Pagi itu, sinar matahari menembus kaca jendela besar kamar Alinea. Ia duduk di meja makan besar yang sunyi, dengan hanya satu piring sarapan di depannya dan segelas jus jeruk yang mulai kehilangan dinginnya.Ia menunggu. Tapi kursi di seberangnya tetap kosong, seperti kemarin, dan hari sebelumnya.“Selamat pagi, Nyonya Alinea.” Anin, pelayan pribadi, menyapanya dengan hangat. “Apakah Anda ingin menunggu Tuan Leon untuk sarapan?”Alinea tersenyum tipis. “Tidak perlu. Aku rasa dia punya sarapannya sendiri… di tempat lain.”Suaranya pelan, tapi getir. Ia menusuk roti panggang dengan garpu, tapi tak benar-benar memakannya. Hatinya lebih penuh dari perutnya.Baru saja ia hendak berdiri, suara langkah berat terdengar dari arah tangga.Leon muncul, mengenakan kemeja putih setengah dikancing, dan rambutnya sedikit acak-acakan seperti baru bangun tidur. Alinea mematung sejenak. Ia tak menyangka akan melihat Leon sepagi ini, terlebih di me
Last Updated : 2025-06-16 Read more