Hutan semakin lebat saat mereka menjauh dari lokasi pertemuan dengan Kairan. Langit masih kelabu, dan cahaya pagi seolah tak pernah menyentuh tanah ini. Di setiap langkah, ranting patah sendiri, seakan alam menyingkir memberi jalan atau justru mendorong mereka lebih dalam ke dalam perangkap. Pak Jatmiko memimpin jalan, sesekali menggumamkan mantra pelindung dalam bahasa kuno. Naya menatap Raka yang kini berjalan lebih lambat. Simbol di bahunya makin besar, menjalar hingga ke dada kiri, berdenyut seperti jantung kedua. Nadinya memanas, tapi ia menolak untuk menunjukkan rasa sakitnya. “Ke mana kita?” tanya Raka, suaranya serak. “Ke tempat tulang-tulang berdoa,” jawab Pak Jatmiko. “Tempat itu pernah menjadi lokasi pemakaman rahasia para pendeta pengusir iblis. Jika cerita itu benar, Sengkalannya dikuburkan di sana bersama pengorbanan terakhir.” “Dan kau tahu
Last Updated : 2025-06-02 Read more