Home / Romansa / Terjebak Cinta Sang Dokter / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjebak Cinta Sang Dokter : Chapter 11 - Chapter 20

22 Chapters

bab 11 Cinta dan Rencana Pelarian

Hari-hari Marsel berubah drastis sejak Caca hadir kembali di kehidupannya. Rumah Cantika kini tidak hanya dipenuhi dengan suara tangis bayi Putra, tapi juga tawa geli akibat kekonyolan dua orang dewasa yang kelakuannya lebih mirip anak-anak baru pacaran.“Caca, kamu sengaja ya bikin mie pedes level tujuh ini?” tanya Marsel dengan muka merah, bibir bergetar, dan keringat bercucuran.Caca hanya tertawa sambil nyuapin satu sendok mie ke mulutnya sendiri. “Kalau kamu tahan sama pedesnya mie ini, berarti kamu tahan sama pedesnya sifat aku juga.”Marsel nyaris tersedak, tapi tetap senyum-senyum. “Aku rela makan sambel satu ember kalau bisa nemenin kamu terus.”Caca menahan tawa. “Kalau gombal, jangan sambil nangis dong. Malu tuh air matanya.”Hari-hari mereka diisi dengan saling jahil. Pernah suatu pagi, Marsel keluar dari kamar dan mendapati bajunya diganti semua oleh Caca dengan baju-baju anak-anak. Ada kaos bertuliskan "I Love Mommy" dan celana dalam gambar bebek.“Ini pembalasan karena
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

Bab 12 Luka yang Tertinggal

Malam mulai larut, tapi rumah Pangeran tetap terjaga. Reno duduk di kursi ruang tamu, matanya terus menatap layar CCTV kecil yang menampilkan halaman depan dan belakang rumah. Marsel dan Pangeran sedang berjaga bergantian, sementara Cantika dan Caca mencoba menenangkan bayi Putra dan Putri yang masih gelisah.Namun, saat jam menunjukkan pukul 02.17 dini hari, layar monitor tiba-tiba blank selama dua detik."Damn. Itu sinyal kamera diputus," gumam Reno sambil berdiri cepat.Pangeran langsung siaga. “Marsel, cek kamar bayi!”Seketika mereka semua berlari ke kamar tempat Putra dan Putri tidur.Dan benar saja.Dua pria bertopeng sudah berada di sana—satu tengah mengangkat Putri, satu lagi baru saja menggendong Putra. Namun aksi mereka terhenti saat lampu kamar menyala dan Reno menodongkan pistol kecil ke arah mereka.“LETAKKAN BAYINYA!” teriak Reno.Marsel bergegas ke arah pria bertopeng yang menggendong Putra, menghajarnya dengan pukulan keras hingga pria itu jatuh tersungkur. Pangeran l
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

Bab 13 Aksi Nekat, Ketegangan & Tawa

Malam itu, rumah keluarga besar Pangeran tampak tenang. Tapi sebenarnya, semua orang waspada. Reno, Marsel, dan ayah Pangeran memperketat penjagaan karena firasat buruk masih terasa. Putra dan Putri tidur di kamar yang sama, diawasi bergantian oleh keluarga dan penjaga.Di ruang tengah, Marsel yang kebagian jaga mulai ngantuk berat. Tapi seperti biasa, Caca datang dengan tingkah usilnya.“Wahai, penjaga malam, jangan tertidur! Kalau tertidur, siap-siap aku lukis kumismu pakai spidol permanen!” kata Caca sambil nyengir.Marsel langsung terbangun, “Jangan ya! Aku ini sedang fokus menjaga ketenteraman dua bayi masa depan dunia!” ucapnya sok serius.Caca tertawa terpingkal-pingkal, lalu dengan iseng menyembunyikan kopi Marsel dan menggantinya dengan air jeruk nipis. Marsel yang tidak sadar langsung meneguknya dan...“AAAHH!! APAAN NIH?! Ini kopi rasa rujak!!” teriaknya sambil berlari ke dapur.Tawa Caca pun meledak.Tapi di tengah kekonyolan itu, suasana berubah drastis ketika Reno mendap
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

