“Nggak enak badan?” Indra melangkah maju, tangannya terangkat, tempelkan telapak hangat di dahi Puspa. “Wajahmu pucat sekali.”Seperti burung yang terkejut, Puspa segera mundur, menjauh darinya.Alis Indra sedikit terangkat. “Kenapa?”Tenggorokannya bergerak, Puspa mengepalkan tangan erat-erat. “Kamu menang.”Ia sudah paham, perlawanan dan segala rencana kecilnya, di mata Indra cuma permainan anak-anak. Ia cuma seekor udang kecil di lautan luas, gimana mungkin bisa mengguncang ombak yang dikuasai Indra?Indra maju lagi, satu per satu buka jemari yang terkepal, lalu menyelipkan tangannya, mengunci erat dengan sepuluh jari Puspa.“Antara suami istri, mana ada yang namanya menang atau kalah? Kita ini satu.”Telapak tangannya jelas hangat, tapi Puspa sama sekali nggak rasakan kehangatan itu. Yang ia rasakan hanyalah dingin menusuk tulang, seolah seluruh tubuhnya dibekukan.Dalam perjalanan pulang, Puspa hanya diam....Di Vila Asri.Selesai mandi, Puspa langsung masuk ke dalam selimut, tub
더 보기