Lahat ng Kabanata ng Triplet Rahasia: Paman, Beraninya Melupakan Mommy!: Kabanata 321 - Kabanata 330

Giana merasakan jalan buntu. Dia sudah tak betah dengan kondisi dapur. Sudah banyak asap, aromanya pun lezat-lezat, tapi juga ada yang tidak sedap.Semua bercampur menjadi satu.Pencampuran itu membuatnya sedikit mual.Masalahnya, jika dia keluar, maka dirinya akan ketahuan.Perutnya mulai lapar dan semakin lapar saat melihat satu demi satu makanan pesanan Trevor datang dan terhidang di meja makan.Dapat Giana lihat semua menu itu begitu lezat dan menggoda. Sungguh andai dia ada di sana, semua itu bisa dia cicipi dan dia tak perlu membayar sama sekali.Tanpa terasa perutnya berbunyi.Setelah pelayan selesai menata menu di meja, Trevor terlihat melirik jam di pergelangan tangannya. Wajahnya juga memindai ke sekeliling. Sepertinya Trevor mencari keberadaan dirinya.Giana mulai menyesal telah berani-beraninya mengatur janji temu ini dengan Trevor.Namun yang tidak dia ekspektasi adalah ketika pelayan mengantarkan Trevor minuman dan menatanya di meja, entah bagaimana bisa tatapan Trevor ti

“Lalu?” tanya Trevor super singkat.Iritnya kata membuat Alland merasa dia tidak diberi muka.Alland semakin menciut.“Ak- aku ... maksudku ... kalau boleh ... aku mau meminjam di Anda dulu, Signore.”“Berapa?” tanya Trevor tetap dingin seperti tadi.“Sat- satu juta dolar,” ujar Alland antara ragu, malu, tapi juga ... kapan lagi.Trevor tetap tenang, tapi Tamara terperangah.“Dad! Perasaan di pesanmu waktu itu Daddy minta 500 ribu. Kenapa sekarang jadi satu juta? Cepat sekali naiknya! Tidak tanggung-tanggung lagi langsung dua kali lipat!”“Iy- iya, Tamara. Waktu itu aku belum menghitung dengan teliti. Ternyata ada banyak yang perlu kubayar. Ada utang-utang kecil tapi banyak, yang kalau ditotal ternyata mencapai 500 ribu!”Tamara mendelik ayahnya kesal. Sudah tentu dia tahu ayahnya mengambil kesempatan dalam memanfaatkan kebaikan Trevor.Bukan Tamara pelit, tapi dia merasa permintaan ayahnya terlalu banyak.Lagipula, setahu Tamara ayahnya masih memiliki gudang sebagai propertinya.Nah,

Alland masih mengendarai dengan perasaan kalut menuju rumah.Dia benar-benar kesal dan tak berdaya memikirkan permintaan Tamara.Mencari ibunya Tamara bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan.Sekalipun jika Trevor mampu mengerahkan banyak anak buahnya untuk mencari ibunya Tamara, dia pasti tidak akan bisa menemukannya.Alland tahu dengan pasti.Dan itu membuatnya kesal serta tertekan. Bukan karena dia tahu Tamara akan merasa sakit hati, tapi yang dia sesali adalah uang ratusan ribu dolar yang tak bisa dia dapatkan dari Trevor.Ketika tiba di rumah, dia melihat rumah kosong. Shirley entah ke mana.Alland semakin pahit rasa hatinya.Pukul 11 malam lebih barulah terdengar langkah kaki di rumah itu.Shirley pulang dalam keadaan sumringah.Wajahnya segar dengan make up terang yang menyala, serta terlihat ceria dan tersenyum gembira.Alland yang sedari tadi menunggu merasa muak melihat istrinya malah bersenang-senang ria dalam pesta.“Darimana saja kau?” tanyanya meski dia sudah bisa menebaknya

Shirley pulang ke rumah dengan hati ringan.Dia terlihat lega dan santai ketika melangkah masuk dan menuju kamar.“Bagaimana? Sudah menemukan Trisha?” tanya Alland yang penasaran melihat raut santai Shirley.Pandangan Shirley pun mengarah padanya. “Sudah,” j awabnya singkat.“Oh ya?”Alland benar-benar terkejut.Pasalnya, setiap kali dia menanyakan keberadaan Trisha pada Shirley, istrinya itu akan langsung menjawab ‘mana ku tahu!’Shirley juga melotot dan seakan tidak senang.Bahkan beberapa tahun terakhir ini jika membahas Trisha, Shirley akan marah lalu menuduhnya masih memikirkan, masih memedulikan, bahkan merindukan Trisha.Jika sudah begitu, dia akan mengatakan yang keterlaluan. “Kamu tidak akan bertemu lagi dengan wanita itu. Dia sudah mati. Bagus kan dia mati!”Sungguh Alland merasa kata-kata Shirley sangat mengerikan.Karena itulah Alland tidak menyebut-nyebut Trisha lagi. Tidak membahas Trisha lagi.Sampai hari ini.Dan sangat tumben sekali ... Shirley tidak meradang mendengar

Thea terkikik lagi. Dia lalu berpikir sejenak kemudian menjawab centil, “Ya, kalau begitu Daddy harus tetap memilih mommy yang paling cantik besok. Karena besok kan harinya Mommy dan Daddy menikah. Tapi setelah besok, Daddy boleh memilihku lagi. Heheheh.”“Nah! Itu pintar sekali! Jadi semuanya dapat, ya! Malah kamu dapat yang lebih banyak! Mommy cuma dapat besok, setelah itu kamu semua!”“Hihihi ... tentu saja dong, aku kan tidak mau kalah dengan mommy!”“Aku juga. Mommy besok paling cantik. Thea hari Senin saja. Selebihnya adalah hari di mana aku yang paling cantik. Boleh ya, Daddy?”“Waaah ... kalau begitu, kamu menang banyak dong?”“Iya lah. Memang aku yang paling cantik!” ujar Tilly lagi sehingga membuat sang ayah terperangah.Dia saja tak bisa memilih salah satu dari antara Thea dan Tilly untuk dia nilai sebagai paling cantik, tapi kenapa Tilly langsung mengeklaim-nya?Fiuuuh sungguh dua bocah ini begitu lucu.Trevor lalu memeluk mereka semua dan mengajak mereka untuk menatap tur