Share

Bab 101

last update Last Updated: 2025-05-20 23:14:08

Lyra yang duduk di tepi ranjang memperhatikan perubahan ekspresi itu dengan rasa was-was. Wajah Dastan seperti baru saja mendapatkan kabar yang tidak dia sukai dan entah mengapa, insting Lyra mengatakan bahwa kabar itu ada hubungan dengannya.

Dastan menurunkan ponselnya perlahan, tanpa mengalihkan pandangan dari Lyra. Mata Lyra dipenuhi tanda tanya dan kecemasan, tapi pria itu hanya menatapnya tanpa ekspresi.

Lalu Dastan mulai melangkah. Perlahan. Penuh tekanan. Suara sepatunya di lantai marmer terdengar berat, dramatis. Hingga ia berdiri tegap di hadapan Lyra yang kini diam membeku, seolah bersiap menghadapi dakwaan.

“Ada yang ingin kau ceritakan?” Suaranya tenang. Terlalu tenang.

Lyra membuka mulut, namun tak ada kata yang keluar. Tenggorokannya tercekat.

“Jangan paksa aku menebak, Lyra,” lanjut Dastan, matanya tak berkedip. “Aku sudah cukup bersabar.”

“Aku tidak tahu apa maksudmu...” suara Lyra terdengar lemah, nyaris berbisik.

Dastan menyipitkan mata. Wajahnya terlihat tidak puas.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 105

    David Adiwangsa muncul di ambang pintu besar rumah itu, mengenakan jubah tidur mahal berwarna gelap. Sorot matanya tajam, wajahnya merah padam menahan amarah.“Kalian pikir ini tempat apa?! Bertengkar seperti bocah pagi-pagi begini, di rumahku!” suaranya mengguntur.Tak ada yang berani menyela. Bahkan Daniel yang barusan mengaum seperti singa pun menunduk. Dastan hanya berdiri tegak, rahangnya mengeras, tapi tak berkata apa-apa.Kursi roda David bergerak hingga di depan anak tangga, matanya masih menyapu mereka berdua dengan sorot kecewa. “Kapan kalian akan benar-benar bersikap selayaknya pria dewasa? Atau kalian memang tidak pernah menjadi pria?” ”Suasana berubah hening. Hanya napas kasar Daniel yang terdengar, dan derit halus kursi roda David yang berbalik kembali ke dalam rumah. Dastan mendengus pelan, lalu melirik Daniel sekali lagi. Kali ini, tanpa kata-kata. Hanya tatapan penuh peringatan sebelum ia melangkah masuk ke dalam rumah, diikuti Charlie. Meninggalkan Daniel berdiri m

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 104

    Di ruang kantor yang senyap, hanya ditemani cahaya lembut fajar yang merambat lewat celah tirai, Dastan tersentak bangun dari tidurnya. Ia langsung terduduk, bingung sejenak sebelum menyadari dirinya tertidur di sofa kantor. Masih dengan setelan lengkap yang dikenakannya semalam.Dengan gerakan malas, ia mengusap wajah, menghalau rasa lelah yang masih menggantung di pelupuk mata. Saat pandangannya jatuh pada jam tangan di pergelangan, napasnya tertahan.Pukul enam pagi.Sial. Dia benar-benar tidak pulang.Baru saja ia hendak berdiri, pintu terbuka pelan. Charlie masuk sambil membawa secangkir kopi yang masih mengepul, alisnya terangkat begitu melihat Dastan sudah terjaga.“Tuan, sudah bangun?” tanyanya dengan nada terkejut, meski wajahnya tetap tenang.Dastan mendesah panjang, menerima cangkir kopi itu dan meneguknya sedikit sebelum bicara. “Kenapa tidak membangunkanku?”Charlie menahan napas sejenak sebelum menjawab hati-hati, “Kupikir Anda tidak ingin pulang...”Jawaban itu membuat

