Andini hanya ingin segera menyingkirkan pembunuh itu, jadi dia pun mengangguk pelan.Barulah Abimana berdiri. Sambil membawa roti kering, dia tersenyum kepada pembunuh itu dan berkata, "Di perjalanan begini, sudah sewajarnya saling menolong. Tapi, kalian ramai sekali. Dua sudah cukup?""Hanya untuk ganjal perut saja, terima kasih banyak." Pembunuh itu menerima roti itu sambil memberi salam hormat kepada Abimana.Abimana membalas salam itu. Tak disangka, pembunuh itu tidak langsung pergi, malah bertanya dengan heran, "Ini roti kering dari Kedai Cahaya. Kalian juga dari ibu kota?"Andini tak menyangka pembunuh itu bisa langsung mengenali asal roti itu. Jantungnya langsung berdegup kencang.Abimana juga terkejut, wajahnya berubah sedikit. Namun, dia tetap tersenyum dan menjawab, "Benar, kami dari ibu kota."Mendengar itu, pembunuh itu ikut tersenyum. "Pantas saja, logatmu mirip orang ibu kota."Sambil berbicara, matanya yang tajam menyapu ke arah mereka. "Kalau dari ibu kota, kenapa bisa
Read more