Katanya, perempuan yang kuat itu tak banyak bicara. Tapi nyatanya, aku banyak berpikir. Diam-diam menimbang semua luka, seperti menakar garam dalam adonan- secukupnya, biar tak asin tapi tetap terasa.Namaku Ajeng, tahun ini genap 30 usiaku. Seorang ibu, seorang istri, dan entah siapa lagi—karena kadang, aku bahkan tak merasa sedang menjadi diriku sendiri.Setiap hari kupakai banyak nama. Ibu, saat Khaira terbangun dan memelukku dengan tangan mungilnya.Bu Ajeng, saat rekan kerja menyodorkan berkas sambil menyebut posisiku yang nyaris tak berdaya menghadapi birokrasi. Sayang, saat Chandra sempat-sempatnya memanggil manis hanya ketika ingin sesuatu.Tapi siapa yang memanggilku... hanya Ajeng?“Apa kabar kamu hari ini, Ajeng?” Pertanyaan itu tak pernah benar-benar datang dari siapa-siapa, selain dari kepalaku sendiri.Dan jawabanku selalu sama. "Baik. Tapi capek. Tapi harus baik.”Kupikir dulu, menikah akan membuatku merasa penuh. Nyatanya aku seperti gelas kosong yang terus dipaksa
Last Updated : 2025-07-21 Read more