Ruangan itu dingin dan berbau logam. Lampu neon di langit-langit berkelap-kelip redup, memantulkan cahaya pucat di dinding abu-abu yang dingin. Arga duduk di kursi besi, kedua tangannya saling menggenggam di atas meja. Di depannya, Jennifer, ibunya duduk tenang, mengenakan pakaian tahanan berwarna orange.Di antara mereka, ada meja panjang, menjadi batas yang lebih dari sekadar benda. Jarak yang kini tak mungkin dijembatani lagi.“Kenapa, Ma?” suara Arga serak. Ia menunduk, menatap permukaan meja yang dingin. “Kenapa Mama tega melakukannya?”Jennifer tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Arga dengan tatapan yang sulit diterjemahkan. Tidak ada air mata, tidak ada penyesalan yang jelas di wajahnya, dan itulah yang paling menyakitkan bagi Arga.Ia menarik nafas dalam. “Aku memang tidak punya banyak kenangan tentang Papa,” ujarnya pelan. “Tapi dia tetap ayahku, Ma. Dan apa pun yang terjadi, dia tidak pantas mati seperti itu.”“Itu semua Mama lakukan untuk kau, Arga,” jawab Jennifer ak
Last Updated : 2025-10-11 Read more