Tiga hari berlalu sejak pertemuan pertama dengan Aldo, dan entah mengapa hari-hari terasa berbeda. Pagi-pagi, suara Yamaha NMAX-nya yang khas selalu terdengar tepat pukul delapan. Sore hari sekitar pukul lima, ia pulang—kadang sendirian, kadang bersama teman-temannya yang membawa peralatan musik. Rumah yang tadinya sunyi kini hidup dengan aktivitas kreatif. Dan malam hari, musik jazz itu kembali mengalir, membuatku tidur lebih nyenyak.Kamis sore itu, aku melihat Aldo duduk di tangga teras dengan wajah frustasi, kepala ditopang kedua tangan. Ponselnya berdering berkali-kali tapi tak dijawab. Tanpa sadar, aku menyeduh dua gelas teh manis—teh celup dengan gula jawa yang biasa kubuatkan untuk Dimas."Aldo?" panggilku dari balik pagar, jantung berdetak lebih cepat.Mata yang tadinya sayu langsung berbinar. "Oh, Bu Raisa. Maaf, apa musiknya kemarin ganggu?""Enggak kok," aku tersenyum sambil mengangkat nampan. "Malah, aku buatin teh. Kamu kelihatan capek."Wajahnya berubah terkejut, lalu s
Terakhir Diperbarui : 2025-06-12 Baca selengkapnya