Home / Rumah Tangga / Alana Sang Nyonya Pewaris / Bab 2. Kendrik, Tolong Aku!

Share

Bab 2. Kendrik, Tolong Aku!

Author: Essha Airis
last update Last Updated: 2025-06-20 17:49:55

“Sopir, Bapak.”

Lukas berdecak geram. Dia menarik napas dalam sambil membuang muka untuk meredam kekesalan.

“Kamu becanda?! Siapa peduli tentang si kacung itu? Dia memang sudah tahu sama sepertimu!” bentak Lukas. Dia menggertakkan giginya menahan amarah.

Lukas berdiri, “Cepat bereskan itu lalu ambil yang baru!” Pria itu mendengus, “Mengganggu saja!” keluhnya sampai akhirnya kembali ke dalam kamar.

Wanita itu mengembuskan napas lega. Dia menatap sekali lagi ke arah pintu di mana Alana berada. Hanya dalam waktu sepersekian detik, Alana keluar.

Lagi-lagi tatapan Alana sangat tidak bersahabat. Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi sorot matanya sudah sangat jelas menegaskan siapa dia di rumah itu. Dan juga tentu saja, ancamannya pada si wanita bukan main-main, itu adalah ancaman yang tidak ragu Alana lakukan jika memang perlu.

*

“Astaga, Lana! Dari mana saja, kamu?”

“Kamu tetap pulang ke rumah karena mengkhawatirkan suamimu itu?”

“Kamu terluka! Harusnya kamu diam saja.”

“Ayo, aku antar kamu kembali ke ruang perawatan.”

Kendrik mencecar Alana begitu melihat sosok wanita itu berjalan gontai di lorong rumah sakit.

Alana tidak menjawab. Dia duduk di kursi, tidak menghiraukan lelaki di sampingnya.

“Bagaimana keadaan Kak Lukas? Apa dia sudah lebih baik? Aneh, aku tidak menyangka lelaki kekar dan berotot seperti dirinya akan sangat mudah tumbang saat ditimpa musibah seperti ini.”

“Ternyata, di balik sosoknya yang sangar, justru ia menyimpan kelembutan dan kerapuhan dalam hatinya. Kak Lukas pasti sangat terpukul atas kematian kakekmu ….”

“Diam!” Suara dingin Alana seketika membuat mulut Kendrik terkatup rapat.

Kendrik menggeser posisi duduk. Dia sedikit menjauh dari istri kakak sepupunya.

Untuk beberapa detik yang terasa sangat lambat dan canggung, Kendrik akhirnya tidak bisa menahan diri lagi.

“Aku sudah menghubungi Om dan Tante. Mereka sebentar lagi akan tiba.”

“Oh, ya. Dan mereka sungguh menyesal tidak bisa menghadiri pemakaman Kakek Bramanta. Mereka baru bisa mendapat tiket beberapa jam yang lalu.”

Alana tersenyum kecut. Dia yakin kedua mertuanya yang selama ini bersikap sangat manis terhadapnya sudah bersekongkol dengan putra kesayangan mereka.

Dalam diamnya, sedari tadi justru pikiran Alana penuh sesak dengan berbagai pertanyaan dan segala hal yang harus dia lakukan mulai sekarang.

Jika sebelumnya Alana nyaris tidak bisa berpikir jernih karena kematian kakeknya, saat ini Alana justru dibuat kalut dengan prahara rumah tangganya yang di ambang kehancuran. 

Bukan hanya rumah tangganya saja, tetapi juga semua aset berharga milik keluarganya akan segera jatuh ke tangan orang yang salah jika dia tidak berpikir dengan cepat.

“Kendrik,” panggil Alana akhirnya.

“Iya!” Kendrik langsung merapatkan diri. Dengan penuh perhatian, dia menatap tulus Alana.

Alana mengalihkan perhatiannya dari dinding putih rumah sakit. “Apa kamu masih mencintaiku?” Tatapannya terlihat dingin dan penuh ambisi.

Kendrik terdiam beberapa saat, dia mengamati bagaimana bola mata indah milik wanita di depannya menatapnya sedemikian rupa.

Kendrik tidak tahu apa yang menimpa Alana sehingga membuat wanita itu menanyakan sesuatu yang tidak seharusnya seorang wanita bersuami tanyakan pada seseorang. Terlebih pada adik sepupu dari suaminya sendiri.

Kendrik menelan ludah kasar. Otaknya berupaya menyusun kalimat yang sangat bertentangan dengan apa yang hatinya katakan.

