WarKoDuBa sore itu lebih sunyi dari biasanya. Seolah setiap cangkir di rak tahu bahwa malam nanti akan ada seduhan yang tak bisa diulang. Langit jingga di luar seakan menahan matahari agar tidak tergesa tenggelam. Di dalam, aroma kayu tua dan kopi sisa masih bertahan, seakan enggan pergi.Dimas membersihkan teko suci yang sekarang sudah disegel simbol tiga rasa: Rindu, Tawa, dan Keikhlasan. Ia mengusapnya perlahan, seperti menyentuh peninggalan pusaka.“Mas, ada tamu,” ujar Toyo lirih sambil mengintip dari tirai pintu.“Sendiri?” tanya Dimas.“Sendiri... tapi rasanya berat sekali,” jawab Toyo. “Kayak bawa seluruh hidupnya dalam satu langkah.”---Di meja pojok, duduk seorang wanita tua. Rambutnya putih mengalun, wajahnya penuh garis kenangan. Ia memeluk jam pasir kosong. Tatapannya kosong, namun damai.“Saya datang untuk tegukan terakhir,” katanya. Suaranya parau tapi mantap.Randi mengernyit. “Maksud Ibu?”“Saya... ingin melupakan semua rasa buruk yang pernah saya simpan. Agar bisa p
Terakhir Diperbarui : 2025-07-03 Baca selengkapnya