Home / Romansa / Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh / Pembalasan yang Setimpal

Share

Pembalasan yang Setimpal

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-08-01 21:16:38

Ucapan Reinan membuat Esme terperanjat. Tak disangka, sang suami lebih dahulu menyadari keberadaan Nelson. Padahal, sejak awal Esme sudah curiga, tetapi belum sanggup membicarakannya.

“I-iya, itu memang Kak Nelson,” ucap Esme setengah berbisik. “Tadi aku melihatnya keluar dari kamar nomor 512.”

“Hmm, apakah aku harus menyapanya?" tanya Reinan sambil bertopang dagu. "Atau, kita ajak Kak Nelson makan bersama di sini?”

Setelah berkata demikian, Reinan hendak bangkit dari kursi. Namun, Esme menyentuh lengannya secepat kilat, menahan geraknya dengan lembut.

“Jangan, Rein."

Reinan menoleh, keningnya berkerut bingung. “Kenapa?”

“Sebaiknya jangan sekarang. Kelihatannya Kak Nelson sibuk bersama temannya,” jawab Esme pelan, menahan desakan rasa tak nyaman di hatinya.

“Kita nggak boleh ganggu. Lagi pula, kita sedang menyamar, ingat?”

"Iya juga, ya. Nanti saja aku sapa Kak Nelson," balas Reinan menyandarkan punggung ke kursi.

Tak ingin Reinan terlalu lama memperhatikan kakaknya, Esme menyodorka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Pembalasan yang Setimpal

    Ucapan Reinan membuat Esme terperanjat. Tak disangka, sang suami lebih dahulu menyadari keberadaan Nelson. Padahal, sejak awal Esme sudah curiga, tetapi belum sanggup membicarakannya.“I-iya, itu memang Kak Nelson,” ucap Esme setengah berbisik. “Tadi aku melihatnya keluar dari kamar nomor 512.”“Hmm, apakah aku harus menyapanya?" tanya Reinan sambil bertopang dagu. "Atau, kita ajak Kak Nelson makan bersama di sini?”Setelah berkata demikian, Reinan hendak bangkit dari kursi. Namun, Esme menyentuh lengannya secepat kilat, menahan geraknya dengan lembut. “Jangan, Rein."Reinan menoleh, keningnya berkerut bingung. “Kenapa?”“Sebaiknya jangan sekarang. Kelihatannya Kak Nelson sibuk bersama temannya,” jawab Esme pelan, menahan desakan rasa tak nyaman di hatinya. “Kita nggak boleh ganggu. Lagi pula, kita sedang menyamar, ingat?”"Iya juga, ya. Nanti saja aku sapa Kak Nelson," balas Reinan menyandarkan punggung ke kursi.Tak ingin Reinan terlalu lama memperhatikan kakaknya, Esme menyodorka

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Hampir Ketahuan

    Walaupun Esme telah memejamkan mata selama beberapa menit, rasa kantuk tak kunjung datang. Ia mengatur napas perlahan, berharap suara detak jam atau desiran lembut pendingin ruangan bisa menenangkan pikirannya. Akan tetapi, kenyataan justru berbanding terbalik. Bukan lagi bayang-bayang Bella atau sosok Nelson yang mengusik, melainkan ada sesuatu yang jauh lebih dalam, lebih sunyi, dan lebih menyayat.Hatinya gelisah.Barangkali karena aroma seprai hotel yang terlalu bersih, atau mungkin karena kenangan pahit yang tiba-tiba menyeruak.Ini bukan pertama kalinya Esme menginap di hotel. Namun inilah kali pertama ia menapakkan kaki di sebuah kamar hotel, setelah malam kelam itu. Dan, meski Reinan ada di sisinya, rasa tak nyaman itu kembali menjalar. Membuat punggung Esme mulai menggigil, seperti diselimuti hawa dingin.Sebelum trauma itu kian menguat, Esme memilih untuk mengalihkan perhatian. Mungkin, berbincang dengan Reinan bisa sedikit menenangkan hatinya.Tak lama berselang, Esme memb