Nanar di mata Alana kian kentara, wanita cantik itu mengulas senyum. “Jujurlah, Kendrik. Aku muak dengan kebohongan,” pinta Alana.

Kendrik mendesah.

“Kamu tahu persis Alana. Kamu tahu persis itu. Aku selalu mencintaimu. Dengan atau tanpa balasan.”

Sebagaimana Lukas yang memiliki tambatan hati selama bertahun-tahun. Kendrik pun demikian, sejak Kendrik masih SMP, dirinya sangat mendambakan Alana. Yang sayangnya, karena mereka terpaut usia 3 tahun, maka saat pertama kali Kendrik mengatakan cintanya pada Alana yang saat itu sudah kelas 3 SMA, maka Alana tidak pernah menggubrisnya.

Terlebih, Alana sudah lebih dulu dijodohkan dengan Lukas oleh kedua keluarga mereka.

Alana menutup wajah dengan kedua tangan. Pikirannya masih semrawut. Tapi jawaban pria di sampingnya seakan memberikan secercah harapan.

Alana menarik napas dalam. Dia menyandarkan punggung ke sandaran kursi, bertumpang kaki lalu berpangku tangan. Dengan tatapan lurus ke depan, Alana berucap,

“Siapa yang akan kamu pilih, aku atau keluargamu?”

Kendrik membeliak, kembali dibuat bingung oleh Alana.

“Aku tidak punya banyak waktu, Kendrik. Jawablah.” Nada suara Alana jauh lebih tenang dari sebelumnya. 

Kendrik berdeham, “Apa yang kamu maksud, Lana? Tolong jelaskan semuanya lebih dulu,” pinta Kendrik hati-hati.

Alana tersenyum tipis. Kendrik memang selalu bisa setenang ini, lelaki itu membawa atmosfer yang berbeda.

Alana berpaling, dia menatap lurus Kendrik dengan senyum kecut menghiasi wajah cantiknya.

“Lukas berselingkuh. Sepertinya sudah sangat lama. Dan sekarang, aku harus mencari cara untuk memastikan dia tidak mendapatkan seujung kukupun harta keluargaku.”

Kendrik ternganga sampai dia harus menutup mulutnya dengan tangan.

Alana tersenyum simpul. 

Setelah beberapa saat, Kendrik meraih kedua tangan Alana.

Tatapan hangat Kendrik beradu dengan manik mata Alana yang sendu.

“Aku akan menjadi tameng sekaligus tombak untukmu, Lana.”

Alana tersenyum. Dia mengangguk. 

Tepat saat keduanya masih berpegangan tangan, suara menggema memecah kedamaian.

“Alana!”

Alana berdiri menyambut kehadiran dua mertuanya, untuk saat ini dia terpaksa harus berpura-pura tidak tahu apa-apa perihal pengkhianatan keluarga Lukas.

“Alana, sayangku ….” Wanita paruh baya itu langsung memeluk Alana.

“Mama sangat menyesal tidak bisa pulang lebih awal dari Singapura. Oh, Nak. Kamu pasti sangat terpukul. Hal buruk banyak terjadi padamu, Nak. Ya Tuhan! Cucu kesayanganku juga kini malah harus dirawat.”

Alana memutar bola mata, kalau biasanya dia sangat nyaman berada di pelukan Miranda, kali ini dia justru cepat-cepat menarik diri. Dia sungguh muak.

“Tidak apa-apa, Ma. Ada Kendrik yang sudah sangat membantu.” Alana menjawab seadanya.

Papa mertua Alana tidak ketinggalan bersikap manis. Dia merentangkan tangan untuk memeluk menantunya dengan penuh perhatian. “Kamu pasti sangat ketakutan, sayang. Lukas memang suami yang payah! Papa akan menghukumnya nanti.”

Alana menahan diri untuk tidak mengumpat, dua orang tua ini memang sangat berbakat dalam bersandiwara.

“Lukas pasti sangat terpukul atas kematian Kakek. Tolong jangan hukum dia, Pa,” kata Alana berusaha tersenyum di akhir kalimatnya.

Kendrik terpaku, dia berpikir keras perihal kelakuan keluarga Om dan Tantenya.

Kendrik tidak mau percaya bahwa keluarganya sendiri tega melakukan kejahatan sejauh itu pada Alana. Tetapi, Kendrik tidak bisa menyangkalnya juga, dia tahu persis bagaimana tabiat keluarga Om dan Tantenya. Ingatan Kendrik lalu tertuju pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi, lamunan Kendrik buyar seketika.