Bab 14 Teror yang Kembali

Hari itu mentari bersinar lembut. Putra dan Putri berlarian di halaman rumah, mengenakan seragam SD mereka yang baru. Usia mereka genap 6 tahun. Tawa ceria menghiasi udara, tak ada yang menyangka… badai akan segera datang.Di dalam rumah, Cantika dan Pangeran sedang membereskan bekal anak-anak, sementara Reno membaca koran di teras belakang. Caca dan Marsel sibuk bercanda soal siapa nanti yang akan antar jemput sekolah.Tiba-tiba… sebuah amplop cokelat tergelincir lewat celah pintu pagar.Marsel yang melihatnya pertama kali, segera memanggil, “Pangeran! Ini... kayaknya bukan surat biasa!”Pangeran buru-buru mengambil dan membukanya. Di dalamnya hanya ada satu foto—foto Putra dan Putri sedang tertidur di kamar.Cantika langsung pucat.“Astaga… ini foto semalam…”---Di balik foto itu, tertera tulisan tangan miring yang dikenali semua orang:> “Kalian pikir aku tak akan kembali? Tunggu saja… aku akan menghancurkan ketenangan kalian seperti kalian menghancurkan hidupku. – Z”Pangeran men
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 15 – Jejak yang Menghilang

Reno berdiri di balkon lantai dua rumahnya, tatapannya kosong menatap langit subuh yang mulai membiru. Angin dingin menusuk hingga ke tulang, namun pikirannya jauh lebih dingin—membeku dalam kecemasan yang tak kunjung mereda.Sudah empat hari Putri menghilang. Sudah empat malam pula Reno tak tidur. Semua CCTV, saksi mata, hingga jaringan bawah tanah yang ia miliki telah dikerahkan, namun nihil. Seolah Putri benar-benar menghilang dari muka bumi.“Kamu harus makan, Ren…” suara Pangeran yang berdiri di ambang pintu, berusaha terdengar tenang.Reno menggeleng, tatapannya tetap kosong. “Aku CEO, aku bisa lacak orang sejauh benua… tapi untuk menemukan anakku sendiri, aku gagal…”Pangeran menepuk bahu Reno. “Kamu ayah, bukan Tuhan. Kita akan temukan dia. Bersama.”Di ruang tengah, Cantika duduk memeluk Putra yang mulai membaik, namun tetap murung tanpa kehadiran Putri. Sementara Caca dan Marsel bolak-balik membawa makanan, minuman, dan laporan pencarian yang tak pernah ada kabar cerahnya.R
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more

Bab 16: Tertatih Menuju Cahaya

Malam mulai turun perlahan, menyelimuti rumah sakit dengan bayangan kelabu yang sunyi. Di ruang perawatan anak, Putri terbangun dari tidurnya dengan nafas berat. Memar di lengan dan kakinya masih jelas terlihat, dan dadanya terasa sesak setiap kali mencoba bangun.Tapi ada satu suara dalam hatinya yang memanggil…“Putra…”Dengan susah payah, Putri turun dari tempat tidurnya. Kakinya masih gemetar, namun mata kecilnya bersinar penuh tekad. Dia tahu Putra sedang kesakitan. Dia tahu, sahabat kecilnya itu butuh dirinya.Tangannya meraba dinding untuk bertahan agar tidak jatuh. Suster jaga malam itu tertidur di meja, membuat jalan menuju ruang ICU sepi… terlalu sepi.Setiap langkah terasa seperti membawa beban seribu kilo. Rasa sakitnya belum sembuh. Tapi hatinya terlalu kuat untuk berhenti.“Sabar ya, Putra… Putri datang…”**Sementara itu, di ruang keluarga rumah sakit, Cantika bersandar di bahu Pangeran. Reno dan Marsel tengah berdiskusi di meja seberang, membicarakan rencana pelacakan
last updateLast Updated : 2025-04-27
Read more

Bab 17: Luka yang Perlahan Pulih

Hari-hari di rumah sakit berjalan lambat, tapi penuh kehangatan. Setelah melewati masa kritis, Putra mulai bisa duduk di ranjangnya, meski tubuhnya masih lemah dan langkah kakinya belum sanggup menopang. Sedangkan Putri, walau memar di tubuhnya perlahan memudar, masih tetap setia berada di sisi sahabat kecilnya itu.Setiap pagi, suster datang membawa sarapan ringan, dan setiap kali Putra kesulitan menggenggam sendok, Putri yang tanpa banyak bicara akan mengambil alih, menyuapinya dengan hati-hati.“Pelan-pelan ya, biar nggak tersedak,” ucap Putri sambil tersenyum, meski dirinya sendiri kadang menahan nyeri di lengan yang belum pulih sempurna.Putra menatap Putri dalam diam, ada rasa haru yang sulit ia ungkapkan.“Kenapa kamu nggak istirahat aja, Putri?” bisiknya pelan.Putri menggeleng, tatapannya penuh keyakinan.“Karena kamu butuh aku. Sahabat nggak ninggalin sahabat, kan?”Ucapan sederhana itu selalu jadi obat paling mujarab bagi Putra. Bukan infus, bukan obat-obatan dari dokter —
last updateLast Updated : 2025-04-29
Read more

