“Apa kau benar-benar yakin ingin melakukannya, Leo?”Suara Aruna bergetar, tapi tegas.Leonardi menatap jas hitamnya di cermin besar, merapikan dasi dengan gerakan hati-hati. “Jika aku tidak bicara sekarang, semua orang akan membuat versinya sendiri.”“Namun konferensi pers ini bisa menjadi jebakan, Leo. Julio masih mengincarmu. Kau tahu itu.”Leonardi berbalik, menatap Aruna yang berdiri di ambang pintu ruang ganti. Wajahnya pucat, tapi sorot matanya lembut. “Aku tidak bisa terus bersembunyi, Aruna. Jika dunia ingin kebenaran, maka aku akan memberikannya.”Ia mendekat, meraih tangan Aruna dan menggenggamnya erat.“Dengarkan aku,” katanya lirih, “apa pun yang terjadi di panggung nanti, jangan panik. Aku ingin kau mempercayaiku sampai akhir.”Aruna menatapnya lama, seolah ingin menahan waktu. “Aku percaya padamu, Leo. Tapi aku tidak percaya pada dunia yang siap menelanmu bulat-bulat.”***Pukul tujuh malam.Aula besar Hotel Astoria penuh dengan wartawan, kamera, dan kilatan lampu blitz
Last Updated : 2025-10-28 Read more