“Kamu boleh pulang, Kendrik. Alana akan aman bersama kami,” kata Ferry yang melihat Kendrik termenung.

“Ah, ya. Terima kasih banyak Keken. Kamu memang selalu bisa diandalkan,” timpal Miranda seraya menepuk-nepuk pundak Kendrik.

“Kendrik, Tante. Atau paling tidak panggil aku Ken. Aku bukan anak usia 12 tahun lagi!” sahut Kendrik kesal. 

Miranda dan suaminya tertawa. Mereka bertingkah bak dua orang tua yang begitu hangat dan perhatian.

“Oh ya, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan pada kalian. Sepertinya … ini akan menjadi masalah besar.” Kendrik mengeluarkan handphone dari saku celananya.

Dia membuat raut wajah dua orang tua di depannya berubah seketika. Tidak terkecuali Alana yang juga turut penasaran.

Kendrik menunjukkan sebuah video, namun baru saja rekaman yang sepertinya diambil secara diam-diam tersebut diputar beberapa detik, Miranda langsung merebut hp Kendrik. Dia nampak panik sekaligus terkejut.

“Dari mana kamu dapat video ini?!” bentak Ferry. Matanya melotot seperti akan keluar dari tempatnya.

Alana menatap Kendrik dan orang tua Lukas secara bergantian. “Memangnya itu video apa?”

Kendrik menjawab, “Itu video ….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Pembuktian Diri

    Apartemen di perbatasan Jakarta–Bandung pagi itu terasa dingin. Dari balik jendela, orang-orang yang menghabiskan akhir pekan terlihat berjalan santai di sekitar jalan utama yang lengang oleh kendaraan bermotor.Alana duduk di sofa tunggal, tubuhnya tegak sambil berpangku tangan. Pandangan matanya menyapu ketiga anak SMA yang selama ini menjadi tim kecilnya, Ibnu, Resti, dan Aris.Ibnu sibuk menatap layar laptop, seolah sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. Resti duduk santai menunggu Alana membuka pertemuan. Sementara Aris, si paling pendiam, menunduk sembari memainkan flashdisk di tangannya.Alana berdeham pelan memecah kesunyian.“Bagaimana? Apakah ada temuan baru dari file-file di dalam laptop dan komputer kakek Bramanta?”Ibnu menelan ludah, dia berusaha untuk tampak biasa saja. “Hmm... sejauh ini, datanya masih acak. Banyak folder kosong atau sudah dihapus. Belum ada yang benar-benar mencurigakan.”Alana menyipitkan mata. Ada nada ragu di balik jawaban itu, seolah Ibnu sedang

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Pembelot

    Di tempat persembunyian, Ibu Kendrik menangis tertahan sambil gemetar ketakutan saat melihat rumah mereka terbakar hebat. “Ayah, bagaimana ini? Kendrik di dalam... Kendrik...” Aryadi yang sedari tadi mengamati keadaan sekitar tengah berpikir keras untuk bisa masuk ke dalam rumah mereka guna menyelamatkan Kendrik. Tangan Aryadi yang semula menggenggam erat tangan Ines mulai terlepas perlahan. “Kendrik pasti baik-baik saja. Aku akan masuk ke dalam. Kamu tetap bersembunyi. Kamu bisa, kan?” Ines menggeleng cepat, air mata kian merebak di wajahnya. Posisi Ines sungguh sulit. Di satu sisi, dia khawatir terhadap Kendrik, di sisi lain, jika Aryadi memaksakan diri masuk, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedua orang yang amat Ines cintai bisa terluka bahkan kehilangan nyawa. Belum sempat Aryadi mengambil tindakan, sosok bertubuh tinggi penuh jelaga berlari dari samping rumah. “KENDRIK!” teriak Ines. Kendrik terseok-seok. Napasnya tersengal dengan wajah kotor. Aryadi segera menyergap d

