Setelah memastikan Liona cukup tenang, Devan melangkah cepat menuju ruang kerjanya. Begitu masuk ke ruangannya, ia langsung mengunci pintu, lalu berjalan mondar-mandir di depan mejanya. Sesekali, ia mengetukkan jari ke dagunya, memikirkan berbagai kemungkinan. Matanya menyipit tajam.“Aku harus menyerang Angga dari sisi yang paling lemah,” gumamnya pelan.Perlahan, senyuman kecil mulai terukir di sudut bibirnya. Ia sudah tahu apa yang harus dilakukan.“Aku harus menemukan ‘perempuan itu’ jika ingin menghancurkan Angga.”Devan baru saja meraih ponselnya ketika tiba-tiba pintu ruangannya dibuka lebar dengan kasar. Ia terperanjat, nyarisnya menjatuhkan ponsel dari genggaman.Matanya membelalak saat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu—Angga, dengan senyum remeh yang terukir jelas di wajahnya. Di belakangnya, tampak Ziandra mengikuti dengan langkah hati-hati, seolah enggan terlibat dalam ketegangan yang sangat menggantung di udara.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Angga melangkah
Terakhir Diperbarui : 2025-04-28 Baca selengkapnya