Rumah itu sangat megah dengan halaman luas, dikelilingi pagar tinggi dari papan tebal. Brak! Banga menendang pintu gerbang sehingga palang pintu patah dan pintu terbuka lebar. Di dalam sudah menunggu satu kompi prajurit sena dan dua puluh pendekar bayaran. Kepala kampung berdiri dengan pongah di beranda, diapit kepala legiun dan ketua pendekar. Banga tersenyum sinis. "Bagus, kalian sudah kumpul semua, jadi aku bisa menghemat waktu." "Berani sekali kau datang ke rumahku," kata kepala kampung. "Kau sudah dihapus dari daftar penduduk, berarti kematian bagimu." Prajurit berbaris di halaman dan di belakangnya pendekar bayaran, siap siaga menunggu perintah. "Bumi jadi saksi sebentar lagi kampung ini menjadi daerah tak bertuan," kata Banga. "Cukup sampai di sini kalian menghirup udara bebas." Kepala kampung tertawa melecehkan, suara tawanya tidak enak di kuping, mirip suara kambing kecekik. "Ucapanmu keren sekali. Aku ingin tahu apakah kepandaianmu sekeren ucapanmu." "Aku kira tidak
Last Updated : 2025-04-04 Read more