“Rumahku, istanaku,” ujar Elo dengan bangga menunjuk rumah dua lantai yang fasad rumahnya masih standar. “Ayo keluar!”“Saya tunggu di sini aja, ya,” ujar Sinar sambil melihat ke sekeliling.“Keluarlah, Yang,” bujuk Elo sudah membuka pintu mobil. “Masuk dulu, lihat-lihat dulu. Kamu bisa langsung telpon ibuku, andai aku macem-macem di dalam sana.”“Yang, Yang, Yang!” Ingin sekali rasanya tangan Sinar menepuk bibir Elo itu.“Ya udah, calon istri.”“Pak El!” Sinar melotot.Entah mengapa, sejak kemarin sikap Elo terasa berbeda padanya. Pria itu lebih santai dan bersikap hangat pada Sinar. Elo lebih sering menggodanya, daripada memojokkan seperti biasa.“Udah buruan,” ujar Elo. “Nggak, nggak. Aku janji nggak bakal ngapa-ngapain, kecuali kamu yang minta.”“PAK EL!”Elo tertawa. Menutup pintu mobilnya dan meninggalkan Sinar. Sambil membuka gembok pagar, Elo berteriak, “Buruan, kita belum ke rumahmu. Izin telat dulu sama pak Harsa.”Sambil merengut, Sinar keluar dari mobil. Langkahnya berat,
Last Updated : 2025-05-27 Read more