnya. Dielusnya rambut panjang putih halus gadis itu dan dipeluknya. “Tidur lagi yuk.”Lavrinda terasa senang dan menuruti permintaan Ratha. “Eh bukan, aku minta untuk dibersihin telingaku.”Pria tersebut memakai kaos polosnya dan segera menuju lemari untuk mengambil peralatan pembersih telinga. Dinyalakannya pendingin ruangan dan bersiap duduk di tepian kasur. Ditepuknya pahanya dan memberi isyarat bagi Lavrinda untuk meletakkan kepalanya.“Sebelah kiri dahulu.” Ujar Ratha.Ketika Lavrinda hendak berbaring, dia melihat sebuah tonjolan di celana Ratha. “Mmmm apa itu di celanamu?”“Namanya juga pria di pagi hari.” jawab Ratha.Lavrinda membuka celana Ratha dan mengintip. “Bagaimana aku buat kecil dahulu?”“Eh?” Ratha terkejut ketika tangan Lavrinda menjamah kemaluannya.“Selamat makan.” Lavrinda kemudian menyantap hidangan kesukaannya itu.Ratha mengerang keenakan dan tidak menghentikan t
Read more
19
Agnes membuka matanya dan melirik ke arah jam dindingnya. Masih jam lima pagi pikirnya, hari ini dia juga libur akibat Ratha dan Lavrinda sedang berada di laboratorium. Dia masih mengingat kejadian kemarin di mana dia bermain bertiga bersama Lavrinda.“Aaaaah. Aku jadi malu sendiri ingat kejadian kemarin.” Agnes membenamkan kepalanya di dalam kasurnya. Kakinya menendang-nendang kasurnya dengan tak teratur hingga rekan satu kamarnya Mai keheranan.“Nomer 4? Kamu baik-baik saja?” tanya Mai.Mengetahui itu suara rekannya, Agnes memfokuskan dirinya kembali. “Iya! Aku hanya terbentur kasur.”Ponselnya bergetar sekali lagi, ada pesan dari nomer yang tidak ia kenal mengajak untuk bertemu. Agnes memilih untuk tidak menjawabnya dan segera pergi mandi. Karena hari ini hari liburnya dia ingin berjalan-jalan sendirian.Selesai mandi dan menyiapkan perbekalan untuk jalan-jalan sendirian. Diapun berpamitan kepada nomer 5 untuk pergi. Dikendarainya motornya menuju hutan taman kota. Di sana terdapat
Read more
20
Agnes menyudahi kilas balik masa lalunya. Dia kembali ke asrama dan mengambil persenjataannya. Diambilnya satu buah pistol dan rompi anti peluru. Dia tidak akan mengabarkan penemuan ini kepada Ratha maupun Lavrinda terlebih dahulu.“Mau ke mana Agnes?” sapa Maria. “Aku sedang membutuhkan pengawal.”“Mohon maaf Nona Maria, saya saat ini libur. Anda bisa minta pada Nomer 5 atau 6.” Jawab Agnes dengan sopan.“Tapi dari peralatan yang kamu bawa sepertinya tidak. Mau ke mana? Pergi secara ilegal atau menerima tugas rahasia?” tanya Maria. “Aku rasa Herman maupun, Lavrinda tidak akan senang begitu tahu kamu pergi sembarangan.”“Anda mengancam saya? Lagipula selama Nona Lavrinda dan Ratha tidak membutuhkan saya. Saya bebas mengambil tugas apapun.” Balas Agnes.“Aku mau ikut.” Pinta Maria.“Tidak boleh. Ini urusan saya pribadi. Atau Anda yang saya laporkan kepad
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status