Begitu mengungkit kompetisi pasukan khusus internasional, Saba tidak terlihat santai lagi. Dia meletakkan cangkir tehnya di atas meja. Dia menghela napas sembari menggeleng.Kemudian, Saba tiba-tiba teringat seseorang. Dia berucap, "Tapi, mungkin ada satu orang bisa bantu ...."Saat hendak menyebut nama orang itu, Saba melihat gerak-gerik Yahsva. Dia langsung mengalihkan topik pembicaraan dan menegur, "Tunggu dulu. Yahsva, apa maksudmu mengacaukan bidakku? Apa kamu nggak bisa menerima kekalahanmu?"Wajah Yahsva memerah. Dia menarik tangannya, lalu berdeham dan membantah, "Kak Saba, bukan begitu. Aku cuma lihat bidaknya kotor, jadi aku mau membersihkannya. Lagi pula, apa mungkin aku melakukan hal rendahan seperti itu?"Saba langsung mengungkap perbuatan Yahsva tanpa ragu sedikit pun, "Bukannya tadi kamu sudah melakukannya?""Ini .... Aduh, Devika! Kebetulan kamu datang, cepat duduk dan main catur dengan Kakek Saba. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu," ujar Yahsva.Seketika Yahsva tida
Baca selengkapnya