Suasana restoran siang itu sebenarnya tenang, dengan alunan musik lembut yang mengalir dari sudut ruangan. Namun, di meja pojok yang dipesan Karina, suasana justru sebaliknya. Reihan tampak tidak tenang. Tatapannya terus-menerus tertuju pada layar ponsel yang tergeletak di samping piringnya. Ibu jarinya sesekali menyentuh layar, membuka pesan, lalu menutupnya lagi. Begitu terus, seperti sedang menunggu sesuatu. Karina mengaduk sup di depannya, lalu mendesah pelan, menyembunyikan kekesalan yang mulai naik ke permukaan. "Reihan," panggilnya manja, berusaha menarik perhatian. "Kamu kenapa, sih? Dari tadi kelihatan nggak fokus." Reihan mengangkat kepalanya sejenak, lalu kembali menatap ponsel. Kali ini dia membuka pesan terakhirnya—pesan yang ia kirim untuk Rin pagi tadi. "Kita perlu bicara. Pulang." Tapi sampai sekarang, tak ada balasan. Hanya dua centang. Dingin. Diam. “Rin sudah tanda tangan surat cerai,” ucap Reihan akhirnya, suaranya nyaris tak terdengar. Karina membelalakkan ma
Terakhir Diperbarui : 2025-04-29 Baca selengkapnya