Semua Bab Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir: Bab 11 - Bab 20

Satu kecupan lembut mendarat di bibir Desti. Tidak terburu-buru, Kenzo ingin menikmati setiap sentuhan dan moment kebersamaan. Naluri lelaki mengerakkan tangan Kenzo menjelajahi setiap inci tubuh perempuan yang sudah sah menjadi istrinya, halal untuk menerima sentuhannya.“Ah…”Akhirnya satu desahan lolos dari bibir Desti. Terdengar merdu dan terasa seperti bensin yang menyiram bara gairah di diri Kenzo. Hingga membuat lumatan di bibir Desti terasa semakin dalam dan menuntut.Begitu juga dengan Desti, bukan hanya mulai membalas tetapi juga mengimbangi. Entah karena rasa gugup dan canggung yang hilang seiring dengan sentuhan yang melenakan, atau karena tubuhnya yang sudah merindukan sentuhan. Setelah sekian bulan menjanda, Desti tidak pernah mendapat sentuhan lagi.Kenzo segera mengangkat tubuh ramping Desti dan menggendongnya ala koala. Desti langsung melingkarkan kedua kakinya di pinggang Kenzo. Pasangan pengantin baru itu seolah tidak ingin melepas pagutan yang terasa semakin panas

Meski baru sehari menikmati status sebagai suami, takdir Kenzo sebagai pemimpin perusahaan Arsyad Group tidak memberi ruang untuk bermalas-malasan. Kenzo sudah rapi dengan kemeja putih bersih dan dasi abu-abu lembut yang membuat auranya semakin karismatik. Ia berdiri di depan cermin sambil merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Dari arah ranjang terdengar suara bayi kecil yang merengek pelan, lalu bergumam dengan bahasa bayi yang tidak jelas, sudah tentu itu adalah suara Bayu.Kenzo menoleh pelan. Bayu sedang tengkurap di atas ranjang, memainkan ujung bantal kecil dengan tangannya yang mungil. Sesekali Bayu tertawa sendiri, lalu menggumam pelan, membuat suara-suara khas yang hanya bisa dipahami oleh dunia kecilnya sendiri.Kenzo melangkah pelan, lalu duduk di pinggir ranjang. Matanya menatap bayi itu dengan sorot lembut. Ia menyentuh kepala Bayu dengan hati-hati, seperti takut mengganggu dunianya yang ceria.“Daddy harus kerja lagi hari ini. Nggak bisa temenin kamu dan Mommy te

Di luar ruang rapat yang kini mulai sepi, dua sosok pria keluar dengan langkah berat dan wajah muram, Rayhan dan Tomi. Tak seperti biasanya yang selalu tampil percaya diri, hari ini keduanya seperti dua ekor anjing kalah yang baru saja ditendang keluar dari wilayah kekuasaan mereka.Pernikahan Kenzo dengan Desti bukan sekadar kabar mengejutkan, melainkan pukulan telak yang menghancurkan rencana licik Rayhan.Selama ini, dia menyebarkan isu Kenzo sebagai gay, berharap reputasi keponakannya itu jatuh dan membuat dewan direksi meragukan kepemimpinannya, bahkan mungkin mendesaknya untuk mengundurkan diri.Namun, pagi ini, Rayhan justru menyaksikan dengan mata kepala sendiri, Kenzo bukan hanya tampil sebagai pemimpin muda karismatik yang tak tergoyahkan, tapi juga suami sah dari seorang perempuan.“Seharusnya tidak seperti ini.” Rayhan merasa telah salah membuat strategi. “Ternyata bagi orang seperti Kenzo, memunggut istri seperti memunggut sampah, bisa dia ambil dari mana saja,” sambungny

Setelah Tomi kembali ke rumah, suasana hati Desti menjadi tidak tenang. Hingga akhirya dia memilih menghabiskan waktu dengan Bayu, menunggu kedatangan Kenzo di kamarnya.Bayu sudah terlelap di dalam box-nya saat langkah kaki berat terdengar dari luar kamar. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan Kenzo yang tampak lelah tapi masih menyisakan pesona khasnya dalam balutan jas abu gelap yang kini sedikit kusut.Tatap mata Kenzo langsung tertuju pada sosok Desti yang sedang duduk di pinggir ranjang, mengenakan daster berenda dan menyisir rambut panjangnya dengan tenang.“Baru pulang?” tanya Desti yang berdiri dan menghampiri Kenzo dengan senyum kecil.Desti mengulurkan tangan, bermaksud membantu suaminya melepas tas kerja, jas, dan Sepatu, ritual kecil yang mulai menjadi kebiasaan baru mereka.Namun Kenzo tak menjawab. Tatapan matanya yang hangat membuat Desti terdiam sejenak. Ia hanya meraih pinggang istrinya dan menariknya perlahan hingga tubuh mereka bersentuhan."Aku merindukanmu," bis

Kenzo menatap wajah sang istri lama, seakan pertanyaan itu menembus ke dalam hatinya. Lalu, dia memeluk Desti, mencium ubun-ubunnya penuh kelembutan."Sayang itu nggak terbagi, Des... Sayang itu bertambah. Bayu bukan cuma anakmu, dia juga anakku sekarang. Anak kita."Desti membenamkan wajahnya di dada Kenzo, menahan air mata yang akhirnya jatuh tanpa bisa ditahan.Dalam diam, mereka berdiri di samping box kecil itu, tempat bayi mungil mereka tertidur pulas.***Di dalam ruangannya yang remang dan tercium aroma parfum mahal, Rayhan duduk santai di belakang meja kerjanya, memainkan pena emas di antara jemarinya. Ketika Tomi masuk, membawa map berwarna krem dengan wajah tegang, Rayhan langsung berdiri.“Sudah ditandatangani?” tanya Rayhan tanpa basa-basi.Tomi mengangguk pelan, menyerahkan map itu. “Tanpa baca. Persis seperti yang kau perkirakan.”Rayhan tersenyum licik. Dia membuka map dan memastikan semuanya sudah lengkap. “Bagus. Sekarang kita selangkah lebih dekat.”Namun, Tomi tidak