Share

Bab 49. Rapat Besar

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 13:20:09

“Max?!”

Arienna terkejut melihat putranya datang larut malam. Ia bahkan tak menerima pesan apapun untuk mempersiapkan mansion bagi Max.

“Kenapa nggak kasih tahu kalau mau pulang? Mom nggak siapin makanan.”

Max tersenyum lemah. Pembicaraannya dengan Henry tadi masih terus terulang dalam benaknya. Ia tak bisa menunggu untuk segera mengobati kekecewaan pria tua yang sangat dihormatinya itu.

Melihat anak lelakinya datang dengan lesu, Arienna yang tak tahu apa-apa itu hanya bisa menawarkan pelukan. Seperti dulu kala.

Perbuatan sang Ibu mengundang perhatian Max yang akhirnya tertawa pelan. “Aku sudah bukan anak-anak, Mom.”

“Peduli amat. Buat mom, kau tetap anak bayi.” Arienna melepas pelukannya dan menarik Max untuk mengikuti ke ruang makan.

“Aku sudah makan, Mom.”

“Nggak percaya.” Arienna tetap dengan keras kepalanya.

Ia mengambil salah satu bubuk minuman dan menuangkannya ke dalam gelas putih. Masih dengan celotehannya. “Apa kau sedang patah hati? Ditolak cintamu? Atau nilai ujianmu jelek
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 88. Mencoba Segala Jalan

    “Tuan Max, Nona Natasya sudah datang. Di ruang Blossom, Tuan.”Senin pagi. Hal pertama yang dikerjakan Max adalah memanggil Natasya ke ruangannya. Secara singkat ia sudah menjelaskan via sambungan telepon perihal masalah yang dihadapi Mozart.“Ok, Al. Tolong kasih tahu Lucas kalau saya ada urusan sebentar.”“Baik, Tuan Max.”Max segera merapikan meja dan buku-buku yang sedang dibacanya, kemudian beranjak menuju ruang rapat yang diberi nama ‘Blossom’.Tiba di sana, ia tak hanya melihat Natasya. Ada seorang gadis yang tak ia kenal duduk di sebelah staf legal tersebut.“Nat!” MAx menyapa, memberitahukan kehadirannya. Natasya dan orang yang dibawanya itu langsung berdiri dan membalas sapaan Max. “Selamat pagi, Pak Max!”Max mengangguk. Memberi isyarat agar mereka kembali duduk dan memulai pembicaraan. “Pak Max, kenalkan ini Sokha. Rekan saya di law firm sebelumnya.”Wanita muda bernama Sokhan itu membungkukkan tubuhnya sedikit dan memperkenalkan dirinya. “Saya Sokha Helena, Pak Max. Be

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 87. Keinginan Menolong Sang Ayah

    1 bulan berlalu sejak semester 7 Max dimulai. Max tengah khawatir karena wajah sang ayah belakangan ini terlihat seperti orang hidup segan mati tak mau.Ia mencoba mencari waktu untuk bertemu dengan Mozart, tetapi ibunya melarang. “Mom, kali aja aku bisa bantu Dad.” Namun, Arienna kembali menggeleng. “Ayahmu ingin mengurus ini sendiri, Max. Kalau dia butuh bantuanmu, pasti akan cari kamu. Kau tahu dia punya pride yang tinggi.”Max merasa kecil menyadari bahwa ia bahkan tak punya kekuasaan untuk menolong ayahnya. “Kalau Dad nyerah pas masalah sudah memuncak, gimana aku harus bantu, Mom?”Arienna terdiam mendengar alasan Max yang masuk akal. “Mom bicarakan dulu sama Dad. Gimana?”Max mengangguk setuju. Lelaki memang paling sulit kalau sudah tersenggol masalah harga diri, walau dengan anak sekalipun. “Aku tunggu di kamar, Mom. Setidaknya, aku punya gambaran masalah apa yang lagi dihadapi Dad.”Arienna mengusap lengan Max penuh syukur. “Iya, Max. Terima kasih, Nak.”Mereka berpisah jal

