Langit berubah merah darah. Awan menggumpal seperti daging busuk yang dililit urat. Desa Tunggala tak lagi bisa berpura-pura sebagai desa biasa. Di setiap sudut, suara-suara yang dulu dikubur kini keluar melalui retakan bumi, menyelinap ke telinga warga, membuat mereka menangis, tertawa, atau lebih sering menggaruk tubuh mereka sendiri hingga berdarah. Malam itu, tak ada satu pun warga yang bisa tidur. Bahkan hewan pun tak berani bersuara. Semua seolah tahu: gerbang telah terbuka, dan penunggunya telah bangkit. Di rumah tua tempat Raka, Lusi, dan Surya sebelumnya menembus ruang bawah tanah, tanah kini hancur lebur, menyisakan kawah hitam tempat asap keluar perlahan. Seorang penduduk tua, Pak Kumis, yang mencoba mendekat, langsung tewas terbakar dari dalam. Tubuhnya meledak seperti kendi tanah liat yang direbus. Namun bukan hanya itu. Langit malam memperlihatkan tanda: lingkaran api melayang di atas Desa Tunggala, seperti mata besar yang menyaksikan dari ketinggian. Di sekeli
Last Updated : 2025-07-01 Read more