bab 18 Percakapan di Balik Jeruji

Pagi itu langit mendung, seolah mencerminkan suasana hati Reno yang dipenuhi amarah dan kegelisahan. Mobil hitamnya berhenti tepat di depan pintu penjara — tempat Zolanda dikurung, namun tetap bisa mengendalikan ancaman dari balik jeruji.Reno berjalan pelan memasuki ruang kunjungan. Tatapannya tajam, rahangnya mengeras menahan emosi. Di balik kaca pemisah, Zolanda duduk santai dengan senyum tipis yang seolah mengejek.“Lama tak jumpa, Reno,” ucap Zolanda, nada suaranya dingin tapi santai. “Bagaimana kabar Cantika... dan Putri?”Reno menahan diri agar tidak meledak di tempat. Tangannya mengepal di atas meja.“Jangan main-main, Zolanda,” suaranya berat, penuh tekanan. “Orangmu nyaris mencelakai Cantika di parkiran. Apa tujuannya? Mau bikin kami takut?”Zolanda mengangkat alis, pura-pura polos.“Cantika wanita cerdas, dia pasti tahu hidup di dunia ini tidak pernah aman, Ren. Lagipula... aku hanya tahanan, apa mungkin aku bisa atur semua itu?”Ia terkekeh pelan, seolah tak merasa bersala
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more

bab 19 Jejak dalam Sunyi

Langit sore itu mendung, seolah menyimpan sesuatu yang akan pecah dalam waktu dekat. Rumah sakit tampak tenang di permukaan, tapi di dalamnya, ketegangan merayap seperti kabut — tak terlihat, tapi terasa. Marsel sedang duduk di kursi ruang tunggu, menatap layar ponselnya yang kosong. Ia hanya berniat menjaga suasana, menemani Pangeran dan Reno yang masih rapat dengan tim keamanan. Tapi nalurinya sebagai mantan intel tak pernah tidur. Saat itulah, matanya menangkap gerakan kecil yang tidak biasa di ujung lorong. Seorang pria dengan jaket hitam, wajah tertutup masker dan topi, tampak berdiri agak lama di depan ruang perawatan Putri. Ia tidak masuk, hanya memandang ke dalam dari balik kaca. Tapi ada sesuatu dari caranya berdiri… seperti sedang menghitung… atau mencatat. Marsel menyipitkan mata. "Siapa lo..." bisiknya pelan. Ia bangkit dari kursinya, berjalan pelan namun mantap ke arah pria itu. Tapi saat ia makin dekat, pria tersebut langsung berbalik dan berjalan cepat menjauh. “
last updateLast Updated : 2025-05-02
Read more

Bab 20: Dalam Sunyi, Ada Bahaya

Matahari pagi menyinari perlahan jendela kamar rawat itu. Di dalamnya, Putra mulai bisa duduk sendiri, walau masih dibantu sandaran. Wajahnya belum sepenuhnya pulih, tapi semangat hidupnya… sudah kembali. Putri duduk di samping tempat tidur, memegang buku cerita yang dulu sering mereka baca berdua. “Kau masih ingat ini?” tanya Putri pelan. Putra mengangguk kecil. “Kita dulu suka tiru suara tokohnya…” Putri tersenyum, lalu mencoba menirukan suara tokoh si kucing pintar. “‘Aku tahu jalannya! Ikuti aku, miaw!’” Putra tertawa kecil. Tawa yang sudah lama tak terdengar. Namun di balik kehangatan itu, ada ketegangan yang tak mereka pahami sepenuhnya. Mereka merasa diawasi. Setiap kali suster baru masuk, Putri akan menatapnya lama. Dan Putra—meski belum berkata banyak—bisa merasakan perubahan itu. “Mereka semua… takut,” bisik Putra. Putri menoleh. “Siapa?” Putra menatap langit-langit. “Orang-orang besar… Ayah, Pangeran, Om Marsel… mereka sembunyikan sesuatu.” Putri menund
last updateLast Updated : 2025-05-07
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status