Share

17. Janji yang Dilanggar

Author: Sandra Dhee
last update Last Updated: 2025-06-09 20:57:56

"Tidurkan saja dia di ranjang," perintah Becca kepada petugas hotel yang membopong Bara. Pria itu mengangguk dan melakukan apa yang Becca minta.

"Biar aku urus sisanya. Ini tip mu," tambah Becca sambil memberikan selembar uang. Pria itu tampak senang mendapatkannya. Ia pun segera mengucapkan terima kasih dan pergi dari sana.

Becca mengunci pintu kamar sambil melirik ke arah Bara yang sudah tak sadarkan diri di atas ranjang. Ia tersenyum penuh kemenangan. Malam ini Bara adalah miliknya, dan mereka bisa bernostalgia mengingat kenangan indah mereka saat dulu masih bersama.

Dengan perlahan Becca menghampiri Bara dan duduk di tepi ranjang. Ia menatap wajah tampan mantan kekasihnya itu, lalu mengelus pipinya pelan. Dulu dia merasa sangat beruntung bisa menjadi kekasih pria pewaris ini. Tapi, semuanya hancur hanya gara-gara pernikahan konyol itu.

"Tapi aku yakin kamu masih mencintaiku, Bara. Takkan ada wanita lain yang bisa menggantikan tempatku di hatimu bukan?" kata Becca sambil tersenyum
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   59. Penculikan Reyhan

    Malam sudah larut di Jakarta. Reyhan duduk di meja makan, sendirian, menyendok nasi dan lauk sederhana yang baru ia hangatkan. Rumah terasa sepi sejak ia tinggal sendiri. Reyhan memang tak pernah mengeluh, tapi ia tak memungkiri bahwa rasa sepi sering menghantamnya di waktu malam seperti ini.Ia baru saja mengambil sendokan ketiga saat terdengar ketukan di pintu. Pelan, tapi tegas.Reyhan mengernyit. “Siapa malam-malam begini?” gumamnya.Ia bangkit, berjalan menuju pintu sambil sedikit waspada. “Siapa?” tanyanya sambil menengok melalui jendela. Namun anehnya dia tak melihat siapapun di sana.“Teman kakakmu, Rania. Ada titipan darinya,” jawab suara laki-laki asing di luar.Ia sebenarnya ragu, namun rasa penasaran mengalahkan kewaspadaannya. Reyhan berniat membuka pintu sedikit, namun seketika dua sosok pria bertubuh kekar mendobrak pintu dan mendorongnya masuk kembali.“Eh! Siapa kalian?!” teriak Reyhan, namun sebuah kain basah sudah menutupi mulut dan hidungnya. Bau menyengat menusuk

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   58. Di Balik Lingerie Hitam

    Bara berdiri dengan wajah penuh kekaguman melihat Rania. Lingerie itu membalut tubuh Rania dengan sempurna, memperlihatkan lekuk-lekuknya secara elegan, tanpa terkesan murahan. Rambutnya yang terurai jatuh di bahu, dan tatapan matanya... campuran antara gugup dan pasrah. Rania yang biasanya merasa malu, entah mengapa malam itu jauh lebih percaya diri. Mungkin karena terbawa suasana, atau karena tatapan Bara sejak tadi sudah membuatnya merasa diinginkan.Bara berjalan pelan menghampiri. Tangannya terulur, menyentuh lengan Rania, lalu bergerak turun ke pinggangnya. “Kamu... luar biasa,” bisiknya.Rania menghela napas saat Bara menariknya mendekat, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lambat namun penuh intensitas. Sentuhan Bara tidak terburu-buru, tapi juga tak memberi celah untuk keraguan.Bibir dan lidah mereka berpagutan mesra, saling memberi dan menerima. Sementara tangan Bara mulai bergerak meraba setiap lekukan di tubuh Rania.Rania mulai berani. Jemarinya perlahan membuka satu-

