Pagi di Desa Terungkam tak lagi terasa seperti pagi. Matahari muncul tanpa cahaya, seolah tertutup tirai halus tak kasat mata. Kabut menebal, tak hanya di kaki gunung namun menyelimuti rumah-rumah, sawah, dan bahkan ladang kuburan tua di sisi barat desa. Raka kembali bersama Tama dari gua, menyusuri jalan tanah dengan langkah berat. Tubuhnya masih terasa gemetar, bukan hanya karena dingin, tapi karena kata-kata terakhir makhluk penjaga itu terus terngiang: “Tuan kami… penutup terakhir… atau pembuka keempat…” Sejak tiba di rumah, Raka tak bicara. Ia hanya duduk di ambang jendela, menatap langit yang tak lagi biru, dan burung-burung yang tak kembali dari hutan. --- Malamnya, suara lonceng kecil terdengar dari arah balai desa. Raka keluar dan melihat beberapa warga berjalan pelan ke satu arah, wajah mereka kosong, mata mereka lurus, dan kaki mereka
Last Updated : 2025-06-13 Read more