All Chapters of Sentuhan Panas Senior Galak: Chapter 131 - Chapter 140

Seketika Nada terdiam mendapati Saga terus menatapnya. Dia merasa ini terlalu konyol, tak sadar tersenyum lepas begini. Mungkin kah Saga tidak suka dengan tingkahnya yang demikian. Dia selalu merasa tidak nyaman saat melakukan sesuatu. "Maaf, aku hanya merasa ini lucu," ucap Nada langsung merasa tidak nyaman. Entahlah, bersama Saga selalu merasa kehilangan jati dirinya. Nada seolah tak leluasa bergerak dan banyak perhitungan ketika hendak melakukan sesuatu. Banyak yang dipikirkan, dan yang jelas Nada tidak pernah menjadi diri sendiri. Ini lah yang membuat dia bimbang untuk menerimanya kembali. Sementara bersama Aksa, Nada bisa sesuka hati tanpa harus menutupi jati dirinya. Dia tahu Nada orangnya seperti apa, dan Nada juga demikian. Mereka dulu terasa cocok satu sama lain karena sefrekuensi dan tidak harus jaim. Itu dulu, sekarang tentu berbeda, apalagi sejak Nada seolah mengkhianatinya. Jujur, Nada nyaman tetapi insecure kalau dengan Aksa. Sementara dengan Saga, Nada merasa tert

Aksa tidak bisa tidur setelah panggilannya terputus. Niat hati mau membuat obrolan agar bisa lebih dekat, eh malah suara Saga yang terdengar di sebrang. "Apa mereka satu kamar? Nggak mungkin, Nada bukan perempuan seperti itu. Apalagi sekarang terlihat sedang berhijrah," gumam Aksa kepikiran. Jujur, dia kecewa kalau seandainya benar, haruskah dia merasa sakit untuk yang kedua kalinya karena merasa ditinggalkan. "Kenapa Saga bilang belum bercerai, bukankah mereka sudah pisah lama. Nada juga membenarkan perceraian mereka. Nada tidak mungkin bohong," batin pria itu mendadak galau. Sepertinya Saga masih mencintai mantan istrinya, sehingga bersikap demikian. Soal ponsel itu, mungkin saja ketinggalan di rumahnya saat bertamu, mengingat tadi siang ibunya Saga memintanya datang. Aksa harus mengkonfirmasi langsung pada orangnya. Dia tidak boleh terkonfrontasi oleh omongan Saga. Bisa saja dia bersikap demikian karena tidak suka dengan kedekatannya bersama Nada. Aksa mencari cara untuk menem

"Maaf Nak Aksa, bukan maksud bapak menangguhkan niat baik kamu, tapi urusan Nada dengan masa lalunya belum selesai, bukan apa-apa, tapi jatuhnya jadi kurang etis kalau mau bertamu dalam waktu dekat ini. Apa Nada tidak bilang."Pak Arya melirik putrinya dingin, seharusnya dia bisa bersikap tegas dalam mengambil keputusan. Kalau sudah begini, bukankah itu sama saja memberikan harapan pada dua pria. "Aksa paham Om, Nada sudah cerita tadi. Aksa hanya ingin mengutarakan niat baik Aksa. Kalaupun harus diselesaikan dulu, Aksa akan menunggunya."Pak Arya ikutan bingung menanggapinya, menunggu, apakah Nada benar-benar memberikan harapan untuk pria ini? "Sebaiknya Nak Aksa pulang dulu, sekiranya nanti Nada memberikan putusan. Saya memang berhak, tetapi Nada yang akan menjalani, jadi biarkan dia yang lebih berhak memutuskan."Setelah Aksa pulang, Nada langsung mendapatkan peringatan keras dari ayahnya. Beliau tidak suka caranya yang tidak jelas. Berteman boleh, tetapi tidak memberikan harapan

"Hmm, sudah kewajiban aku menjaga kalian," jawab Saga tersenyum. Nada balas tersenyum, lalu keduanya sama-sama mendekat pada Zea. Saga di sebelah kiri putrinya, sedangkan Nada tepat di sampingnya, keduanya menguatkan putrinya yang kadang merengek atau sekedar meminta perhatian. Nada tak beranjak sedikit pun, mana tahu ada yang mau disampaikan bocah kecil itu. "Ayah nggak ke mana-mana, Zea bobo ya," ujar Saga mencium keningnya. "Yah, kenapa tangan Zea sakit sekali. Apa tangan Zea bisa sembuh? Kalau nanti tidak bisa makan sendiri gimana? Ngerepotin ayah sama bunda." Anak sekecil ini kenapa pintar sekali, pertanyaan itu justru membuat hati kedua orang tuanya sendu. "Bisa sayang, tentu saja bisa sembuh. Tangan Zea akan segera pulih setelah diobati," jawab Saga menenangkan. "Apa ini hukuman buat Zea karena sering corat-coret tembok? Zea tidak mau nakal lagi." "Bukan, ini musibah, tangan Zea akan segera sembuh." Duh ... kata-kata Zea bikin ayah dan ibunya sedih, walaup

Setelah menunaikan dua rakaat malam, rasanya perasaan Nada jadi lebih tenang. Mungkin ini memang jawaban atas semua ini. Setelahnya dia akan memulai hidup baru lagi bersama suami dan anaknya. Tak beda jauh dengan Nada, Saga pun sampai larut belum bisa tidur. Sebelumnya dia sudah menyiapkan cincin baru yang diperuntukkan untuk Nada. Saga sudah tidak sabar bertemu dengan hari esok. Keesokan paginya, Saga bangun lebih awal dengan penuh semangat. Matahari belum muncul tetapi dia sudah bersiap-siap. Seperti abg yang mau lepas lajang saja. Padahal sudah kali kedua walaupun dengan orang yang sama. Kali ini lebih spesial pastinya. Sudah siap lahir batin. Bahkan siap menjadi ayah dan suami dengan segala tanggung jawabnya. "Ga, kamu kepagian, kalau jam segini otw bisa dipastikan keluarga Nada masih tidur," seloroh Mama Zee tertawa melihat kelakukan putranya demikian menggelikan. "Sudah bangun sih, tapi ya pastinya belum mandi," sahut Pak Bian ikut menggodanya. "Dijamin sudah bangun da