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 103

    Suasana kamar pengantin begitu sunyi. Hanya detak jam dinding dan desah napas Lyra yang terdengar. Ia duduk di tepi ranjang, saat pintu diketuk.Lyra refleks menoleh dengan harapan yang segera padam ketika menyadari orang yang mengetuk tidak mungkin Dastan."Siapa?" tanya Lyra lirih."Ini Alba, Nyonya."Pintu kamar terbuka pelan. "Permisi, Nyonya," sapa Alba dengan senyum sopan. "Maaf mengganggu. Aku ingin memastikan semua pakaian yang tadi diantarkan sudah dikemas untuk dilaundry. Supaya bisa dipakai secepatnya.” Alba melirik sejenak ke arah kemeja yang dipakai Lyra, lalu tersenyum kecil. “Tapi sepertinya Nyonya sudah menemukan sesuatu yang nyaman, ya?”Lyra jadi salah tingkah, mengeratkan ujung kemeja Dastan yang menjuntai di pahanya. “Ini… hanya karena udara agak dingin.”Alba mengangguk pelan, lalu matanya bergerak ke arah lemari. “Ngomong-ngomong, kenapa Nyonya tidak memakai gaun-gaun yang sudah kami siapkan?”Lyra tidak langsung menjawab. Ia sempat ragu, namun akhirnya memutusk

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 102

    Gurat ceria di wajah Lyra seketika redup begitu pintu terbuka dan sosok yang masuk ternyata bukanlah orang yang sejak tadi ia tunggu-tunggu. Dadanya yang sempat berdebar karena harapan kini perlahan menegang, matanya menatap kosong pada ajudan yang datang membawa kantong belanja besar dan beberapa kotak yang menutupi pandangan. "Oh, maaf, Nyonya! Aku tidak tahu kamar ini sudah ditempati," ucap ajudan itu tergesa, nyaris tersandung karena banyaknya barang yang dibawanya. Lyra mengerutkan dahi, memperbaiki posisi duduknya. "Untuk apa kau kemari? Apa Tuan yang menyuruhmu?" tanyanya curiga, nada suaranya pelan tapi penuh dorongan ingin tahu. Langkah si ajudan terhenti. Ia menunduk hormat. "Benar, Nyonya. Tuan memintaku membawa semua barang ini ke sini." "Di mana, Tuan sekarang?" Ajudan itu sempat menoleh sejenak, sebelum kembali menunduk. "Aku tidak tahu pasti, Nyonya. Kami hanya menerima perintah lewat telepon. " Lyra menghela napas pelan. Ia membiarkan ajudan itu menjalanka

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 101

    Lyra yang duduk di tepi ranjang memperhatikan perubahan ekspresi itu dengan rasa was-was. Wajah Dastan seperti baru saja mendapatkan kabar yang tidak dia sukai dan entah mengapa, insting Lyra mengatakan bahwa kabar itu ada hubungan dengannya.Dastan menurunkan ponselnya perlahan, tanpa mengalihkan pandangan dari Lyra. Mata Lyra dipenuhi tanda tanya dan kecemasan, tapi pria itu hanya menatapnya tanpa ekspresi.Lalu Dastan mulai melangkah. Perlahan. Penuh tekanan. Suara sepatunya di lantai marmer terdengar berat, dramatis. Hingga ia berdiri tegap di hadapan Lyra yang kini diam membeku, seolah bersiap menghadapi dakwaan.“Ada yang ingin kau ceritakan?” Suaranya tenang. Terlalu tenang.Lyra membuka mulut, namun tak ada kata yang keluar. Tenggorokannya tercekat.“Jangan paksa aku menebak, Lyra,” lanjut Dastan, matanya tak berkedip. “Aku sudah cukup bersabar.”“Aku tidak tahu apa maksudmu...” suara Lyra terdengar lemah, nyaris berbisik.Dastan menyipitkan mata. Wajahnya terlihat tidak puas.

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 100

    Lyra tak bisa mengelak ketika Dastan tiba-tiba telah berdiri di hadapannya. Pria itu membungkukkan tubuh di depan Lyra. Kedua tangannya bertumpu di tempat tidur. Melingkupi Lyra yang kini duduk menengang."Jadi katakan, kenapa kau memakai bajuku, Nyonya Adiwangsa?" Suaranya terdengar datar, tapi ketegangannya terasa menusuk.Lyra menjawab tergagap. "A-aku tak punya pakaian.""Kau punya banyak di dalam lemarimu." Dastan membalas cepat, seakan tak memberi ruang untuk alasan."Tapi itu tidak layak—" Kalimat Lyra terjeda saat melihat alis Dastan terangkat. "Maksudku... aku tidak terlalu nyaman mengenakan pakaian seperti itu..."Tatapan mengintimidasi Dastan tidak berkurang. Lyra makin merasa tersudut. "Lyra... aku sudah berusaha untuk menahan diri sejauh ini, membiarkan semuanya mengalir dengan pelan. Tapi jika kau terus bertindak begini...." Dastan menghela napas sejenak kemudian melanjutkan, "aku mungkin akan betul-betul kehilangan kendali."Alis Lyra bertaut rapat. Tak paham apa arti