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   57. Malam Romantis

    Malam itu, Bara membawa Rania makan malam di sebuah restoran di tebing Oia. Restoran itu memiliki pemandangan matahari terbenam yang paling indah di seluruh Santorini.Lycabettus Restaurant, yang menjorok ke tebing Oia, seolah melayang di udara. meja-meja mereka berdiri di ujung platform kaca, seakan di bawahnya hanya ada laut yang tak berujung.Rania duduk berhadapan dengan Bara. Gaun putih sederhananya bergerak lembut tertiup angin, dan rambutnya yang tergerai berkilau terkena cahaya bulan. Bara memandangnya lama, seakan ingin mengingat setiap detail wajah itu.“Aku masih tak menyangka... tempat ini indah sekali. Rasanya seperti mimpi aku bisa ke tempat ini,” ucap Rania, matanya menyapu pemandangan di sekitarnya. “Seperti... kita sedang makan di atas dunia.”Bara tersenyum tipis. “Aku memang ingin kamu melihat dunia dari sini, Rania. Supaya kamu tahu, hidup bukan hanya tentang masalah dan tekanan. Ada tempat di mana kita bisa bernapas dan menemukan ketenangan.”Pelayan datang membaw

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   56. Pyrgos dan Hadiahnya

    Setelah mandi dan bersiap, mereka menghabiskan sarapan di balkon dengan pemandangan laut biru yang menakjubkan. Sarapan kali ini terasa berbeda. Tak ada lagi kecanggungan. Yang ada hanya obrolan ringan, tawa yang lepas, dan tatapan-tatapan lembut yang tak lagi disembunyikan. "Hari ini kita mau ke mana?" tanya Rania, menyeruput kopi hangatnya. Bara tersenyum dengan mata berbinar seperti menemukan ide baru. "Bagaimana kalau kita keluar dari zona nyaman ini? Mencari tempat yang tidak ada di brosur-brosur turis." Mata Rania membulat. Ia menyukai ide itu. "Terdengar seru. Aku lebih menyukainya dari pada melihat orang-orang berpose di setiap sudut jalan." Akhirnya setelah sarapan selesai, mereka segera bersiap dan pergi menyewa sebuah skuter matik berwarna putih. Bara duduk di depan, dan Rania memeluknya dari belakang. Angin laut menerpa wajah mereka, membawa aroma asin dan kebebasan. Mereka tak memiliki tujuan pasti, hanya mengikuti jalan-jalan kecil berbatu yang berkelok-kelok.

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   55. Hari Pertama Bulan Madu

    Bara menggenggam tangan Rania dengan erat siang itu, membimbingnya menuruni jalanan yang dipenuhi toko-toko kecil dan kafe yang ramai dengan pasangan-pasangan yang tengah berlibur.Udara Santorini terasa lebih hangat daripada biasanya. Angin laut yang lembut berhembus pelan, membawa aroma asin dari laut Aegea dan bunga-bunga segar yang bermekaran di sepanjang jalan kecil berbatu."Kemarilah," ujar Bara lembut, menarik Rania ke sebuah teras kafe kecil yang menghadap langsung ke lautan biru. Mereka duduk berdua di sudut, dengan segelas wine lokal dan sepiring kecil kudapan khas Yunani.Rania menatap pemandangan di depannya dengan mata berbinar. "Ini... seperti mimpi," gumamnya."Kalau begitu... jangan bangun dulu," jawab Bara sambil tersenyum. Tatapannya lembut, dan untuk pertama kalinya sejak pernikahan mereka dimulai, Rania merasa benar-benar menjadi bagian dari hidup pria itu.Mereka menghabiskan hari itu dengan berjalan di sepanjang pantai, tertawa, mengambil foto, dan bahkan sempat

  • Terpaksa Jadi Pengantin Tuan Pewaris   54. Santorini dan Keindahannya

    Rania menggenggam erat tiket pesawat yang diberikan Bara. Jantungnya berdetak kencang sejak tadi pagi, seakan ingin melompat keluar dari dadanya. Ia masih tidak percaya bahwa hari ini adalah hari keberangkatan mereka. Perjalanan bulan madu ke Santorini, tempat yang selama ini hanya ia lihat lewat layar televisi atau media sosial.Bara tampak tenang. Lelaki itu mengenakan kemeja linen berwarna biru muda yang membuatnya terlihat santai namun tetap berwibawa. Ia menoleh ke arah Rania yang duduk di sampingnya, memandangi suasana bandara dengan mata berbinar.“Gugup?” tanya Bara sambil menyenggol lengan Rania pelan.Rania mengangguk pelan. “Gugup sekali. Ini pertama kalinya aku naik pesawat. Dan... pertama kalinya ke luar negeri.”Bara tersenyum. “Tenang aja. Aku di sini. Pegang tanganku kalau kamu panik.”Rania menoleh. Matanya menatap tangan Bara yang terulur, dan dengan ragu, ia meraih tangan itu. Hangat. Kuat. Dan entah kenapa, tenang. Perasaan yang membuat jantung Rania berdetak lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status