Ucapan Reinan membuat Esme terperanjat. Tak disangka, sang suami lebih dahulu menyadari keberadaan Nelson. Padahal, sejak awal Esme sudah curiga, tetapi belum sanggup membicarakannya.“I-iya, itu memang Kak Nelson,” ucap Esme setengah berbisik. “Tadi aku melihatnya keluar dari kamar nomor 512.”“Hmm, apakah aku harus menyapanya?" tanya Reinan sambil bertopang dagu. "Atau, kita ajak Kak Nelson makan bersama di sini?”Setelah berkata demikian, Reinan hendak bangkit dari kursi. Namun, Esme menyentuh lengannya secepat kilat, menahan geraknya dengan lembut. “Jangan, Rein."Reinan menoleh, keningnya berkerut bingung. “Kenapa?”“Sebaiknya jangan sekarang. Kelihatannya Kak Nelson sibuk bersama temannya,” jawab Esme pelan, menahan desakan rasa tak nyaman di hatinya. “Kita nggak boleh ganggu. Lagi pula, kita sedang menyamar, ingat?”"Iya juga, ya. Nanti saja aku sapa Kak Nelson," balas Reinan menyandarkan punggung ke kursi.Tak ingin Reinan terlalu lama memperhatikan kakaknya, Esme menyodorka
Last Updated : 2025-08-01 Read more