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 99

    Lyra masih bergelung rapat di bawah selimut, hanya ujung kepalanya yang tampak mencuat keluar seperti kura-kura mengintip dunia. Keringatnya sudah seperti banjir di balik kain tebal itu, tapi ia tetap bergeming."Kenapa dia belum pergi juga sih..." gumamnya dalam hati sambil melirik ke arah kursi di dekat jendela.Dastan duduk tenang di sana. Membuka laptop, membolak-balik dokumen digital, seolah dunia ini tak ada yang lebih penting dari pekerjaan, selain menjaga keberadaan istri baru yang terlihat betah menyembunyikan diri."Harusnya dia tidak mengambil cuti," desis Lyra pelan. “Untuk apa juga libur dari kantor? Kami tidak akan bulan madu. Tidak kemana-mana.”Peluh makin mengalir di pelipis. Lyra mulai panik. Dia harus segera mandi. Tapi kalau bergerak sedikit saja, Dastan mungkin akan datang mengganggunya lagi."Ini menyiksa," gerutu Lyra saat udara dalam selimut kian pengap. Dia butuh udara segar. Atau lebih bagus lagi jika itu air segar. “Kau akan terus membungkus dirimu seperti

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 98

    "Kau minta kesempatan setelah membuat kekacauan yang hampir menghancurkan kehormatan keluarga ini?"Suara David Adiwangsa menggema di ruangan besar itu. Penuh kemurkaan. Darren makin menunduk."Aku sudah terlalu banyak memberimu toleransi, Darren. Ini bukan soal siapa benar dan siapa salah. Ini soal siapa yang harus dihormati… dan siapa yang harus tahu diri.""Aku… tidak berniat membuat onar, Kek," suaranya jelas terdengar ketakutan. "Aku hanya ingin bicara dengan Lyra. Aku pikir… dia juga masih—""Masih apa?" potong David, tajam. "Masih mencintaimu? Jadi kau mabuk di saat semua orang bersiap untuk sebuah momen penting, menyusup ke ruang rias calon istri pamanmu, memaksanya kabur, lalu pingsan karena dihantam vas bunga? Itu caramu menunjukkan cinta?"Leona cepat buka suara untuk membela putranya. "Ayah, Darren hanya tertekan. Semua ini terlalu cepat untuknya. Dalam keadaan sadar, Darren tidak akan melakukan tindakan sebodoh itu."David menoleh tajam. "Kalau begitu mungkin anakmu suda

  • Menikahi Paman Mantan Tunanganku   Bab 97

    **Pria ini sungguh tak bisa dipercaya. Batin Lyra mendongkol.Dastan menangkap sorot tajam dari Lyra yang tengah memeluk bantal dengan wajah sedikit cemberut.“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanyanya santai, seolah tak merasa bersalah.Lyra mengerucutkan bibir. “Karena kau menyebalkan.”Dastan tertawa pelan. “Tenang saja… kau hanya perlu menebusnya dengan menjadi istri yang baik. Jangan berpikiran yang aneh-aneh.”Mata Lyra membelalak. “Siapa yang berpikiran aneh-aneh?!”“Kalau bukan kau, siapa lagi?"Lyra menghela napas panjang dan mengatur posisi bantal. Tak mau terjebak obrolan aneh lagi. Dia memilih berbaring setelah rasa nyerinya berkurang. Tubuhnya jadi lebih lelah.Tapi Dastan tidak. Dia justru begadang, bolak-balik mengganti air hangat di baskom dan mengompres kaki Lyra untuk keempat kalinya.Tangannya cekatan, gerakannya tenang. Tidak ada kalimat romantis, tidak ada rayuan manis atau godaan lagi. Tapi semua tindakannya terasa lebih tulus dari seribu gombalan.Lyra memper

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status