Biasanya pria ini menggunakan tenaga kudanya untuk membuat kegiatan ranjang kami begitu menggelora, tapi tidak kali ini. Tahu aku baru sembuh, Bian memperlakukanku dengan lembut dan hati-hati. Dia tak memintaku macam-macam, hanya berbaring saja dan menikmati setiap sentuhannya. “Mendesah saja, jangan ditahan. Aku suka desahanmu,” bisik Bian lirih melihatku menggigit bibir bawahku menahan setiap sentuhannya seperti magic yang membangkitkan gelenyar keindahan hingga di ujung-ujung syarafku. Padahal aku baru mengalami hari yang buruk, tapi mendapat sentuhannya, semuanya yang terjadi tak ada artinya. Apakah pria ini adalah obat dari semua masalahku? Oh, jangan, ya? Aku tidak mau terjerumus terlalu jauh. Cukup menikmati saja dan akan kubungkus menjadi sebuah kenangan jika nanti memang kita harus berpisah. “Kenapa menangis? Apa aku menyakitimu?” Bian memergokiku meneteskan air mata di sela kami bercinta. “Tidak, Mas,” ujarku sembari menggeleng dan mengulas senyum agar tak menyurutkan
Last Updated : 2025-06-15 Read more