“Ibu bukannya nuduh, ya. Jangan salah paham. Tapi namanya juga orang tua, wajar ‘kan kalau ingin anaknya punya pegangan. Lagi pula, kalau memang niatnya baik, harusnya nggak masalah ada nama istrinya di sertifikat rumah,” ujar Anita, suaranya mulai melunak, mungkin menyadari perubahan ekspresi di wajah putrinya.“Iya, Bu. Aku mengerti.” Isvara mencoba tersenyum, tapi hasilnya justru seperti orang sedang menahan bersin—gagal total.“Tapi, kurasa itu nggak perlu,” lanjut Isvara dengan pelan. Tangannya refleks memutar sendok di dalam mangkuk, membentuk pusaran kecil di antara potongan jagung dan udang yang mengapung. Seolah sedang sibuk, padahal dia hanya mencoba menghindari tatapan siapa pun di ruangan itu.“Untuk berjaga-jaga saja, Ra. Kita nggak tahu apa yang terjadi ke depannya.” Anita menatap putrinya dengan sorot yang dalam, lalu mengulurkan tangan, mengelus punggung tangan Isvara dengan sentuhan yang hanya bisa dimiliki oleh seorang ibu—halus, tapi mengakar.“Ibu cuma nggak mau ka
Last Updated : 2025-05-18 Read more