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 86. Big Boss

    “Res, kalau kau berniat mengganggu di perusahaanku, aku nggak akan tinggal diam.” Max menahan tubuh Areston untuk tidak lanjut masuk ke lift. Areston terdiam. Ia tidak berniat membuat masalah, tetapi ia juga tahu kalau Max takkan percaya. “Bagaimana kalau kau ikut saja ke atas?”Max langsung menggeleng. “Aku ada janji dengan teman-temanku.”Ia mengamati raut wajah Areston dan menilai bahwa pria muda yang menjadi saudara tiri Tania itu terlihat tulus. Bahkan ada kekhawatiran di sana. “Kau menyukai kakak tirimu itu?” tanya Max tak menyaring lagi kata-katanya.Netra Areston terbelalak mendengarnya. “Ngomong apa kau, Max?!”“Well, kau ini kan anak dari Tante Hani dan suami lamanya. Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi.” Max mengangkat dua bahunya. “Not like I care, Res.” Max menepuk pundak Areston kemudian menambahkan, “Naiklah. Dan jangan buat ulah!”Areston berbalik. Matanya mengikuti punggung Max yang sudah semakin menjauh, meninggalkannya di depan pintu lift. Sementara itu, M

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 85. Maling Teriak Maling

    “Pengkhianat kamu, Tania!” sentak Imam murka. “Sengaja kamu merebut perusahaan ini dari Papa!”Tania mendengus geli mendengarnya. “Ha! Maling teriak maling! Papa lupa siapa pemilik dan siapa perebut?!”“Berani sekali kamu! Kamu—”“Dengar ya, Pa!” sentak Tania tak mau mendengarkan sang ayah. “Saya hanya mengambil lagi apa yang menjadi milik saya. Saya keturunan dari keluarga Drajat. Sebaiknya, Papa juga harus lepas nama keluarga Mama!” Netra Imam pun membulat kaget. Ia tak percaya Tania mengancam dengan hal yang paling ia takutkan dalam hidupnya. Selama ini, Imam hidup bangga dan angkuh dengan nama itu. Nama yang cukup membuat orang mau berinvestasi dengannya. “Nak. Kamu jangan jadi anak kurang ajar sama orang tua.” Imam mencoba mengoreksi kesalahan Tania dengan lembut. Ia jelas tidak mau kehilangan nama Drajat di belakangnya.Namun Tania sudah tidak ingin lagi menganggap Imam sebagai keluarga. Toh, ia masih punya keluarga dari pihak ibu yang selalu mendukungnya tanpa pamrih.“Kalau

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 84. Tamu Tak Diundang

    “Ha! Kau sebaiknya bereskan barang-barangmu!” Imam membelalak ke arah ponsel Max yang tergeletak di meja kemudian beralih menatap Max kesal. Max menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan sedikit cepat. Berusaha untuk tidak menertawakan pria tua itu. Ia sudah tak sabar menonton opera yang diperankan Imam di depan mata. Tak lama kemudian dua orang satpam muncul di depan ruangan. Pintunya memang sengaja tak ditutup oleh Max. Karena itu, Imam bisa tahu kalau Max di sana.“Selamat siang, Pak Imam. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya satpam tersebut. Awalnya dua satpam itu sudah bersiap untuk menangkap orang yang dimaksud Imam di telepon tadi, yang datang tanpa diundang. Namun, melihat Imam dan Max di sana, mereka jadi kebingungan. Karena menurut mereka, baik Imam maupun Max tidak bisa dianggap tamu tak diundang. Kalaupun benar, yang tak diundang adalah Imam. Dia sudah menjual perusahaan itu pada orang lain.“Kalian tunggu apa lagi?!” sentak Imam. Ia menunjuk tegas ke ara

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 83. Badut Tua

    “Cas! Lihat ini! Max!” Beberapa jam setelah Max selesai bicara dengan Bebby, Jordan kembali menghadap. Kali ini wajahnya sudah terlihat lebih tenang. Mereka sibuk mengecek media sosial dan mendapati Monza menaikkan unggahan perihal keramaian para penikmat game mengenai karakter game yang serupa dengan milik Monza Play.“Mereka baik juga ya mau bikin postingan begini,” ujar Jordan dengan nada lega. Lucas, tentu saja, tidak percaya bahwa unggahan itu adalah inisiatif murni dari pihak kompetitor. Jelas, ia mencurigai Max melakukan sesuatu di belakang mereka. “Well, masalah selesai kan?” Max menaikkan kedua alisnya. “Nggak makan waktu lama.”“Yeah. Case closed, Max.”Dengan adanya unggahan dari Monza, sekaligus menutup hubungan Bebby dengan keluarga itu. Max sudah melayangkan ancamannya, karena jika mereka berani mengganggu Bebby, maka ia tidak akan tinggal diam.“Kalau gitu, aku ada keperluan pribadi. Aku pulang lebih awal, Lucas.” Max pamit. “Siap!”Max segera keluar dari ruangan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status