Esme melangkah cepat menuju paviliun, napasnya terengah seiring langkah yang tergesa. Hanya satu hal memenuhi kepalanya: ia harus segera menyelesaikan urusan ini, agar Reinan bisa meminum teh herbal malam nanti.Di belakangnya, pelayan yang diperintah Vera berusaha menyusul, suaranya terdengar terputus-putus di antara deru napas.“Nyonya Muda, mohon… tunggu sebentar.”Esme menoleh, keningnya berkerut, menatap pelayan itu dengan bingung.“Saya ditugaskan Nyonya Vera untuk mendampingi Nyonya mengambil tehnya,” jelas pelayan itu, sambil mengatur napas yang berkejaran.Esme hanya mengangguk, tak merasa tersinggung sedikit pun. Dalam benaknya, Vera pasti sekadar ingin memastikan Reinan mendapat ramuan terbaik. Bagi Esme, perhatian itu wajar bagi seorang kakak ipar.“Baiklah, mari ikut saya,” sahutnya dengan nada lembut.Mereka melangkah beriringan menuju paviliun yang teduh. Sesampainya di dapur,
Terakhir Diperbarui : 2025-07-11 Baca selengkapnya