Nadira menyipitkan mata, sorot matanya menajam seperti ingin menembus lapisan-lapisan kebohongan yang mungkin disembunyikan Tama.“Apa maksudnya? Kalau dia udah sampai Jakarta, kenapa harus disembunyiin dari aku?”Nada suaranya dingin, tapi tak setitik pun amarahnya bisa disembunyikan. Udara di antara mereka jadi seperti kaca tipis yang bisa pecah sewaktu-waktu.Tama, yang semula berdiri santai, mendadak canggung. Senyumnya mencair menjadi tawa yang terdengar hambar, seperti hujan yang ragu-ragu jatuh ke bumi.“Kami cuma mau kasih kejutan...” ucapnya dengan suara yang nyaris setengah hati.“Wah, kejutan yang sangat menyenangkan,” sindir Nadira, bibirnya melengkung datar. “Baru nyampe Jakarta aja, bukannya ketemu kakaknya dulu, malah langsung pesta. Hebat bener.”Tangan Nadira terulur, tidak tergesa, tapi penuh ketegasan. “Kasih HP kamu.”Seketika seluruh warna di wajah Tama menguap. Dengan gerakan pelan, ia menyerahkan ponsel yang mas
Terakhir Diperbarui : 2025-08-09 Baca selengkapnya