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Di Tengah Kobaran Api

    Kendrik terduduk lemas di kursi, napasnya berat. Matanya terus saja tertuju pada nama-nama yang tercantum di laporan audit tahun 2021. R.N. Aryadi—nama ayahnya.Tubuh Kendrik gemetar. Keringat dingin membasahi pelipisnya meski AC menyala dingin. Tangannya menelusuri setiap angka dan catatan transaksi ilegal yang mana di sana tertera penggelapan dana, manipulasi pembukuan, dan penyamaran aset perusahaan yang ditransfer ke rekening luar negeri atas nama-nama anonim. Tapi Kendrik tahu, salah satunya adalah milik sang ayah. “Tidak mungkin Ayah …,” bisiknya lirih. Kendrik masih belum bisa menerima.Namun angka-angka itu tidak mungkin berdusta.Suasana hening terasa begitu menyesakkan. Kendrik menutup laptopnya dengan kasar. Dia berjalan mondar-mandir, rambut ikalnya basah oleh keringat. Perasaan bersalah dan kecewa membelitnya seperti tali tidak kasat mata.Ayahnya terlibat. Itu berarti semua yang terjadi bukan hanya ulah Lukas seorang diri.Kendrik terduduk lagi, kini di lantai, bersanda

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Balas Dendam Dimulai!

    Berdasarkan hasil rapat, dewan direksi dan para pemegang saham setuju untuk melakukan pemungutan suara guna menentukan siapa yang berhak menduduki posisi CEO di perusahaan Golden Stone Corporation.Lukas sempat menampik keputusan tersebut karena CEO sebelumnya, yang tidak lain adalah Kakek Bramanta sudah memberinya mandat dengan menjadi CEO pengganti, yang mana hal tersebut sudah membuktikan bahwa Lukas layak dan berhak berada di posisinya saat ini.Akan tetapi, jajaran direksi mematahkan alibi Lukas dengan mengatakan bahwa mereka memiliki hak untuk memilih siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan.Alana puas, dia pulang dengan satu kemenangan di tangan. Dua Minggu lagi Alana dan Lukas sama-sama akan melakukan presentasi di depan orang-orang yang memiliki kendali di perusahaan.Mereka akan bertarung menentukan siapa yang memang layak menjadi penerus perusahaan batu mulya tersebut.Sayangnya, Alana masih memiliki PR yang tidak kalah penting, dia masih belum bisa meyakinkan Ketua

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Langkah Pertama Merebut Tahta

    [Aku menemukan invoice yang agak mencurigakan. Cepatlah datang ke sini.] Membaca pesan lanjutan dari Alana, Kendrik menelan ludah, dia lalu menyalakan mesin mobil dan beranjak dari sana. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak.Beberapa waktu kemudian, Kendrik tiba di sebuah apartemen yang terletak di dekat perbatasan antara kota Jakarta dan Bandung.Seorang wanita muda membukakan pintu. Sejenak, lelaki itu termangu melihat wajah seorang gadis yang cukup menarik perhatiannya. Gadis dengan perawakan mungil, kulit kuning langsat, berwajah manis dengan hidung bangir dan bibir tipis.“Silakan masuk, Pak. Anda pasti Pak Kendrik, kan?” Si gadis membuat Kendrik tersadar.“Ehem.” Kendrik berdeham. “Iya, saya Kendrik. Terima kasih.” Pria itu mengatakannya sambil melangkah masuk.Begitu masuk ke ruangan utama, Kendrik melihat Alana duduk terpekur di depan komputer. Alana tampak serius dengan dua orang pemuda yang juga sedang fokus menatap layar laptop masing-masing.“Ternyata d

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Retakan di Kubu Lawan

    Setelah sambungan telepon terputus Lukas mengirimkan lokasi sebuah rumah sakit. Alana memberitahu ke mana tujuan mereka saat ini pada pria yang duduk di kursi kemudi.Setengah jam kemudian, Alana sampai. Dia menggendong Nathan yang masih mengantuk. Lukas ada di luar, sepertinya dia tidak sabar menunggu Alana. Begitu mereka bertemu, Lukas langsung memeluk Alana berikut putranya.Alana mematung. Dia sampai harus menahan napas karena Lukas memeluknya begitu erat.Merasa terhimpit, Nathan bangun. Dia mengucek mata dengan punggung tangan. Lukas merenggangkan pelukan. Dia mengecup pipi Nathan, lalu Alana. Sialnya, Alana refleks menjauhkan wajahnya.Lukas mengernyitkan kening. “Kenapa?”Lidah Alana kelu. Bodoh, pikir Alana. Dia mestinya bersikap biasa saja, bahkan seharusnya dia sedikit berakting dengan pura-pura khawatir karena Lukas tiba-tiba memintanya datang ke sana.Nathan turun dari gendongan ibunya. “Siapa yang masuk rumah sakit, sayang?” Alana mengalihkan pembicaraan.Lukas membuan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status