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Misi Penyamaran

    Mobil berhenti perlahan di area parkir bawah tanah Hotel Artemis, mengikuti arahan dari petugas hotel. Mesin dimatikan, dan suasana menjadi sedikit hening. Hanya terdengar desau samar kendaraan lain yang melintas di kejauhan.Tanpa berkata apa-apa, Reinan meraih tas hitam yang disimpan di kursi belakang. Gerakannya cepat dan terkontrol. Ia membuka resleting tas itu dan mengeluarkan dua benda: sepasang kacamata berbingkai tebal dan masker biru muda. Dengan raut wajah serius, ia menyodorkannya pada Esme. “Pakai ini sebelum kita masuk,” ucapnya singkat.Esme mengerutkan kening heran. Ia menatap kacamata di tangannya, lalu melirik Reinan dengan bingung.“Untuk apa ini, Rein?” Reinan mendekat, suaranya diturunkan sedikit, seolah sedang membisikkan rahasia penting. “Penyamaran. Mama bilang aku nggak boleh tampil di tempat ramai. Bahaya kalau ada yang tahu aku Reinan Gunadi. Nanti aku bisa diculik oleh kelompok mafia internasional,” ujarnya penuh keyakinan.Esme menahan tawa yang menggelit

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Nama Lain yang Terukir di Hatimu

    Esme baru saja keluar dari kamar mandi, segar dalam balutan gaun biru laut yang jatuh mengikuti lekuk tubuhnya. Gaun tersebut membuat warna kulitnya tampak semakin cerah, menyatu dengan kilau cahaya matahari yang masuk dari jendela.Saat melangkah ke dalam kamar, Esme melihat Reinan sedang duduk di sofa dengan raut serius. Pria itu sudah berganti baju dengan kemeja biru tua yang dimasukkan ke dalam celana panjang."Ayo, kita sarapan dulu. Aku sudah kelaparan," kata Reinan langsung berdiri dan tersenyum lebar.Tanpa menunda lagi, Reinan menarik lengan Esme untuk mengikutinya. Namun, baru beberapa langkah meninggalkan kamar, gadis itu terbelalak kagum. Apartemen milik Reinan ternyata sangat luas, bernuansa hangat dengan lantai kayu yang mengilat.Jendela besar membingkai pemandangan kota yang masih berkabut. Dekorasinya elegan, penuh dengan sentuhan maskulin. Esme berpikir, mungkin Reinan sendiri yang menata setiap ruangan di apartemennya, sebelum ia mengalami kecelakaan.Ketika mereka

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Segera Kembali, Isabella!

    Di atas ranjang empuk berlapis seprai sutra, Vera menggeliat seperti kucing yang baru bangun dari tidur panjang. Setelah sekian lama, ia dapat beristirahat tanpa gangguan, tanpa omelan Nelson dan tanpa komando untuk tidur di sofa. Dia tidak harus melihat wajah masam sang suami, yang lebih sering mengintimidasi ketimbang mencintai.Hari ini, dunia terasa miliknya. Nelson masih di luar kota, dan tidak ada satu pun yang bisa menghalangi langkahnya. Wajah Vera merekah dengan senyum penuh kepuasan. Ia mengingat kembali kejadian kemarin—bagaimana Esme mabuk berat karena minuman yang secara ‘tidak sengaja’ ditawarkan oleh Chika dan Lisya. Ah, kemenangan kecil yang terasa manis! Dia berencana merayakannya sepanjang hari ini.Kalung berlian sudah terbayang melingkari lehernya. Rambut akan ia gulung tinggi dengan jepitan bunga kristal. Dan, ia akan pergi bersama teman-temannya, menghabiskan hari penuh tawa, belanja, dan mungkin sedikit bergosip di rooftop kafe yang sedang hits.Dengan semanga

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Jatuh Cinta Padaku

    Sinar pagi menelusup di balik tirai putih yang setengah terbuka.Esme terbangun perlahan, kepalanya berat seolah baru dihantam kenyataan pahit. Ia meringis sambil memegangi pelipisnya yang berdenyut. Kelopak matanya mengerjap, mencoba mengenali sekitar. Langit-langit ruangan itu tampak asing. Begitu pula dengan dinding kamar, ranjang, dan seprai tempat ia berbaring. Jelas ini bukan kamar di paviliun, yang biasa ia tempati bersama Reinan. “Di mana aku?” bisik Esme, kebingungan.Dengan tubuh lemah, Esme menoleh ke kanan dan kiri. Ketika matanya jatuh ke arah tubuhnya sendiri, rasa takut dan panik segera menyerbu. Ia telah berganti pakaian, dengan piyama putih longgar yang jelas bukan miliknya. Itu ukuran pria, dan aroma wanginya sangat maskulin. Jantung Esme seketika berdetak lebih cepat. Ia menarik selimut hingga ke dagu, menutupi tubuhnya seolah itu bisa menghapus kenyataan. Seseorang telah mengganti bajunya saat ia tidak sadar. Seseorang telah melihat dirinya tanpa perisai, tanp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status