Nora duduk di ujung meja makan. Malam itu, dia mengenakan blus lembut berwarna krim dan rok yang menjuntai hingga mata kaki. Rambutnya diikat setengah, rapi, seperti perempuan dari katalog rumah tangga ideal. Tangan kirinya mengaduk teh yang mulai dingin, pelan, berulang-ulang. Sebenarnya, yang dia tunggu adalah berita duka. Namun, yang terdengar adalah suara kunci diputar di pintu depan.Pulang. Lagi-lagi pulang. Dalam keadaan sehat.Pukul setengah sembilan lewat sedikit. Terlambat dua belas menit dari jadwal kepulangan, tapi tetap berdiri tegak, tetap bernapas, tetap dengan senyum lelah yang selalu berhasil menipu semua orang, kecuali Nora.Langkah kaki terdengar di lorong. Nora menegakkan punggung, memasang senyum secukupnya. Teh Earl Grey, racikan khususnya, sepertinya masih belum menemui tuannya.“Sayang,” suara Janu dari balik dinding. “Aroma rumah ini selalu enak kalau kamu ada.”Nora membalikkan badan, senyumnya hangat. Matanya sedikit sayu, bukan karena cinta, tapi karena let
Last Updated : 2025-06-30 Read more