Dastan menangkap gurat kecemasan di wajah Lyra.Bukan jenis ketakutan biasa, tapi yang muncul saat seseorang tak bisa menghindar dari kenyataan yang menyesakkan. Ia nyaris bertanya, tapi menahan diri.“Tidak ada alternatif lain, Dok?” tanya Lyra bersikukuh. “Aku akan membuatkan gips untuk kaki Anda dan memasangnya besok,” jawab dokter dengan profesional.“Tapi, aku tidak bisa berbaring terus selama beberapa hari. Aku—”“Sebisa mungkin, jangan banyak bergerak, Nyonya,” potong sang dokter, kali ini dengan ketegasan lebih. “Kalau butuh ke kamar mandi atau keluar ruangan, minta bantuan suami Anda.”Lyra terperangah. “Suami? Aku—”“Baik, Dok. Dia tidak akan ke mana-mana tanpaku,” sela Dastan tanpa ekspresi, suaranya datar namun penuh otoritas.Kepala Lyra perlahan berpaling menatapnya. Pandangan mereka bertemu, tapi tak seimbang. Dastan seperti batu karang. Tenang, kokoh juga tak tergoyahkan. Sedangkan dirinya? Sekeping kaca rapuh yang bisa retak oleh debar jantung sendiri.Dokter menyele
Huling Na-update : 2025-05-24 Magbasa pa