“Dia melihatmu,” bisik Adele, mencoba menenangkan.“Ya,” jawab Jasmin lirih. “Dan dia memilih untuk tetap berjalan.”Untuk pertama kalinya sejak pergi, air mata Jasmin tidak datang.Hanya… kosong.Dan mungkin itulah tanda bahwa cinta itu… sedang perlahan mati.**Kedai kopi itu perlahan sepi, suara gelas, sendok, dan tawa orang-orang memudar. Tapi di dada Jasmin, semuanya tetap gaduh. Bukannya tenang, justru terasa seperti dunia sedang meruntuhkan satu bagian dari dirinya yang selama ini paling ia lindungi.Di dalam mobil, ia menatap jalanan yang mereka lewati dengan mata buram. Bukan karena air mata—tapi karena dirinya seperti berjalan di antara kabut. Semua terlihat, tapi tak terasa nyata. Bahkan saat Adele menggenggam tangannya, Jasmin hanya bisa memaksakan senyum tipis yang hampa.Begitu kembali ke apartemen, Jasmin langsung melepas jaket dan berjalan ke dapur. Ia menyalakan keran, membiarkan air mengalir lama sebelum
Terakhir Diperbarui : 2025-07-18 Baca selengkapnya