Raka berdiri di atas batu besar dekat pasar baru yang menghadap ke dermaga kecil. Wajahnya tenang, tapi tatapannya menyimpan tekad.“Waktu kita sudah dekat,” ucap Raka lantang kepada para warga yang berkumpul. “Hasil bumi kita melimpah, rempah-rempah kita harum, rotan dan kain dari para pengrajin sudah siap. Tapi kita tidak bisa terus menunggu pedagang dari luar datang ke desa ini.”Seorang lelaki tua, Darsa, mengangkat tangan, “Kamu ingin kami berdagang ke luar desa, Raka?”Raka mengangguk. “Ya. Kita yang membawa barang kita sendiri ke luar. Jika kitab awa Ke kota madya, ke pasar Kemusuk seperti yang kalian ketahui pajak tidak masuk akal di berikan kepada para pedagang kita. Dan biar mereka tahu bahwa Kali Bening tidak cuma tahu menanam dan menenun, tapi juga tahu cara berniaga.”Sorak kecil muncul, tapi wajah-wajah ragu masih terlihat.Seorang pemuda, Tawi, bersuara, “Kalau kita lewat Kemusuk dan kota madya, mereka pasti minta pajak. Kadang semaunya. Kadang bayar, kadang cuma dimint
Terakhir Diperbarui : 2025-05-07 Baca selengkapnya