Kail besi itu berputar di udara, mengeluarkan suara sreeeek yang memekakkan telinga. Bau amis semakin tajam, menusuk hidung Naira hingga perutnya terasa mual. Dia melangkah mundur, tapi kail itu bergerak sendiri, mengarah tepat ke dadanya. Revan melangkah cepat, mencengkeram bahu Naira dan menariknya ke belakang. “Tutup semua pintu sekarang!” seru Revan. Naira menoleh bingung. “Aku bahkan tidak membukanya!” “Tutup di dalam kepalamu,” balasnya singkat. Naira tak mengerti, tapi refleks memejamkan mata, membayangkan pintu balkon, jendela, bahkan celah ventilasi tertutup rapat. Namun kail itu tetap berputar—dan kini ujungnya memercikkan percikan merah yang jatuh ke lantai. Setetes darah itu menyentuh marmer, dan seketika… lantai mulai retak. Retakannya bercabang seperti akar pohon, merambat cepat menuju dinding. Dari celahan, tangan-tangan hitam keluar, berusaha meraih pergelangan kaki Naira. Dia menjerit, mengangkat kaki, tapi salah satu tangan berhasil mencengkeram. Sentuhannya
Last Updated : 2025-08-19 Read more