“Mahesa sudah oke. Tinggal kamu. Kalau kamu setuju, langsung jalan,” suara Lukas terdengar ringan, nyaris tak menyisakan ruang bagi penolakan.Nadira mengernyit, matanya menyipit curiga. Rahangnya mengencang, menyimpan api yang siap menyala.“Lukas, kamu sengaja, ya?”Lukas mengangkat bahu santai, seolah semuanya hanyalah bagian dari permainan bisnis yang biasa.“Bisnis, jangan marah.”Nadira diam, membiarkan kata-kata Lukas mengendap, tapi matanya menatap lurus, seperti berusaha menembus niat di balik senyum liciknya.Lukas melanjutkan, nada bicaranya datar, tapi ada sesuatu yang licin mengalir di balik ucapannya. “Awalnya ayahnya nolak, masih ngotot sama konsep bangsawan eksklusif gitu. Tapi Mahesa tiba-tiba nelpon. Mereka ngobrol lama banget. Entah gimana caranya, tapi dia berhasil. Aneh ya, idenya Mahesa hampir plek ketiplek sama strategimu. Aku sampe mikir, kalian udah bahas ini duluan?”Sejenak Nadira terdiam. Dada kirinya teras
Last Updated : 2025-08-08 Read more