Bara menutup laptopnya dengan gerakan tegas. Jarum jam di dinding menunjukkan pukul lima sore lebih sepuluh menit. Meski masih ada tumpukan laporan yang menunggu, pikirannya sudah melayang ke satu tempat, janji yang telah ia buat pada Rebecca.Dia berdiri, merapikan jas hitamnya yang elegan, dan mengambil kunci mobil dari meja. Saat hendak berjalan keluar, Tama, asisten sekaligus sahabatnya sejak lama, menghadangnya di pintu dengan senyum menggoda."Mau pulang cepat? Istrinya sudah menunggu, ya?" goda Tama sambil menyelipkan kedua tangannya ke saku celana.Bara menghela napas panjang. "Jangan mulai lagi, Tam.""Halah, santai, Bar. Cuma bercanda," ujar Tama, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Bara. "Tapi kepo juga. Memangnya kalian mau ngapain? Atau sudah ada benih-benih cinta diantara kalian?"Bara menghentikan langkahnya. Matanya menatap Tama tajam. "Jangan becanda. Aku dan Rania masih memiliki batas."Tama menyipitkan mata. "Kamu itu sudah menikah, Bara. Mau kontrak atau tidak, kam
Last Updated : 2025-06-08 Read more