Semua Bab Cinta Sang Dokter Miliuner: Bab 61 - Bab 70

Mencari KebenaranPak Edo berhenti di depan rumah Raya, ini kedua kalinya dia dating. Pak Edo kembali terlihat menekan dadanya, perlahan, dia berusaha membuat semuanya stabil, tidak lagi lemah, namun ternyata dia tidak cukup kuat untuk memulai semua pencarian, menemukan kenyataan baru bahwa putrinya masih hidup, putri kandungnya, putri yang tertukar.“Jena, ayah tidak akan pernah menganggapmu bukan putri ayah, kamu tetap adalah putri ayah, putri kandung ayah. Anggaplah ayah sedang mencari saudaramu yang hilang,” gumam pak Edo.Pak Edo menghela nafas panjang, lalu dia turun dari mobil, berjalan mendekat ke arah rumah itu, semakin dekat ke arah pintu. Pak Edo berdiri di depan pintu itu, dia terlihat kembali menarik nafas panjang. Pak Edo berusaha menata hatinya, juga menyiapkan diri.“Semoga ada seseorang yang bisa aku temui dan aku tanyai,” gumam pak Edo.Pak Edo mengetuk pintu itu lembut, dia menunggu cukup lama, sekitar sepuluh menit. Ada seorang wanita keluar dari balik pintu, dia

Debaran RasaPak Edo membayangkan wajah Raya, yang sering dia lihat di rumah sakit, dari kejauhan ketika dia menemui ibu Rahma. Wajah teduh itu, wajah lembut, cantik, seperti wajah istrinya, Jelita. Dia harus membuktikan apakah yang dia pikirkan benar mengenai Raya. Di dalam kepalanya sudah ada beberapa langkah yang akan dia lakukan, mungkin Raya juga tidak mengetahuinya, mereka harus mulai bicara dari hati ke hati, menerima semua kenyataan yang seperti tiba tiba.Semoga semua ini adalah kebenaran, tidak perlu lagi mencari dan dapat dibuktikan dengan hal yang lebih meyakinkan, semacam tes DNA. Mereka tidak akan kesulitan dalam menjalin sebuah ikatan, karna Tuhan secara tidak langsung telah mengikat mereka dalam satu perasaan yang sama, karena sering bertemu dan mereka saling ingin menemukan.“Aku sudah menemukannya,” ucap pak Edo pada istrinya Jelita, yang sedang sakit di rumahnya.“Benarkah?” tanya Jelita dengan mata tajam.“Ya, kemungkinan besar dan kamu tidak akan percaya apa yang

Perjalanan Dalam HarapanRaya dan Rohaya terlihat membantu pak Bondan turun dari taxi, sedangkan Devon dan Marry membantu menurunkan beberapa koper dari bagasi mobil taxi.“Terimakasih,” ucap Raya setelah Devon dan Marry mengeluarkan semua koper dan tas besar mereka.“Aku bantu sampai dalam,” ucap Devon.Mereka semua segera masuk ke dalam bandara.Pak Bondan, Raya dan Rohaya akan segera ke Jakarta, kondisi pak Bondan sudah stabil, sudah bisa melakukan perjalanan jauh.“Apa kamu dan keluargamu akan menetap?” tanya Devon pada Raya yang saat itu terlihat begitu cantik, dengan kemeja putih, celana jeans biru muda juga dipadukan dengan tas tangan berwarna hitam, sungguh pemandangan yang jarang terlihat dari Raya yang selama ini berpenampilan maskulin. Hanya saja dia tetap memakai sepatu kets berwarna senada dengan celananya.“Aku belum tahu, tapi pasti akan lama,” ucap Raya.“Aku akan mengunjungi kalian, jaga diri baik baik di sana,” ucap Devon.Marry terlihat menggerakkan bibir, menampilk

Seorang Ayah Di sebuah ruangan, terlihat dua orang laki laki setengah baya tertawa bersama, mereka larut dalam perbincangan hangat dan menyenangkan, rupanya mereka adalah pak Hartawan, dokter spesialis jantung yang sekarang memutuskan untuk bekerja dari balik meja dan yang satunya adalah dokter Edo, ya, dokter kepala sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta. Dia baru saja mendarat, mereka baru bertemu sepuluh menit yang lalu.“Aku tidak menyangka kamu akan mengunjungiku, sudah dua tahun lebih kita tidak bertemu,” ucap pak Hartawan.“Iya, sepertinya aku akan sering mengunjungimu,” ucap dokter Edo.“Wah, benarkah, tentu itu akan sangat menyenangkan, kita bisa mengingat masa muda kita, atau kita bisa mengunjungi teman teman kita,” ucap pak Hartawan.“Kamu dulu terkenal sebagai senior yang sangat keras, banyak anak baru yang membencimu, termasuk aku,” ucap dokter Edo yang kemudian tertawa lepas.“Ya, begitulah, tapi tetap aku adalah senior paling digilai,” ucap pak Hartawan yang kemudian

Usaha RayaMendengar hal itu, Radit tersenyum, ya, ini adalah sesuatu yang dia tunggu.Radit mengantar Raya pulang kembali ke apartemennya. Setelah mobil berhenti di depan apartemen, Radit juga ikut turun. Radit mengantar Raya hingga ke dalam apartemen.“Pulanglah,” pinta Raya. Radit tidak bergerak sedikitpun. Setelah mereka masuk ke dalam apartemen, Radit terlihat menarik tubuh Raya, Radit memeluk Raya, lalu menjatuhkan bibirnya ke bibir Raya.Dalam situasi ini, entah kenapa hati raya yang tadinya seperti menyimpan es, lambat laun es itu mencair. Raya meneteskan air mata, rupanya dia masih begitu menyayangi Radit, mencintainya, dan dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Raya membalas ciu-man Radit, ciu-man yang mulai terasa hangat, penuh dengan cinta.***Sejak malam itu, Raya mulai berusaha bekerja sebaik mungkin, walaupun dia harus belajar keras, mulai dari awal, seperti layaknya mahasiswa baru. Dia tidak menyangka akan kembali ke tahap ini, rutinitas yang sudah dia tinggalkan