Kalimat Devina meluncur begitu saja, singkat namun jelas, “Silakan tanyakan saja pada Pak Gian. Saya masih ada urusan.”Nada suaranya tenang, tetapi tajam, seperti anak panah yang sengaja ditembakkan ke udara agar jatuh tepat mengenai sasaran. Setelah mengucapkannya, Devina tersenyum tipis, senyum yang sulit ditebak: entah tulus atau penuh strategi. Ia lalu melangkah meninggalkan kerumunan wartawan dengan gerakan anggun, seolah setiap tatapan kamera memang disiapkan untuknya.Kilatan lampu blitz bertubi-tubi. Suara klik kamera berulang kali terdengar, membutakan pandangan beberapa detik bagi siapa pun yang berdiri di sana. Atmosfer mendadak tegang, karena semua orang tahu, kalimat singkat Devina baru saja membuka ruang spekulasi.Dan seperti yang sudah diduga, semua mata kemudian beralih ke sosok pria yang masih berdiri tegak di tempatnya.Gian. Ia tampak tenang, dasi hitamnya sedikit longgar akibat rapat panjang yang baru selesai. Tubuhnya menjulang, ber
Last Updated : 2025-09-12 Read more