Naira membuka mata. Putih. Hanya itu yang terlihat. Tak ada dinding, tak ada atap, bahkan tak ada lantai yang jelas. Tapi dia berdiri, atau melayang—sulit membedakannya. Tubuhnya ringan, terlalu ringan, seolah sebagian dirinya sudah hilang. “Aku… di mana?” suaranya bergema panjang. Tak ada jawaban. Lalu—suara langkah. Pelan. Berirama. Naira menoleh. Dan terhenti. Di hadapannya, berdiri seorang perempuan. Tinggi, kurus, rambut panjang menutupi sebagian wajah. Tapi Naira tahu—dia tahu—itu dirinya sendiri. Versi lain dari dirinya. Perempuan itu tersenyum samar. “Akhirnya kau sampai juga.” Naira mundur, tubuhnya bergetar. “Apa… siapa kamu?” “Bukan siapa-siapa.” Suara itu identik dengannya. “Aku… kamu. Tapi tanpa semua beban. Tanpa semua luka.” Naira menelan ludah. “Jangan main-main.” “Ini bukan main-main.” Bayangan itu mendekat, langkahnya tidak menyentuh tanah. “Kau datang ke sini karena memilih dirimu sebagai harga. Sekarang, kau harus benar-benar jadi dirimu yang baru. Yan
Last Updated : 2025-08-03 Read more